Chapter two

82 3 0
                                    

Vote before read!
Save on your library

🖤

Latarnya masih Noah remaja, Noah yang pemberontak, dan belum menemukan jati diri, so nikmati alurnya aku coba makin aduk emosi kalian saat nanti Genevieve muncul, ha ha ha 😁

------------

Noah masuk dengan hentakan kaki yang kencang, membuat bulu kuduk Heaven semakin naik.

"Kak, maafkan aku" Heaven mengejar Noah dengan kaki pendeknya, mencoba mengimbangi langkah kaki lebar Noah.

"Masuk ke kamar mu" Noah membuka pintu putih di depannya, kamar Heaven selalu menjadi tempat dirinya di kurung oleh Noah, jika melakukan kesalahan.

"Kau selalu marah, tapi kau selalu melakukan apapun yang kau ingin lakukan, kau nakal bahkan sempat menjadi penjual marijuana, tapi aku selalu membela mu kak, kenapa kau selalu melarang ku bermain, aku bisa menjaga diriku sendiri, teman-teman ku yang lain bahkan sudah memiliki kekasih, aku tidak akan melewati batas yang daddy takutkan kak!!" Ocehan yang terdengar sebagai ajang perlawanan membuat Noah semakin marah.

Noah menarik Heaven, dan mendesaknya ke dinding di belakangnya.

"Dan kau ingin bermain dengan teman-teman mu, ingin memiliki kekasih seperti teman-teman mu, hm?" Suara Noah semakin rendah, mata dan wajahnya merah.

Namun Heaven seakan muak, ia balik menatap Noah dengan mata bulatnya, dirinya pun marah dengan Noah yang selalu ikut campur urusannya.

"Ya, tentu" jawaban itu semakin membuat seringai Noah naik tajam.

"Dengarkan aku gadis nakal" Noah mendekatkan bibirnya ke telinga Heaven, mencengkram lengan atas Heaven hingga Heaven meringis kecil. "kau tidak akan bisa mendapatkannya, jika ada satu lelaki payah yang mendekati mu, dia akan tau akhir apa yang akan dia terima, kau adalah milikku Heaven, mine"

Heaven melebarkan matanya, ia gemetar mendengar semua bisikan rendah kakaknya itu.

"Maka jadilah gadis manis, maka kau akan ku berikan satu kesempatan menikmati salah satu keinginan yang kau inginkan, I'm your God, got it?" Noah mengusap lembut pipi Heaven yang basah dengan isakan tertahan.

Bibir merah delima itu terbuka dan gemetar, mata abu kecoklatan itu seakan tidak berdaya, basah dan sayu melihat kemarahannya, dan itu semua membuat Noah semakin kehilangan akal sehatnya.

Hell, jika neraka adalah tempat pendosa, maka Noah adalah salah satu daftarnya, karna langkah selanjutnya yang ia ambil, adalah mendekatkan bibir merah delima itu dengan bibirnya.

Noah mencium Heaven dengan dalam, di lumatnya kecil bibir manis itu, yang semakin membuatnya gila.

Noah tidak waras!

"Kak!" Heaven mendorong dada Noah kasar, tangan kecilnya bergetar, matanya terbelalak melihat Noah yang masih mengatur nafasnya, Heaven benar-benar takut pada Noah.

Noah masih menatap tajam Heaven, "satu kali lagi kau bicara tentang pria lain, kau akan tau apa yang akan kau dapatkan"

"Are you insane?, I'm your sister" Heaven berdesis di antara isakanya, jangan sampai orang tuanya tau.

FORBIDDEN DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang