*Skylar POV
Tak tau balas Budi, itu kalimat pertama yang aku katakan saat mengetahui dyrenn mengincar pacarku, bukankah memalukan jika seorang teman begitu?? Tak bisakah dia mencari wanita lain? Maksudku.. kenapa harus dyffa? Banyak wanita yang masih melajang diluar sana, kenapa harus milikku yang dia inginkan??
Sebelumnya aku tak pernah memikirkan ini, dyrenn itu teman baikku, kita tak terpisahkan, dia memiliki tempat tersendiri di hidupku, bahkan saat semua rekan timku memilih pergi, dyrenn menepati janjinya untuk kembali menemaniku di HOSHI, saat itu keadaan tim sangat terpuruk, aku bahkan tak memiliki kepercayadirian lagi, tapi dia datang merubah semuanya, dia yang terbaik, aku menyayanginya!
Tapi rasa kecewaku tak terbendung saat satu persatu ketakutanku terjadi, dyrenn secara terang-terangan selalu melarangku mendekati dyffa, dia melakukan banyak hal untuk merusak acaraku, belum lagi tingkahnya yang sesuka hati menggunakan barangku lalu menghilangkannya, dyrenn tak terkendali, entah apa yang dia pikirkan, namun dia tau dengan pasti aku membencinya sekarang
Masih ada rasa kesal setiap kali aku melihatnya, sudah kucoba melupakan masalah yang terakhir, ku jauhkan pandangan dengan tinggal di tempat lain, mencari kesibukan, dan mendengar pendapat banyak orang agar hati ku lebih dewasa, namun rasa cintaku pada dyffa menghancurkan kewarasanku, walau aku kini menyadari bahwa cincin itu sebenarnya tak berharga, seharusnya masalahku dengan nya selesai, tapi aku cemburu, aku tak suka jika ada yang mengincar milikku, jadi ku putuskan untuk membuat dyrenn tau dimana tempatnya, dia tak pantas bersaing dengan ku, dia bahkan tak layak
Malam ini jika mengikuti rencana, seharusnya aku masih menginap, namun teguran pelatih memaksaku pulang, aku pun tak bisa membantah, karena memang aku masih memiliki tanggung jawab, langkah ku gusar saat memasuki ruang utama, untungnya hanya ada rinz dan Arthur yang menyapa, ku berharap penghianat itu sudah tidur atau lebih baik jika dia tak didalam
Tak lama berbincang, aku meninggalkan mereka dan pergi menuju kamar, lampu sudah mati, pintu pun terkunci, aku membukanya dengan perlahan, dan sialnya mata itu kembali menyapa, dyrenn terlihat lusuh sekali, tak ada senyuman dibibirnya, dia terkejut melihatku, gerakan selanjutnya sangat terbaca, dia ingin mendekat dan bicara, namun aku masih marah, dia tak bisa dimaafkan
"Diam, atau aku pergi" ancamku, untuk sekarang, tak berinteraksi dengannya adalah solusi, aku tak bisa melakukan itu didepan publik namun aku akan memberi jarak sejauh mungkin jika hanya kami berdua, itu konsekuensinya jika seseorang berkhianat
Jika perkiraanku sebelumnya dyrenn akan tetap menggangu dan merengek meminta maaf, namun yang terjadi justru dia yang diam tak membantah, kini bahkan suara nafasnya pun tak terdengar, kamar ini terasa sunyi sekali..
Aku sengaja menghubungi dyffa dan membuat obrolan menyenangkan dengan lantang ditelepon, akan ku tunjukkan padanya bahwa wanita itupun sangat mencintaiku, jadi berhentilah bermimpi! Dyrenn tak memiliki kesempatan
Sekali lagi, di luar dugaan, dyrenn tak mengacau lagi, dia diam tak bersuara, aku merasa menang, namun ada sedikit ketakutan yang tiba-tiba menganggu ku
Ke esokan harinya, aku bangun paling akhir. Seperti biasa, tak ada yang bisa mengalahkanku soal jam tidur, aku bersemangat karena rasanya aku cukup merindukan masakan bi Lisa-asisten rumah tangga disini, biasanya dia akan menyiapkan makanan yang ku suka tanpa ku beri tahu, terlebih tak ada dyrenn sepanjang aku membuka mata, entah kemana orang itu pergi, kuharap dia tak menggangguku hari ini
"Selamat pagi" ku sapa Arthur dan idok yang sedang meminum susu di meja makan, nampaknya mereka sudah selesai dengan kegiatannya, rinz mungkin sedang berolahraga, dan hazle? Dia tak akan melewatkan sekolahnya jika masih ingin gajinya sama dengan yang lain
KAMU SEDANG MEMBACA
SUTSUJIN
FantasyMulutku diam, tapi hati dan otakku terus bicara, semuanya terasa menyenangkan dan sangat rumit, aku berusaha untuk terus berada dalam kewarasan ku.