🍓¹⁰

132 15 0
                                    

⚠️ too many words ⚠️

---

Setelah kejadian dua hari yang lalu memang Zeevans dan Veearo belum bertemu. Hal itu dikarenakan dua hari kemarin adalah weekend dan tidak ada pekerjaan apapun yang mengharuskan mereka bertemu. Namun, Veearo terus saja memikirkan bagaimana ucapan Tuan Besar Gradikana, dan juga ucapan anak-anaknya.

Seperti halnya sekarang, Veearo kebetulan sedang senggang, Zeevans belum memberinya pekerjaan lagi, jadi ia hanya berdiam diri sambil memorinya memutar hal-hal yang akhir-akhir jadi beban pikirannya.

Zeevans melihatnya. Sejak tadi, mereka hanya bertegur sapa dan tersenyum satu sama lain sebagai formalitas antara pegawai dan atasan, belum ada interaksi lebih dari itu. Meski begitu, tetap saja, mimik wajah cantik Veearo dapat mengunci perhatiannya.

Ia jelas tau apa yang menjadi kemungkinan beban pikiran yang menganggu omega cantik itu.

Alpha itu berdiri dari duduknya, menghampiri Veearo yang sejak tadi matanya memancarkan kegelisahan yang teramat sangat. Omega cantik itu bahkan tidak menyadari jika sang atasan sudah menopang tangannya di atas meja kerja miliknya, tubuhnya pun sudah tersandar apik di pinggir meja memandangi wajah risaunya.

"Vee, apa yang dikatakan oleh Papa tidak usah terlalu dipikirkan. Terkadang orang tua itu memang sering asal bicara."

Veearo sedikit terlonjak begitu menyadari kehadiran Zeevans di mejanya, "Astaga! Zee? Kau membuatku terkejut!"

"Maaf, aku tau apa yang sedang ada di pikiranmu."

Si omega kembali menundukkan pandangannya ke meja, terdiam sebentar, sampai akhirnya kembali menatap sang alpha, "Zee, haruskah?"

Zeevans menghela napas dalam, "Vee, sudah kuperingatkan jangan dengarkan ucapan pria tua itu. Dia hanya mengada-ada."

"Apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran, Zee. Aku masih menjadi pengecut untuk memberitahu yang sebenarnya pada Gio, dan itulah satu-satunya cara."

Zeevans cukup merasa bersalah, akibat ucapan Papanya, Veearo jadi berpikir sejauh itu.

"Maaf.."

Tanpa mendengarkan ucapan maaf Zeevans, Veearo melanjutkan sambil pikirannya membawanya ke memori tersebut, "Anak-anak.." katanya menggantung.

Namun, Zeevans dapat mengerti apa yang akan Veearo bicarakan, "Si kembar juga mengatakan itu padamu?"

Hal itu membuat tatapan Veearo yang tadi mengawang, kini tertuju pada Zeevans, "Maksudmu?"

Bukannya menjawab, Zeevans malah mendengus berat, tangannya ia pakai untuk mengusap wajahnya dengan kasar, "Ah, sialan, pria tua itu!"

"Apa yang mereka katakan padamu?"

Veearo dengan segera menceritakan— saat di mana mereka baru saja pulang ke apartment yang mereka tempati. Setelah membersihkan tubuh mereka masing-masing untuk segera tidur, anak-anak malah singgah di kamar Yayanya. Pikir Veearo mereka hanya akan menceritakan bagaimana serunya saat mereka bermain dengan teman-teman dan saudaranya tadi.

Tetapi, yang dibicarakan anaknya adalah hal yang berbeda dari bayangannya, "Kami tidak masalah jika Yaya menikah lagi." Begitu katanya.

Jelas membuat Veearo mengerutkan keningnya, menatap bingung kedua anaknya, "Hey, apa maksudnya? Siapa yang akan menikah dan dengan siapa?"

Dengan mata polosnya Jiji menatap dirinya, "Bukankah Yaya akan menikah dengan Daddy?"

Mendengar pertanyaan polos yang terlontar dari mulut kecil tanpa dosa itu membuat Veearo menatap khawatir pada anak-anaknya. Tangannya ia bawa untuk mengelus pipi masing-masing si kembar, "Sayang, siapa yang mengatakan hal itu, hm?"

STRAWBERRY || 🍓ᵏᵒᵒᵏᵛTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang