3

245 44 128
                                    

Kamar sempit tanpa ada perabotan didalamnya itu menjadi tempat Akra bernaung selama sebulan ini.

Setelah menemui nenek Kaila, Akra tidak pulang lagi kerumah mama. Anak itu menyewa sebuah kamar kecil di kosan murah.

Selama sebulan ini juga Akra absen sekolah.

Memandangi langit malam yang disinari bulan Sabit dan beberapa bintang dari jendela kamarnya Akra jadi teringat dengan lirik sebuah lagu.

Mengapa bintang bersinar?
Mengapa air mengalir?
Mengapa dunia berputar?
Lihat segalanya lebih dekat
Dan ku akan mengerti

Bagi mereka yang menyukai sains, maka mereka akan menjawab dengan jawaban yang ilmiah :

Kenapa Bintang bersinar?
Karena reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya.

Kenapa Air mengalir?
Karena adanya gaya gravitasi Bumi dan tegangan geser.

Mengapa dunia berputar?
Karena adanya proses gravitasi dan tabrakan dengan batuan luar angkasa.

Itu akan menjadi jawaban cerdas bagi manusia yang dijuluki kutu buku.

Tapi jika pertanyaan itu ditanyakan kepada orang-orang yang tidak suka membaca dan memiliki pikiran sederhana, mereka hanya akan menjawab :

"Emang udah begitu Tuhan nyiptain, kehendak Tuhan"

Sekarang Akra ingin mengubah pertanyaan dari lirik lagu tersebut.

Kenapa Akra di lahirkan?

Kenapa Akra tidak bahagia?

Kenapa Akra kembali mengulang waktu?

Jika Akra menceritakan kepada orang-orang jika ia adalah seorang Time Travel kira-kira bagaimana orang-orang memandangnya?

Orang gila?

Tidak waras?

Atau Akra akan menjadi objek penelitian ilmiah bagi para ilmuwan.

Lelah sendiri dengan pemikiran randomnya akhirnya anak itu merebahkan diri di karpet berbulu yang dibelinya bertepatan saat ia menyewa kamar ini.

Bagaimana kabar mama?

Lagi-lagi otaknya menolak beristirahat dengan pemikiran mengenai mama.

"Anjing" Akra mengumpat. Bangun dari tidurannya Akra menyerah, ia tidak bisa tidur lagi.

Mengambil sebuah buku yang dibelinya di toko buku loak akhirnya anak itu kembali mengisi malamnya dengan membaca.

Meski sejatinya Akra bukanlah anak kutu buku tapi keadaan memaksa Akra untuk menjadi seperti itu.

Akra tidak pernah punya teman, memang siapa yang mau berteman dengan anak miskin, lusuh seperti Akra?

Tidak ada.

Jadi untuk membunuh waktu sendirinya disekolah saat jam kosong atau jam istirahat Akra mengisinya dengan membaca buku atau menyelesaikan soal-soal Matematika.

🍁☘🍁

Rutinitas Akra selama sebulan ini adalah bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 4 sore, Akra bekerja disebuah rumah makan sebagai seorang pencuci piring.

Bayaran 70 ribu perhari yang diterima anak itu gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karna uang yang diberikan nenek Kaila sudah habis Akra pakai untuk membayar kamar kosan, membeli sebuah handphone android, dan membeli barang-barang yang dibutuhkannya seperti pakaian, karpet berbulu, juga beberapa perabotan barang yang murah.

Akra pulang bekerja dengan tubuh lelah, ditangannya ada kantung plastik yang berisi makanan gratis dari sisa makanan yang tertinggal di tempat ia bekerja.

Ada mobil hitam yang terpakir didepan halaman kosannya dan seseorang berpakaian hitam keluar dari sana.

"Selamat sore tuan muda Cakrawala"

Kedua alis Akra menukik, kenapa coba orang ini memanggil gembel seperti Akra dengan sebutan tuan muda?

"Saya Wahyu, orang suruhan nyonya Kaila"

🍁☘🍁

Selama 24 tahun Akra hidup hanya beberapa kali kaki Akra menginjak kawasan pusat perbelanjaan mewah yang bernama mall. Itupun hanya melihat-lihat tanpa membeli.

Tapi kini dikehidupan keduanya di usianya yang kembali ke 16 tahun anak itu dibawa ke mall untuk berbelanja oleh pak Wahyu.

Setelah mendapatkan pakaian yang cocok untuk Akra kini anak itu dibawa ke salon spa untuk melakukan perawatan rambut, wajah, dan tubuh.

Setelah semuanya selesai kini pak Wahyu membawa Akra ke Bandara, mereka akan melakukan penerbangan untuk menuju ke Jakarta.

🍁☘🍁

Dalam ingatan yang dimiliki Akra dari masa lalu, wajah papa itu tampan, jika dibandingkan Akra itu lebih mirip papa daripada mama.

Makan malam yang dilakukan keluarga Ardanta itu menghadirkan beberapa orang yang Akra ketahui ada papa, istri papa, nenek Kaila, kakek Hadyan, juga dua orang remaja laki-laki dan perempuan yang diketahui Akra sebagai saudara seayahnya.

Meski makanan yang terhidang diatas meja itu mewah dan enak-enak tapi Akra tidak berselera. Dirinya kini hanya sedang berusaha menahan gejolak emosi yang tiba-tiba hadir.

"Cakrawala"

Sapaan dari kakek Hadyan membuat Akra menegakkan kepala yang sedari tadi tertunduk.

"Selamat datang dalam keluarga Ardanta"

Tbc

Garis Warna CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang