Jealousy(?)

1.4K 58 0
                                    

HAPPY READING!
anak kecil skip dulu ya kidzzzz

🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

🐯🐻🐯🐻

Mark berjalan tergesa-gesa menuju apartemen Jung Jeno, adiknya, dengan amarah membara. Tangannya mengepal erat di samping tubuhnya, matanya penuh kemarahan. Sesampainya di depan pintu, dia bisa mendengar jelas suara desahan Haechan dari dalam.

"Bangsat, Jeno!" umpat Mark di bawah napasnya. Tanpa menunggu lebih lama, dia mengetuk pintu dengan keras.

TOK! TOK! TOK!

"JUNG JENO! KELUAR ATAU MAU GUA BUNUH DI TEMPAT?!" teriak Mark, semakin frustrasi mendengar suara dari dalam yang semakin jelas.

Jeno, yang jelas-jelas panik, cepat-cepat mengenakan bajunya. "Sabar, Bang!" sahutnya, bergegas membuka pintu.
Begitu pintu terbuka, Mark masuk tanpa basa-basi. Tatapannya langsung menghunjam Jeno yang tampak cemas.

"Haechan mana?" suara Mark terdengar dingin dan penuh ancaman.

Dengan takut, Jeno menunjuk ke arah Haechan yang tertidur di tempat tidur. Mark berjalan cepat menuju Haechan, sedikit membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

"Sial, belum juga lu pakaikan baju," geram Mark. Tatapannya kembali menghunjam ke arah adiknya sebelum ia memungut baju-baju Haechan yang berserakan di lantai. Dengan hati-hati, ia memakaikan baju itu ke tubuh Haechan, yang meski terbangun sesaat, memilih tetap menutup matanya.

Setelah selesai, tanpa sepatah kata pun, mengangkat tubuh Haechan dalam posisi bridal style. Haechan, yang terkejut, langsung membuka matanya lebar-lebar.

"Mark? Apa-apaan ini?" tanya Haechan, berusaha memberontak. la mencoba melepaskan diri dari gendongan Mark, namun Mark hanya menatapnya dengan tajam.

"Turunin aku!" desak Haechan, semakin gelisah.

"Diem, Jung Haechan!" bentak Mark, suaranya penuh peringatan.

Haechan tertegun sejenak, matanya membulat. "Jung? Aku Seo Haechan, Mark!" protesnya dengan nada tidak terima.

Mark tidak peduli. "Diem," ujarnya lagi, kali ini lebih tenang namun tegas.

hanya memutar matanya, menyerah. Dia memilih untuk tidak melawan lebih jauh, mengetahui amarah Mark sudah berada di puncaknya. Mark pun melangkah keluar dari kamar itu, meninggalkan Jeno yang hanya bisa terdiam di tempat, tak berani bicara atau bergerak.

Mark masuk ke dalam mobil, tetapi alih-alih menempatkan Haechan di kursi sebelah, dia menarik Haechan ke pangkuannya dengan lembut namun tegas. Haechan menatapnya bingung.

"Loh?" Haechan mengernyit bingung, matanya menatap Mark yang masih memeluknya erat. Ia masih berada di pangkuan Mark, duduk saling berhadapan di dalam mobil yang cukup sempit.

"Buka bajunya," perintah Mark dengan suara datar namun tegas. Haechan langsung melotot kaget, hatinya berdegup kencang.

"Apa?!" Haechan tersentak, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Mark, lo ngapain sih?" Suaranya terdengar bergetar, campuran antara kaget dan bingung.

Mark tidak menanggapi protes Haechan, malah tangannya sudah mulai bergerak mendekat ke kerah baju Haechan.

"Tunggu! Mark!" Haechan mencoba menahan tangan Mark yang sudah mulai membuka kancing bajunya, tetapi Mark tidak mengindahkan. Tatapannya tajam, penuh keinginan yang mendesak.

the third person(Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang