*Dryenn POV
Dunia baik-baik saja walau aku dan teman ku hancur, kami gagal, mungkin tidak hanya dalam kompetisi, tapi pada hal lain, aku pecundang.
Sudah saatnya berbangga diri, namun keberhasilan tak semudah itu, kesempatan akan selalu ada, aku yakin, tapi laki-laki selalu menepati janjinya
"Coach, langsung saja, aku tak bisa banyak meminta maaf, tapi aku akan berhenti"
"Skylar memberi penjelasan tentang masalah kalian, ku pikir keputusan ini sangat sepihak, kau terbawa suasana, aku menentang, dan semua staff akan begitu, jadi menyerahlah, kami tidak akan melepasmu, keputusan ini sudah bulat, tidak ada penawaran kembali"
Khezcute dengan amarahnya yang semua orang tau tak pernah terlihat walau kami memberi permainan yang buruk, tapi kali ini pria besar itu bahkan meninggikan suaranya, aku menghela nafas, sudah ketiga kalinya kami bicara, aku tak memiliki alasan yang cukup logis untuk berhenti, entah apa yang Skylar sudah katakan, tapi semua orang hanya mendengarnya
Ku melangkah menuju kamar, mencoba mencari cara lain, namun Arthur menghadang di anak tangga, dia terlihat sangat baik walau kemarin salah satu impiannya pupus begitu saja
"Ku tebak hasilnya sama" dia mengejekku, dengan wajah tanpa ekspresi, Arthur sangat baik ketika melakukannya
"Menyingkirlah, mood ku sedang tidak baik"
"Apa ini kali pertama kau gagal? Ku pikir syarat bergabung tak hanya tentang seberapa hebat kau dalam bermain"
"Kau tau bukan itu masalahnya, jadi kumohon tutup mulut kering mu itu"
"Kasar sekali"
Arthur menepi setelah ku paksa tubuh ringkih itu bergeser, sangat mudah melawannya, karena memang Arthur tak banyak tenaga
Melihat kondisi kamar yang masih sunyi, aku bersyukur Skylar belum kembali, akhir-akhir ini dia banyak menganggu, mendengar aku yang akan berhenti, seperti mempengaruhi suasana hatinya, kadang menangis kadang tertawa, aku sulit mengimbangi, tapi beruntunglah Skylar yang memiliki banyak orang yang mencintainya, wanita itu.. dyffa, dia sangat beruntung, Skylar tak akan melepaskannya, bahkan jika menukar dengan nyawaku
Ku renungi semua yang terjadi, seharusnya masih bisa dikubur, perasaanku yang selalu di anggap menjijikan, perasaan yang mungkin akan membawaku ke titik paling terendah, dimana semua kewarasan ku lenyap dan tak bisa kembali, namun Arthur mengatakan itu hanya akan membunuhku perlahan
Langkah kaki terdengar cukup berirama, aku tak menebak, tanpa berpikir aku tau Skylar sedang berlari kemari, tak ingin menyambut, aku diam menunggu apa yang akan dia katakan, mataku bahkan tak meliriknya sama sekali
"Idiot seperti mu memang tak seharusnya bergabung, kau hanya memberi masalah!" Skylar pasti mendengar kabar dari management, sebagai pemimpin tim dia cukup aktif pada banyak hal penting, aku tak membela diri, itu hanya akan membuatnya semakin marah
Ku letakan ponsel dan semua barang yang mungkin bisa menyita perhatianku, akan ku fokuskan kedua telinga pada seseorang yang kini menarikku agar menatapnya, tak ada bantahan, ku lihat rambutnya kini semakin tumbuh, cepat sekali, tanganku terulur menyentuhnya, memberiku sedikit ketenangan, kenapa harus Skylar yang aku inginkan? Jika orang lain, mungkin akan lebih mudah
"Saat panjang nanti, apa kau ingin mewarnainya lagi?" Terakhir kali Skylar menggunakan abu-abu dan itu sangat cocok untuknya, entah apa pantas jika aku menginginkan dia kembali nyentrik seperti dulu
"Kau tak mendengar? Seberapa hebat kau ingin pergi dari sini? Tim mana yang sudi menerima mu? Jika kami memberi pernyataan buruk, karir mu akan berakhir!"

KAMU SEDANG MEMBACA
SUTSUJIN
FantasyMulutku diam, tapi hati dan otakku terus bicara, semuanya terasa menyenangkan dan sangat rumit, aku berusaha untuk terus berada dalam kewarasan ku.