Haechan?

579 46 10
                                    

HAPPY READING!

🐯🐻🐯🐻

Mark duduk di sofa, gelisah menunggu kabar dari Haechan. Sedari tadi pagi, Haechan belum kunjung datang dan tak ada satu pun kabar yang ia dapatkan. Sudah berkali-kali Mark mencoba menelpon, namun hasilnya nihil—ponsel Haechan tidak aktif. Bahkan saat ia bertanya pada teman-teman terdekat Haechan, mereka justru terkejut karena tidak ada yang melihat Haechan seharian ini.

"Takut, ya, kalau selingkuhan kamu ninggalin kamu?" Sebuah suara menyindir terdengar di seberang ruangan. Yeri berdiri di sana, bersandar pada dinding dengan tangan terlipat di dadanya, memandang Mark dengan tajam.

Mark mengabaikan komentarnya, masih sibuk memeriksa ponselnya. Namun, setelah sesaat, ia tersadar dan menoleh ke arah Yeri. "Maksud kamu apa?"

Yeri hanya tersenyum sinis, lalu melangkah mendekati Mark. Tawanya terhenti, dan ekspresinya berubah serius. "Kamu pikir aku bodoh, ya?" ucapnya, nada suaranya penuh emosi yang ia tahan sejak lama.

Mark mengerutkan keningnya, bingung. Namun, sebelum ia bisa menjawab, Yeri sudah melanjutkan. "Aku tahu semua yang kalian lakukan. Kamu dan adik aku, Mark. Bisa-bisanya kamu berani ngelakuin itu sama adik iparmu sendiri?" Mata Yeri berkaca-kaca, meski bibirnya bergetar, ia tetap berusaha berbicara dengan tegas.

Namun, bukannya merespon, Mark kembali fokus pada ponselnya, seakan tak memedulikan Yeri sama sekali.

"Kamu dengerin aku gak, sih, Mark?! Aku sakit hati sama kamu! Sakit hati sama Haechan! Kalian berdua jahat banget sama aku!" Yeri akhirnya tidak bisa menahan air matanya, ia berteriak dengan suara yang gemetar, meluapkan semua yang ia pendam.

Mark tetap diam, ekspresinya tak berubah. Ini membuat Yeri semakin marah, dan tanpa pikir panjang, ia merebut ponsel yang ada di tangan Mark dan melemparkannya ke dinding dengan keras. Suara benturan itu memenuhi ruangan, pecahan kaca layar bertebaran di lantai.

Mark menatap Yeri dengan tajam, ekspresinya berubah marah. Ia berdiri, mendekat dengan langkah tegas, lalu mendorong Yeri hingga mundur ke belakang.

"Apaan sih anj?!" teriak Mark. Wajah Yeri langsung memucat, ketakutan melihat ekspresi Mark yang begitu berbeda dari biasanya.

Mark berjalan cepat mengambil ponselnya yang kini retak parah, lalu tanpa berkata apa-apa, ia meninggalkan ruangan, meninggalkan Yeri yang berdiri terdiam dengan hati yang remuk dan air mata yang tak bisa lagi ia bendung.

🐯🐻🐯🐻

Di sisi lain, Haechan duduk termenung di sebuah taman yang sepi, wajahnya basah oleh air mata yang terus mengalir. Ia tidak berani pulang ke rumah sang kakak setelah kejadian yang baru saja dialaminya. Dengan pelukan erat di tubuhnya, ia berusaha menenangkan diri di tengah suasana yang terasa semakin mencekam.

“Kiw kiw cowo manis!” Terdengar suara dari arah kelompok anak tongkrongan yang sedang nongkrong tak jauh darinya. Beberapa dari mereka mulai bersiul dan menggodanya, namun Haechan tetap berusaha mengabaikan mereka, meskipun hati kecilnya merasa semakin tidak nyaman.

“Kenapa nangis, cantik? Sini, kita temenin,” ujar salah satu dari mereka, suaranya bercanda namun memancing tawa teman-temannya. Haechan menggeleng pelan, menahan rasa takutnya, tetapi godaan itu tidak berhenti.

“Duh, si cantik nolak, bro. Gimana kalau kita samperin aja?” ujar seseorang yang tampaknya ketua dari mereka. Haechan semakin merasa tidak nyaman, tetapi dengan napas berat ia menghapus sisa air matanya dan mencoba beranjak pergi.

“Eh, mau ke mana, cantik?” Tiba-tiba, tangannya ditarik paksa oleh sang ketua. Haechan menatapnya tajam, berusaha melepaskan diri.

“Apa sih?! Lepasin gak!” serunya, mencoba menarik tangannya, namun genggaman ketua itu makin erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the third person(Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang