Chapter three

104 2 0
                                    

Vote before read!

--------

Noah sampai di Paris dengan bantuan salah satu temanya, ia memalsukan identitasnya dan kembali ke kota tempat dirinya di besarkan dengan penuh cinta oleh Gaele dan Hadwyn.

Noah selalu di penuhi segala kebutuhannya, sekolah yang ia inginkan, kasih sayang penuh dari orang tuanya, tapi apa balasan yang ia berikan?

Menyentuh adiknya yang masih minor?

Noah seakan ingin menenggelamkan dirinya sendiri jauh ke dalam samudra Atlantik yang dingin, dan membeku di sana.

"Wassup!" Seorang pria seumuran dengannya menyapanya dengan riang, ia tersenyum mengejek dengan kekehan penuh ledekan. "Kau kembali?, atau sementara?"

Jayden Cole, salah satu temanya yang memiliki pekerjaan sama, kurir marijuana.

"Apa ada pekerjaan?, aku butuh saat ini juga" Noah menjatuhkan bokongnya di sofa kulit berwarna hitam yang sudah terkelupas.

Rumah kumuh yang Jayden tinggali selalu menjadi tempat pelarianya.

Ya, kau adalah sampah, maka akan kembali menjadi sampah, sebagus apapun tempatmu. Batin Noah bicara.

"Wow, wow. Relax" Jayden menyodorkan sebotol bir yang Noah sambar langsung.

"Aku memiliki pekerjaan baru, seorang kartel baru yang memiliki barang bagus, sulit terdeteksi tapi efeknya, sama seperti kokain"

Noah mengangkat alis kirinya, masih mendengarkan Jayden di depannya.

"Jadi, kita hanya mengantar?"

"Ya, tapi ketua kartel tidak ingin orang luar, kau harus masuk kedalam organisasinya"

"Dan kau?" Noah menyalakan rokoknya.

"Tentu sudah, aku bahkan akan segera pindah dari neraka ini" Jayden mengedarkan pandanganya.

"Fine, I'm in"

"Kau yakin?, orang tua mu?, kampus mu?" Jayden menunjuk Noah dengan dagunya.

"Lupakan semua itu, sekarang aku hanya Noah Flynn" menyandarkan kepalanya, Noah memejamkan matanya.

Insomnia-nya kembali, Noah memang semakin sulit tidur saat ia telah menyadari perasaan menjijikanya pada Heaven.

Ah, Heaven

Sedang apa dia disana?

Apa dia pulang tepat waktu?

Apa dia tidak memakai baju kekurangan bahan lagi?

Semakin menumpuk pertanyaan di otaknya, semakin membuat Noah tenggelam dalam lamunannya.

"Cobalah" Jayden memberikan sebuah piring stainless di atasnya terdapat bubuk putih yang sangat halus. "Aku yakin kau akan langsung bertemu adik mu" Jayden terkekeh.

Noah menatap tajam Jayden.

Yes, Jayden tau segalanya, ia bahkan 'merestui' perasaan Noah, Jayden bilang itu masuk akal dan tidak masalah. Toh, Noah dan Heaven adalah saudara tidak sedarah.

FORBIDDEN DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang