Kepalan tangan Akra semakin menguat saat mama mengamuk memaki dirinya.
Makian yang setiap hari diterima Akra bagaikan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari secara rutin.
"KAMU ITU HARUSNYA SADAR DIRI ANAK HARAM! SAYA ITU SUDAH MEMBESARKAN KAMU HINGGA SEBESAR INI, DAN SUDAH SEHARUSNYA KAMU MEMBALAS SEMUA JASA SAYA!, SAYA GAK MAU TAU KAMU HARUS NIKAH SAMA NYAI DEWI BULAN DEPAN!"
Pemuda 24 tahun itu menatap mamanya nyalang.
"Mama gila?! Nyai Dewi itu udah nenek-nenek mama mau aku nikah sama dia?!"
"Hartanya banyak sialan! Itu yang terpenting, kamu akan hidup enak dan kita gak perlu menderita lagi!"
Jari telunjuk mama mendorong kening Akra dengan kasar.
"AKU GAK MAU MA! UDAH CUKUP MAMA HANCURIN MASA DEPAN AKU! AKU GAK JADI KULIAH KARNA TABUNGAN KULIAH KU MAMA AMBIL DAN SEKARANG MAMA MAU AKU NIKAH SAMA NENEK-NENEK YANG BAHKAN CUCUNYA ADA YANG SEBESAR AKU?!"
"KAMU AKAN MENDAPAT WARISAN YANG BANYAK AKRA!!"
"AKU GAK MAU MA!"
Berteriak tepat didepan mama Akra langsung membalikkan badan, berjalan menuju kamarnya.
BRAAKKK!
Pintu kamar itu dihempas kasar.
Akra mengunci diri didalam kamar.
Praanggg!
Meninju kaca lemari sebagai pelampiasan emosi Akra tidak merasa sakit meski darah kini mengalir ditangan membasahi lantai.
"AANNJIIING GUA UDAH GAK KUAT TUHAN!"
Teriakan pilu Akra hanya dinding, barang di kamar, dan Tuhan yang menyaksikan.
"Gue harusnya gak pernah lahir" Akra merebahkan tubuh dikasur lipat usang miliknya.
Kenapa coretan takdir Akra begitu pilu?
Dari lahir rasanya hanya kesialan yang mengisi hari Akra.
Lahir sebagai anak haram yang tak diinginkan siapapun baik mama ataupun papa.
Mama dulunya adalah wanita karir yang bekerja sebagai sekretaris papa, entah bagaimana cerita hingga mereka memiliki hubungan gelap dan memiliki Akra dengan label anak haram.
Papa laki-laki yang sudah berumah tangga, tapi menerima mama dalam hidupnya sebagai pelakor.
Hubungan mereka awalnya mesra tapi seperti sebuah kata pepatah yang berbunyi "sebaik apapun seseorang menyimpan bangkai pada akhirnya pasti akan tercium juga", begitu juga dengan hubungan terlarang mama papa Akra.
Istri papa saat itu marah dan meninta cerai tapi papa tidak mau, keluarga besar papa memaksa papa untuk mengakhiri hubungannya dengan mama.
Mama diasingkan keluar kota oleh keluarga papa, dengan iming-iming segopok uang dan tidak ada yang tahu saat itu ternyata mama tengah hamil dua minggu.
Seharusnya mama menggugurkan janinnya tapi mama mempertahankan anak itu untuk dijadikan samsak amarah dalam hidupnya.
Sial!
Akra mengingat nenek Kalia (ibu kandung papa) yang pernah menemuinya saat ia berusia 16 tahun.
Dulu nenek Kalia pernah menawarinya untuk tinggal bersamanya.
Tapi dengan pikiran polos menyerempet bego yang dimiliki Akra dulu, Akra menolak, Akra tidak mau meninggalkan mama, meski mama jahat tapi Akra sayang mama.
Bangun dari tidurannya Akra berdiri membuka laci lemari, disana ada paket yang belum ia buka, mengambil gunting Akra membuka paket itu dengan gerakan tergesa.
Racun Arsenix.
Paket itu berisi racun arsenix yang dipesan Akra minggu lalu.
Akra memang berniat mengakhiri hidupnya tapi selalu gagal. Akra pernah minum lation anti nyamuk, bahkan pemutih pakaian juga pernah ia teguk.
"Semoga dengan ini gua gak bangun lagi, Akra mohon Tuhan izinkan Akra pulang"
Akra merapalkan do'a hatinya sudah luluh lantak tak berbentuk sejak lama.
Akra hanya ingin ketenangan.
Akra hanya berharap Tuhan sudi menerimanya.
Akra mengambil botol minum yang ada diatas meja, airnya tinggal separoh dari botol itu, mencampurkan racun dengan air tanpa pikir panjang Akra langsung meminumnya.
Tak lama pusing mendera Akra, tubuhnya melemas.
Dan akhirnya Akra tidak sadarkan diri.
Cakrawala Albiruni Ardanta 24 th
I'm Sky
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Warna Cakrawala
FanfictionCakrawala adalah nama yang indah dengan makna lengkungan langit, lengkungan langit dengan garis yang membatasi Bumi. Tapi takdir Akra tidak seindah namanya. Kelabu pekat yang menutupi warna takdirnya membuat Akra dengan berani meneguk segelas air ya...