HAPPY READING!
~MINS~
"Chan, gua jahat ya?" gumam Mark pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan malam. Ia menatap lembut ke arah Haechan yang sedang duduk nyaman di pangkuannya. Haechan hanya bisa menghela napas panjang, mencoba menenangkan perasaan yang tiba-tiba terasa berat.
"Kenapa tiba-tiba nanya begitu?" tanya Haechan, suaranya lembut namun penuh rasa penasaran. Ia sedikit menunduk, berusaha menatap mata Mark yang terlihat penuh kebingungan dan keraguan.
Mark terdiam sejenak, pandangannya lurus ke depan, seolah sedang mencari jawaban di dalam pikirannya sendiri. Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, ia berkata pelan, "I think... I love you, Chan."
Kata-kata itu meluncur begitu saja, membuat Haechan terkejut. Ia merasa dadanya sedikit bergetar mendengar pengakuan itu, namun alih-alih membalas dengan segera, ia hanya terkekeh pelan, mencoba menghilangkan ketegangan di antara mereka. Senyum kecil terbentuk di wajahnya, meski hatinya masih berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Mark..." Haechan menatap Mark dengan lembut, seakan ingin mengatakan sesuatu, namun ia memilih menunggu. Ia tahu, ini adalah momen yang penting—bukan hanya untuk Mark, tapi juga untuk mereka berdua.
"Maaf ya, Mark? Tapi... gue gak suka lo," ujar Haechan dengan suara lirih, nyaris berbisik. Ia menunduk, tak berani menatap wajah Mark. Ada rasa sesak di dadanya, tapi ia tahu, ia harus jujur.
Mark terdiam, matanya berkedip sekali sebelum akhirnya menunduk, merasakan kata-kata itu menghantamnya dengan keras. Jauh di lubuk hatinya, ia sudah bersiap untuk kemungkinan ini, tapi mendengar langsung dari bibir Haechan tetap membuat hatinya tersayat. Namun, ia tetap berusaha menjaga ketenangan, menahan rasa kecewa yang perlahan menyelimuti dirinya.
"Oke, gak apa-apa," balas Mark dengan suara pelan, berusaha terdengar setegar mungkin meski jauh di dalam, perasaannya berantakan. Ia tersenyum kecil, senyum yang penuh kepahitan. Tanpa banyak bicara, Mark dengan lembut mengangkat Haechan dari pangkuannya dan menempatkannya di sofa di sebelahnya.
Setelah itu, tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Mark berdiri. Ia melangkah menjauh, mengambil napas dalam, seolah mencoba meredam semua emosi yang berkecamuk di dalam dirinya.
"Mark, mau kemana?" panggil Haechan, suaranya terdengar panik. Ia merasa bersalah sekarang, melihat punggung Mark yang perlahan menjauh tanpa menoleh. Ada sesuatu di dalam dirinya yang menyesal, namun kata-kata sudah terlanjur diucapkan. Kini, yang tersisa hanya kesunyian, dan bayangan punggung Mark yang semakin hilang dari pandangannya.
~MINS~
Mark memasuki club dengan langkah berat, pikirannya berputar penuh amarah dan kekecewaan. Suara musik yang menggelegar seolah tidak mampu meredakan gejolak dalam hatinya. Ia langsung menuju bar, tanpa ragu memesan beberapa minuman keras untuk menenggelamkan perasaannya yang kalut. Di sela-sela itu, ia menyalakan sebatang rokok, menghisap dalam-dalam, berharap asap itu bisa mengaburkan ingatan tentang Haechan.
Ketika pelayan datang membawa sebotol minuman beralkohol, Mark langsung meraihnya tanpa pikir panjang. Tanpa menunggu lama, ia menenggak habis minuman itu dalam sekali teguk, merasakan panas alkohol membakar tenggorokannya. Namun, rasa pedih itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan di dalam hati.
Dua jam berlalu. Botol demi botol sudah habis di depan Mark. Kepalanya terasa berat, pandangannya semakin buram, dan tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan. Di tengah kebingungan, ia hanya bisa melamun, seolah dunia di sekitarnya sudah lenyap.
Tiba-tiba, suara lembut memanggilnya, "Mark..." Suara itu terdengar sangat familiar di telinganya. Mark mencoba membuka matanya, meskipun penglihatannya kabur. Ia mencoba fokus, meski kesadarannya perlahan memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
the third person(Markhyuck)
Ficção AdolescenteAdik ipar adalah maut🤫 #Markhyuck #Markri #Bxb Mulai : 26.08.24 End : -