2. Rumit sekali

869 81 1
                                    

*Arthur POV

"Bang, aku berangkat sekolah dulu" hazle bicara sebelum pantatku menyentuh tempat tidur, aku baru saja kembali dari menemani rinz sarapan, kupikir hanya akan sebentar, tapi manusia itu mengerjaiku

"Hm, belajarlah dengan giat" motivasi ku padanya

"Jangan tidur lagi ya bang, sarapan dulu"

"Iya" sebenarnya aku lapar, hanya saja mood ku berantakan, mungkin aku akan melewatkannya

"Aduh, dimana kunci motornya.." hazle membuang semua barang dalam tas, satu persatu iya lempar dan terus berpindah tempat, dia sangat buru-buru

Aku tak berniat membantu, tanganku meraih selimut dan aku bersiap tidur untuk menenangkan pikiran, tak lama hazle bersorak seperti menemukan harta karun lalu berlari keluar dengan cepat, seperti nya dia terlambat, tapi aku tidak peduli.

Ruangan mulai hening, aku merasa tenang, namun ketukan terdengar dipintu

"Arthurr" siapa lagi sekarang? Nampaknya hidupku repot sekali, aku mengabaikan nya, dia pasti akan pergi

"Arthurr bangun! Sarapan!" Ketukan pintu lebih keras, suaranya pun sampai ke lantai bawah, aku tetap diam, dia pasti pergi

"Arthurr aku masuk lohh ya!"

SIAL!

Dyrenn benar-benar menerobos masuk dan tersenyum melihat wajah pahit ku menyapanya

"Sudah bangun kau rupanya, ayok turun sarapan"

"Aku tidak lapar" tolak ku, sungguh bisakah biarkan aku sendiri saja? Aku butuh ketenangan

"Yasudah, aku bawa saja ya makanan nya kemari?"

"Tidak! Tidak perlu, aku tidak lapar"

"Iya sekarang kan kau tidak, beberapa jam lagi pasti laparkan? Tak masalah aku akan menyiapkan nya"

Dyrenn berjalan keluar, aku melihat keseriusan di wajahnya, muncul perasaan tidak enak, manja sekali sampai harus dibawakan makanan, aku turun dan mengejarnya

"Dyrenn!"

"Ya? Kau butuh sesuatu?"

"Tidak, aku akan turun"

"Katanya kau tidak lapar" wajah dyrenn menggoda ku, kau tau senyum bodoh dan tatapan itu hanya dia yang memiliki nya

"Diamlah! Atau aku berubah pikiran"

Dia tertawa, nyaring sekali, membuat semua perhatian kearah kami, meja makan cukup ramai, pelatih dan manager mengambil kursi bersebelahan, lalu Skylar dengan celana pendeknya mengunyah tanpa ekspresi, idok tersenyum memberikan aura bersahabat padaku, lalu rinz? Aku malas membahas nya

"Selamat pagi Arthur, bagaimana malammu?" Tanya pelatih ku khezcute

"Baik, terimakasih untuk kamarnya"

"Jika hazle menganggu mu, katakan padaku, akan ku siapkan kamar yang lain, anak itu masih pubertas, terkadang sulit di atur"

Aku mengangguk mengerti, menarik kursi lalu mengambil piring dan sendok, bersiap mencari makanan yang sekiranya cocok di lidah ku, pilihan ku pada omlet dan udang goreng, aku makan dalam diam, sesekali melihat dyrenn yang terus mengganggu Skylar

"Diamlah lek.. ku tampar kau nanti ya?" Ancam Skylar setelah dyrenn merebut ponselnya

"Fokus makan dulu aja kau, jangan main Hp terus!"

"Kembalikan ren, dyfaa marah nanti, aku belum mengabari nya"

Dyrenn terlihat kecewa, entah apa yang salah dengan itu? Skylar hanya menginginkan kembali ponsel nya, lalu tak terdengar perdebatan lagi, rupanya dyrenn pergi tanpa menghabiskan makanan nya, semua orang diam, nampaknya hal ini sudah biasa

Tak lama idok selesai dan berjalan ke arah dapur, menyimpan piring kotor, mengambil minum lalu melangkah kembali ke kamarnya, sebelum itu dia sempat mengajak ku bicara, aku tak begitu mendengarkan

"Kalau sudah selesai, taruh saja piring kotornya, nanti ada yang membersihkan" ucap Skylar seraya memberi contoh

Aku tersenyum, makanan ku masih banyak, aku menunggu semua orang pergi lalu aku akan membuang nya, nafsu makan ku memang sedang buruk, terlebih aku cukup pemilih

"Habiskan" terkejut, sendok di tanganku jatuh, aku melihat siapa yang bicara, rinz.. si bodoh itu datang dengan keringat yang mengucur deras, tangannya melepas sepatu running dan menyimpan nya

"Habiskan Arthur, jangan buang-buang makanan" ulang nya lagi, seakan tau isi pikiran ku

"Urus saja urusan mu!" Aku masih kesal, jujur saja, dia membuang waktuku cukup banyak pagi tadi, dan dia sekarang ingin mengusik ku lagi?

"Oh, Merajuk?" Godanya

Siapa? Aku? Merajuk? Tidak! Siapa yang merajuk? Aku hanya kesal.. tak bisakah dia membedakan

"Tak suka dengan rasanya? Mau aku pesankan yang lain?" Rinz membuka ponselnya, melihat-lihat daftar makanan, sok akrab sekali orang ini!

"Tidak, terimakasih, tolong biarkan aku sendiri"

"Rendang, soto ayam, bakso, atau pizza? Kau suka makanan seperti apa?"

"Tidak"

"Atau kau ingin yang manis? Kue? Donat? Puding?"

"Tidak rinz, hentikan"

"Kalau begitu katakan sesuatu"

"Apa?!!"

Rinz menatap ku, lekat, keringat nya masih disana, menetes.. dari kening ke pipi, lalu ke dagu, terus seperti itu, harusnya tercium bau tak sedap seperti kebanyakan orang, tapi dia tidak, aku penasaran parfum apa yang dia gunakan, haruskah aku bertanya?

"Jangan berteriak, tidak cocok dengan wajahmu" ucapnya, mengelus rambut ku, mengatur agar tidak menutup mata, menyelipkan pada telinga lalu beralih pada pipiku, bergerak disana, mengelusnya, pelan

Memangnya kenapa dengan wajahku?
Lagi pula kenapa dia menyentuh nya?!

"Aku tidak lapar" ku hempas tangannya, menatap, memberi perlawanan

"Kau yakin?"

Aku mengangguk cepat! Apa yang bisa dia lakukan, memaksa ku? Memang nya dia siapa??!

"Yasudah, kembali ke kamar, beristirahatlah, aku akan membereskan ini"

Apa? Dia mengalah? Kenapa tiba-tiba berubah baik begini

"Arthur kau mendengar ku?"

Aku berdiri, mengacuhkan rinz dan berjalan ke dapur, membawa bekas piring dan gelas yang kupakai, tapi rinz menahan ku

"Ku bilang pergi kekamar dan beristirahat, biar aku yang mengurus ini, bisakah kau tak membantah?"

"Kenapa pula aku harus tunduk?"

Rinz menghela napas, mengatur rambut lepeknya ke belakang, kedua tangan nya di pinggang, berdiri dan melangkah mendekat

"Kau tidak akan suka apa yang aku lakukan setelah ini jika kau tetap pada pendirian itu"

Apa dia sedang mengancam? Tapi langkahnya tak berhenti

"Kau akan memukulku?" Jujur, jika soal berkelahi aku memang tak di anugrahi sama sekali

Rinz tertawa, "lebih dari yang kau bayangkan"

Baiklah, aku memang pencundang, katakan saja, aku tidak peduli, aku memilih melangkah pergi meninggalkan nya, terlalu rumit jika aku mengikuti egoku bukan?

Aku tidak takut! Hanya ingin bersikap dewasa, tolong garis bawahi itu!

Sebelum benar benar menjauh, aku berbalik, memperhatikan rinz, dia dengan teliti membereskan apa yang aku mainkan di meja makan, lalu sisa makanan di piringku.. Dia memakannya.

Sekali lagi, aku tidak peduli.




TBC

SUTSUJIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang