6. Membaik

146 60 5
                                    

*Dyrenn POV

Apa yang bisa kulakukan jika orang yang sangat ku puja sedang bergerak diatas ku sekarang? Haruskah aku menikmatinya??

Bolehkah aku egois kali ini saja? Apa dyffa diam jika tau aku melakukan ini pada kekasihnya? Tiba-tiba ada rasa bersalah di benakku, aku sudah sangat menjijikan dan aku membawa Skylar bersamaku, jahat sekali.. aku kehilangan harga diri

Setelah apa yang Skylar katakan, apa yang rinz percayakan, dan Arthur yang berusaha membantu, seharusnya aku malu..

Aku tak bisa membela diri dengan alkohol yang ku minum, nyatanya aku masih bisa mengontrol diriku dengan baik, aku tak bisa melakukannya

"Sky.. hentikan" ku dorong pelan tubuhnya, tak ingin melukainya untuk kesekian kali

"Kenapa? Kau tak suka?" Matanya gelap, Skylar tak tertarik padaku secara hati, ku bertaruh seluruh hidupku untuknya, hanya ada nafsu disana, Skylar yang baik harus mengerikan karena emosi yang tak beraturan, dan aku justru memanfaatkan nya, Arthur pasti kecewa padaku jika tau akan hal ini

Aku semakin mendorongnya untuk memberi jarak, ku tata kembali pakaiannya, tak ada perlawanan, Skylar terlihat terus menunggu, dia perlahan sadar dengan apa yang dia lakukan

"Maafkan aku" ucapku penuh penyesalan, kini Skylar mengerti, dia mundur dengan sendirinya, terlihat kembali amarah yang harusnya selalu dia miliki, aku tak ingin merusaknya lagi

Dan sepertinya aku tak bisa menerima sikap Skylar esok hari jika kami tetap melakukannya, Dia pasti akan marah, dan benar- benar akan mengusirku, kalimatnya akan selalu ku ingat, dan perlahan membunuhku, semuanya menjadi lebih berantakan

"Aku tak akan mengatakan apapun, semua yang terjadi adalah salahku" biarkan dia mencerna semuanya, lalu pergi seperti yang aku harapkan, mencoba memiliki Skylar adalah sikap keserakahanku yang tak ingin ku hidupkan kembali, aku cukup tau diri, Skylar sepenuhnya benar, aku tak sebanding dengannya

Namun wajahnya terlihat sendu, diluar dugaan Skylar tak kunjung menjauh, dia duduk menatap ku penuh tanya, tak ada kegelapan lagi di mata indahnya, aku kembali merasa bersalah, dia pasti kecewa

"Sky.. kembalilah ketempat mu, kita lupakan masalah ini, aku bersalah.. sepenuhnya" aku memohon, tak ingin rasa itu kembali tumbuh, mengenai pertemanan aku menyerah untuk mengejar, jika Skylar menginginkan ku pergi, akan ku lakukan.

Dan saat air mata itu jatuh, aku kehilangan separuh nafasku, tidak, bukan milikku yang mengalir, tapi Skylar.. Dia menangis

Aku panik, jarak yang tadi sudah kubentangkan kini ku tarik kembali, ku peluk tubuhnya yang bergetar, aku patah hati, melihatnya seperti ini semakin membuatku merasa bersalah, aku kembali menyakitinya, apa dia merasa hina setelah apa yang sudah dia lakukan?

"Maaf, ini bukan salahmu, aku yang memaksa, kau tidak sadar melakukannya, jangan dipikirkan! Lupakan saja! Tidak akan ada yang tau" Aku terus menenangkannya, berharap apa yang aku takutkan tak terjadi, Skylar mudah sekali terpengaruh oleh reputasi, dan dia sangat bergantung dengan karirnya saat ini, memang cukup jauh jika Skylar sudah memikirkan pendapat publik, namun wajar jika dia terkejut, dia hampir saja tidur denganku, kami bahkan sudah setengah telanjang, pria normal mana yang akan baik-baik saja?

"Tak bisakah kau terus menjadi temanku saja? Kenapa kau seperti ini" Skylar menghentikan tangisannya dengan cepat, seperti dugaan, dia hanya terkejut, belum lagi emosi nya yang tiba-tiba berubah, pasti sulit sekali berpikir jernih

"Seperti ini bagaimana? Aku kan memang temanmu" ku coba mencairkan suasana, nampaknya kami bisa berbaikan jika suasana hati Skylar terus menghangat

"Kau membuatku bingung.." Skylar kini menatapku dengan serius, tak ada amarah lagi, "Kemarin kau bertingkah seolah menyukai dyffa, lalu ternyata kau memberikan semua perhatianmu padaku, dan sekarang saat aku menyentuhmu, kau terlihat sangat menikmatinya, sebenarnya apa yang terjadi? Jelaskan padaku"

