Chapter 1 : Winter in December

395 49 35
                                    

Musim dingin, 26 Desember

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim dingin, 26 Desember.

Benang demi benang menyambung dan menyatu, udara dingin masuk tanpa mengetuk pintu membuat sebuah kertas dalam buku berpindah ke halaman selanjutnya, tapi tak mampu menyadarkan perempuan melankolis yang tenggelam dalam kemungkinan-kemungkinan yang terus bertambah di dalam pikirannya.

Suara jam terdengar setiap detik, sepi dan menghanyutkannya suasana sangat mendukung dirinya untuk terus berdisforia.

Sebulir air mata membasahi rajutan yang sedang dibuatnya, dengan cepat ia usap aliran kristal yang terus keluar itu kemudian tangannya bergerak untuk mengambil tisu di meja.

Trang!

Secangkir teh hangat pecah tercerai berai berserakan di lantai, tidak sengaja tersenggol olehnya yang ingin mengambil benda tipis berwarna putih.

Air mata yang seindah kristal kembali mengalir tak tentu dari tempatnya, menatap cangkir yang tak bisa disebut cangkir lagi. Teh hangat itu menggambarkan dirinya yang terus memendam perasaan kacaunya dalam sebuah wadah, tapi karena hal lain, wadah itu pecah begitu saja dan perasaan yang ia tahan selama ini keluar.

Dinginnya cuaca di pertengahan desember pun tak mampu lagi membekukan perasaannya, bagaimana jika orang itu mencampakkan dirinya? Atau tak mau menerimanya?

Kesedihan yang berlarut dengan keputus asaan itu meraup jiwa hingga pikirannya sampai habis, tak bisa berpikir satu kata pun.

Tapi mau bagaimana pun syal ini harus sampai ke tangan pemuda itu.

***

Hah..

Dirinya menunduk sembari mengatur nafas kelelahan karena terlalu banyak berlari, ia pun menyenderkan dirinya ke tiang listrik yang penuh tempelan promosi makanan hingga jasa menyedot wc.

Ia menengadahkan kepalanya menatap kabel tak beraturan dan lampu jalan yang memancarkan cahaya hingga menampilkan butiran-butiran salju yang turun dengan perlahan dari langit.

'Apa aku kembali saja?'

'Naruto-kun tidak mungkin keluar malam-malam begini'

"Hahahahaha!"

Mata pucatnya membulat sempurna lantaran mendengar suara yang sangat ia kenal itu, ia langsung menatap lurus dan benar saja, Naruto muncul dari balik tembok gang rumah.

Hatinya langsung berdetak sangat cepat tanpa meminta izin pemiliknya, semburat merah perlahan muncul di pipi sampai telinganya.

Tapi lelaki yang ia kagumi bahkan ia cintai bertahun-tahun itu tak menyadari dirinya, apa ia terlalu menyatu dengan tiang listrik?

Seasonal AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang