"Relax puan, tarik nafas dalam-dalam," bisik Pimchanok, jarinya menekan bahu Suraya. Sensasi itu sangat menenangkan, ketegangan uratnya mulai mengendur di bawah sentuhan mahirnya.
Semakin lama masa berlalu, urutan menjadi lebih sensual, tangan Pimchanok bergerak lebih rapat ke kulitnya, jarinya menelusuri lekuk tubuh Suraya dengan cara sangat yang menghairahkan.
"Umphhmmmm.." nafas Suraya tersekat di kerongkongnya apabila Pimchanok bergerak ke sisinya, mengusap kulitnya yang agak sensitif di situ. "Adakah itu terasa enak?" Pimchanok berbisik, suaranya sangat lembut dan perlahan.
Suraya hanya mampu mengangguk, fikiran nya kabur dengan campuran kesedapan dan kegelian. Urutan diteruskan, tangan Pimchanok mulai meneroka setiap inci tubuhnya, tekanannya semakin keras, tidak seperti picitan seorang wanita ayu yang kini di depannya.
Apabila tangan Pimchanok akhirnya sampai ke peha Suraya, dia terhenti, jarinya berpusing-pusing di persimpangan peha nya. "Bolehkah saya teruskan?" dia bertanya, suaranya hampir seperti bisikkan.
Jantung Suraya berdegup kencang di dadanya, perasaan yang mendebarkan bercampur dengan keraguan yang masih ada. Dia menggigit bibirnya, "Ya.. boleh.." mengangguk perlahan.
Jari-jemari Pimchanok mula meluncur di antara celah peha Suraya, dia perasan yang pelanggannya itu sudah kebasahan dan sangat teransang. "Basah," dia berbisik perlahan di dalam hatinya.
Suraya mengerang lembut, pinggulnya melengkung secara tidak sengaja ketika jari-jemari tukang urut menyelami ke kawasan lebih dalam, meneroka tempatnya yang paling intim.
Sensasi itu sangat mengasyikkan, setiap sapuan jari Pimchanok menghantar gelombang keseronokan ke seluruh tubuhnya. "Emphhhh.." Nafas Suraya tersekat-sekat, tangannya menggenggam tepi meja urut ketika badannya menyerah kepada keseronokan yang hebat.
Sentuhan Pimchanok sangat mahir, dia seakan tahu dengan tepat di mana untuk menekan, bagaimana untuk bergerak, untuk membawa pelanggan nya merasa sangat nikmat dan teransang.
Ketika Suraya merasakan dirinya hampir hanyut di alam fantasi, jari-jemari Pimchanok diangkat dari kulitnya. "Sekejap ya puan" bisiknya, suaranya seakan menggoda.
Suraya merintih dalam kekecewaan, tubuhnya menggigil seakan memerlukan lebih lagi. Pimchanok bergerak kedepan meja, sambil meminta kebenaran untuk meneruskan urutan di bahagian atas pula.
"Iya, boleh.." Suraya hanya mengganguk.
Tangannya terus mencapai untuk mengurut kawasan sekitar payudara Suraya melalui kain nipis jubah tersebut.
"Begitu besar," dia menghela nafas, kagum, ibu jarinya menyentuh perlahan kawasan payudara itu dengan lembut. Sentuhan tiba-tiba itu menghantar kejutan elektrik ke seluruh badan Suraya, putingnya mengeras serta-merta.
Tangan Pimchanok bergerak lebih rendah, meluncur di bawah jubah untuk menarik dan mengusap payudara Suraya. "Buah dada yang begitu sempurna," bisiknya, jarinya melingkari areola sebelum perlahan-lahan memicit puting yang sudah pun keras itu.
"Ahhh...." Suraya mengerang kuat, kepalanya berpaling ke sisi ketika gabungan sensasi itu mengatasi segala deria rasanya. Tangan Pimchanok yang satu lagi kembali ke paha Suraya, jarinya sekali lagi meluncur di antara kakinya.
Kali ini, tidak ada keraguan. Jari-jemari Pimchanok pantas, mula menyelam jauh, mengusap lipatan faraj nya. Badan Suraya mulai bergetar, puting dan klitorisnya telah diransang secara serentak.
"Puan selesa??" tanya Pimchanok, suaranya penuh dengan ketenangan. Suraya hanya mampu mengangguk, tubuhnya semakin menggigil dengan setiap gerakan jari-jemari Pimchanok.
Tekanan serta usapan meningkat dengan cepat, keseronokan semakin memuncak sehingga Suraya merasakan yang dia seakan tidak dapat menahannya lagi.
Tangan Pimchanok meneroka jauh, jarinya terus mengusap klitoris sensitif Suraya, sambil gelombang kegelian melanda dirinya. Tangan Pimchanok kebasahan di banjiri air nikmat Suraya.
Tiba-tiba, sentuhan jarinya terhenti, Suraya terbaring sambil tercungap-cungap, tubuhnya benar-benar memerlukan sesuatu.
Pimchanok mengalihkan tangannya, mengelapnya dengan tuala sebelum membongkok untuk mencium pipi Suraya yang kemerahan.
"Sudah selesai," bisik tukang urut itu, bibirnya menyentuh telinga Suraya. Suraya terpingga-pingga, fikirannya berputar seperti memikirkan bertapa cepatnya masa berlalu.
Dia memusingkan kepalanya sedikit, pandangannya bertemu dengan pandangan tukang urut. "Sudah habis masa ya?" dia bertanya, suaranya bergetar.
Tukang urut itu tersenyum, matanya gelap dengan keinginan. "Puan mahukan service extra... "Happy Ending..?" katanya, suaranya rendah dan menggoda.
Suraya, yang merasakan badannya masih inginkan meneruskan sensasi itu, tanpa mengetahui maksud 'Happy Ending itu.." mengganguk dan memberi kebenaran untuk sesi itu ke urutan seterusnya...
"Baiklah.. Puan.. pusingkan badan ya.." Pimchanok memberi arahan dengan suara yang lembut..
- Bersambung -
YOU ARE READING
Antara Kesetiaan dan Godaan
FanfictionKisah sexpedisi Suraya, seorang guru yang baru melahirkan anak, yang sering digoda ketika suaminya tiada di sisi - apakah yang akan terjadi??