Ada keraguan saat keinginanku kembali muncul, memberi kejelasan yang Skylar mau hanya akan membuatnya semakin berantakan, begini saja aku sudah tak tega, Apalagi jika dia tau perasaanku, hanya akan menambah bebannya saja

"Besok saja ya, sekarang istirahat, kau pasti lelah" Akan ku pikirkan jalan keluarnya nanti, mengambil keputusan disaat seperti ini hanya akan membawa penyesalan

Skylar mengangguk patuh, "Berjanjilah! Aku menunggu"

Kini senyumku tak bisa kutahan lagi, merekah menyapa senyum Skylar yang juga seakan lama disimpan, aku seperti bermimpi, akankah ini awal yang baik?

"Aku janji! Sekarang kembali ke tempatmu"

"Tidak! Aku tidur disini" Skylar berpindah kesamping kiriku dan memaksaku ikut berbaring, tangannya terulur memelukku, tak erat namun aku sangat merindukannya

"Kau punya tempat tidur sendiri"

"Sekali ini saja, aku ingin memelukmu"

Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini? Bagaimana aku bisa melupakannya? Melihat senyumnya saja aku sudah cinta lagi!

*Author POV

Di jam yang sama, namun lain tempat, Arthur sedang mengatur api, dia merebus air dan membuka dua bungkus mie instant, rasa lapar membuat kantuknya hilang, padahal Arthur sudah makan cukup banyak sore tadi, entah kenapa pola hidupnya cukup tak sehat akhir-akhir ini, Arthur sering begadang dan memakan makanan instan, sangat merusak pencernaan

Setelah mie matang, Arthur membawanya kemeja makan, membuka ponsel selagi menunggu mie cukup dingin, dan mencari apa saja yang bisa menghibur nya, hari ini Arthur cukup bosan, ia tak banyak bicara, tak ada yang menganggunya karena memang Rinz pergi bersama dyrenn sejak pagi

"Apa dia sudah pulang?" Tiba-tiba saja Arthur merindukannya, tak melihat rinz seharian membuat mood Arthur buruk, akhirnya dia berjalan ke atas meninggalnya mie nya yang masih panas untuk mengetuk kamar rinz dan idok, berharap mereka ada di dalam

"Rinz!" Arthur hanya memanggil satu nama, berharap orang itu yang akan membuka pintu, dan keberuntungan selalu ada padanya, Rinz benar-benar menyapa dengan rambut nya yang masih basah, sexy sekali

"Hey thur, ada apa? Belum tidur kau?"

"Baru pulang?" Arthur memiliki kebiasaan buruk dengan memberi pertanyaan atas pertanyaan orang lain

Rinz mengangguk lalu keluar kamar dan menutup pintu, "ya, aku baru selesai mandi, ada apa? Kau butuh sesuatu?"

Arthur mengangguk pelan, dia membutuhkan rinz untuk menghiburnya, Arthur merasa sepi, dia ingin teman

"Aku memasak mie dibawah"

"Jam segini? Seperti bukan kebiasaan mu"

Arthur membenarkan, memang seperti bukan kebiasaannya, makan larut malam dan mengetuk kamar orang hanya untuk sekedar mengobrol

"Kenapa kau tak menemuiku hari ini?"

Rins tersenyum, rasa gemas jelas tak bisa dia bendung lagi, Arthur yang sulit bicara kini menuntut rinz hanya karena tak menyapa, jika saja rinz tak berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu bertahan, mungkin Arthur sudah tak berbentuk lagi

"Aku berencana kekamar mu setelah aku mandi, tapi kau lebih dulu kemari" bohongnya, jujur rinz merasa lelah sekali, menemani dyrenn seharian sangat menguras energi, namun jika dia berkata demikian mungkin Arthur akan sedih

"Benarkah?"

"Tentu"

Arthur tersenyum, dia merasa lega jika memang Rinz juga merindukannya, "Aku memasak dua"

"Untuk ku?" Rinz terkejut, Arthur memasak untuknya? Ini sebuah kemajuan yang mungkin membuat dyrenn merasa iri, namun kenapa harus mie instan? Belum lagi rinz sedang melakukan diet sekarang

"Kau mau?" Arthur bertingkah seolah dia tau bahwa rinz tidak akan menolak

"Cium aku disini, baru aku setuju" rinz menggoda, dia menunjuk pipi kanannya dan tersenyum jahil, menguji kesabaran Arthur menjadi hobinya cukup lama,

Dan seharusnya rinz berhati-hati setelah ini karena ternyata Arthur benar-benar melakukannya.









TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 10 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUTSUJIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang