08

869 115 9
                                    

.
.
.
.
.
.
Happy reading 🌻🐻

Bungsu Fredrick

"Kapan sih selesai nya, aku capek," keluhnya membuat para pelayan yang sedang membantu ia bersiap terkekeh kecil.

"Mohon tunggu sebentar lagi, tuan kecil."

Heksa hanya bisa cemberut mendengar jawaban Ema, pasalnya sudah hampir dua puluh menit yang lalu Ema juga menjawab seperti itu.

'kalau gue tidur sekarang kayaknya bakalan bikin mereka heboh deh,' batinnya sambil menatap para pelayan dari cermin. 'eh tapi nanti kalau rusak, terus ngulang lagi gimana dong. Gak usah aja deh,' lanjutnya.

"Chaa...sudah selesai," Ema dengan semangat berkata.

sudah selesai," Ema dengan semangat berkata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wahh...tuan kecil sangat cantik," ucap salah satu pelayan di sana dengan wajah kagumnya.

Heksa mengerutkan dahinya mendengar penuturan sang pelayan, "kok cantik sih, Heksa kan tampan bukan cantik. Lagian Heksa cowok," ujarnya sambil menatap pelayan tadi dengan wajah herannya.

"Ah maaf tuan kecil, saya salah. Anda sangat tampan sekarang," ralat nya sambil tersenyum terpaksa, sedangkan para pelayan termasuk Ema hanya terkekeh.

Heksa mengangguk, "nah gitu dong."

Pelayan tadi hanya bisa menghela nafas, 'sabar banget saya,' batinnya.

.
.
.
.
.
.

Bungsu Fredrick

"Darimana kau tadi, Jen?" Tanya Jemian.

"Sama si bungsu," jawabnya, Jemian yang tadinya sedang tiduran di kasur luas itu perlahan duduk dan menatap Jendral yang sedang duduk di sofa itu dengan lekat.

"Bungsu? Maksudnya anak bungsu raja Jonathan?" Jendral yang di tanya hanya mengangguk, Jemian yang melihat itu dengan cepat bangkit berdiri lalu menarik kerah baju Jendral.

"Wah sabar dong, kenapa sih. Emosi banget," Jendral dengan senyum manisnya melepaskan tangan Jemian dari bajunya.

Jemian menatap Jendral tajam, padahal dirinya yang dari tadi mencari si bungsu, tapi malah saudaranya yang bertemu dengan bungsu itu.

"Ternyata ucapan mu benar, dia sangat cantik sekaligus manis," ucap Jendral dengan senyum remehnya ke arah Jemian

Memilih menghiraukan ucapan Jendral tadi, Jemian berjalan keluar dari ruangan itu.

Ketika ia berjalan tak sengaja ia bertemu dengan Mahendra yang nampaknya tengah berbicara dengan sekretaris nya.

Ia berjalan mendekati Mahendra yang sudah sendiri karena orang yang tadi berbicara dengannya sudah pergi, Mahendra yang merasa ada yang duduk di sebelahnya menoleh, lalu kembali fokus pada buku di tangannya.

"Anda sudah pernah melihat wajah si bungsu Fredrick?" Mahendra kembali menoleh menatap Jemian dengan kening yang berkerut.

"Siapa itu? Bukan kah anak raja Jonathan hanya putra mahkota Shankara dan pangeran Hendri?" Jemian memandang Mahendra dengan ekspresi aneh di wajahnya.

"Anda benar-benar tidak tahu? Dia memiliki tiga orang putra," Mahendra hanya menggeleng, Jemian kembali menatap aneh ke arah Mahendra.

"Sepertinya anda terlalu sibuk dengan berkas hingga tidak mengetahui si bungsu yang selalu di bicarakan masyarakat karena kecantikannya."

Mahendra hanya mendengarkan ucapan Jemian, sepertinya ia benar-benar terlalu fokus dengan pekerjaannya hingga tidak tahu menahu kabar berita.

"Anda bilang raja Jonathan memiliki tiga orang putra, tetapi kenapa masyarakat membicarakan kecantikan, bukan ketampanan?" Mahendra cukup bingung dengan point itu, jadi yang benar apakah anak bungsu itu merupakan seorang putra atau putri, batinnya.

"Dia lelaki namun kecantikan yang dia miliki hampir setara dengan perempuan pada umumnya."

Mahendra mengangguk sedikit kepo dengan wajah yang sepertinya diidolakan oleh pangeran Reflieon ini.

.
.
.
.
.

Bungsu Fredrick

Malam hari sudah tiba di mana acara makan malam itu akan segera di mulai, Heksa berjalan ke arah ruang makan bersama dengan Ema dan Jefri.

"Sepertinya aku sedikit terlambat, Ema."

'ini pasti karena terlalu gugup tadi hingga aku lupa kalau aku belum berangkat dari paviliun ku,' batinnya, sedikit merutuki dirinya sendiri.

Ketika sudah berada di depan pintu ruang makan.

Penjaga yang melihat Heksa dengan cepat berteriak, "TUAN KECIL FREDRICK, AKAN SEGERA MEMASUKI RUANGAN," teriakan itu membuat Mahendra, Jemian dan Jendral menatap ke arah pintu yang perlahan terbuka.

Heksa masuk dengan perlahan, lalu menatap ke arah meja makan panjang yang terdapat dua orang baru baginya (-jendral), gugupnya perlahan menghilang ketika ia menatap ke arah Jonathan yang memberinya senyum manis.

Ia berjalan ke arah meja makan setelahnya sedikit membungkuk, "salam kepada yang mulia putra mahkota Alderweireld dan salam kepada pangeran Reflieon, semoga Dewi Fortuna memberikan kesehatan lahir dan batin," Jendral dan Jemian cukup kagum dengan si bungsu ini, sedangkan Mahendra hanya diam.

"Perkenalkan nama saya Heksa Willy Fredrick, anak bungsu dari raja Fredrick."

J

emian tersenyum ketika mendengar nama si pujaan hatinya ini, ya sepertinya Jemian sudah jatuh hati dari pertemuan pertama ah ralat dari saat pertama kali ia melihat Heksa di festival makanan.

Mahendra masih menatap lekat ke arah Heksa yang duduk tepat di depannya, Heksa yang merasa di perhatikan pun mengangkat wajahnya dan tak sengaja matanya dan mata Mahendra bertemu, hingga beberapa detik Heksa mengalihkan pandangannya.

'gue ada salah apa gimana sih, kok natapnya tajam gitu,' batin heksa merasa merinding dengan tatapan yang Mahendra layangkan ke arahnya.

Jendral hanya diam memandang ke arah Mahendra yang sepertinya juga tertarik dengan anak kecil miliknya itu.

'jangan sampai Mahendra tertarik pada mu juga baby' ucapnya tanpa suara ketika Heksa menatapnya.

Shankara dan Hendri hanya diam, sepertinya mereka berdua tahu bahwa kedua pangeran Reflieon sekaligus putra mahkota Alderweireld tertarik dengan kesayangan mereka ini.

Hendri menoleh ke arah sang kakak, mereka berdua saling pandang sebentar lalu kembali fokus dengan makanan mereka.

Sepertinya mereka berdua sehati wkwk.

'jangan sampai mereka bertiga merebut si bungsu dari ku' batin keduanya bersamaan.

TBC

Sumpah kok makin gak nyambung ya, apa perlu pake rucika dulu agar sambung menyambung menjadi satu? Wkwk

Btw makasih untuk chap 00 yang sudah mencapai 110 votes

Thank youuuuu

Babayyy sampai bertemu di next chapter

873 kata

Bungsu Fredrick Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang