Wangi bunga semerbak di dalam kamarku. Kamarku yang semula bernuansa pink kini telah berubah menjadi putih bersih dengan hiasan bunga mawar merah di kasurku. Sulap ini dilakukan oleh Kakakku, Alma.
Ibu satu anak itu sangat antusias mendekorasi kamarku.
"Diana" teriak kedua sahabatku
Mereka berlari kecil menghampiriku yang sedang di make up.
"Happy Wedding ya, ihhh akhirnya jadi nikah juga" ujar Mika
"Minggu depan gantian" ledekku
Lebih tepatnya bukan ledekan, memang Mika akan melangsungkan pernikahan Minggu depan. Aku bersyukur sebab aku bisa menghadiri acaranya bersama suamiku nantinya.
"Mbak minta bedak dong" pinta Nada
"Buat apa sih Nad?" tanya Mika
"Biar nggak sawan. Masa kalian nggak tahu sih" sewot Nada sambil membalurkan bedak ke perut buncitnya
"Di nggak ada kursi lagi ya? Pegel nih bawa perut gede" keluh Nada
"Duduk kasur aja Nad, empuk" timpal Mika
"Yang ada Mbak Alma ngamuk, doi semalaman suntuk ngerjain ini" keluh Nada sambil menggeser tubuh Mika
Nada terus memperhatikan ku.
"Kenapa Nad? Aku cantik ya"
"Heran aja. Kok kamu bisa santai senyam senyum"
"Ya harus bahagia kan hari yang ditunggu udah tiba" timpal MUA ku
"Nggak gitu Mbak, ini anak nggak ada grogi atau panik gitu. Bisa santai gitu bawaannya" jelas Nada
"Apa yang harus aku khawatirkan Nad? Wedding dream aku benar - benar terwujud"
Mika menggelengkan kepalanya.
"Anehnya Mas Bima mau pesta pernikahannya dikonsep Disney"
"Mbak, penghulunya sudah tiba" ucap salah satu assisten MUA
Busana pertamaku, baju akad dengan adat Jawa. Acara berikutnya adalah temu manten, masih menggunakan busana adat jawa bernuansa hitam dan gold. Untuk resepsi baru aku menggunakan gaun. Aku dan suami masih satu suku dan daerah. Jarak tempuh dari rumahku ke suami hanya satu jam perjalanan.
Aku diantar ke meja akad oleh Mika dan Mbak Alma. Nada sudah kesulitan berjalan dengan perut besarnya.
"Mik, kok aku deg - degan ya" bisikku pada Mika
"Tadi bilangnya santai"
"Itu tadi Mik, ini kenapa begitu aku lihat Mas Bima kok nge - blank ya"
"Udah nggak usah takut, orang Bima diam aja" sahut Mbak Alma
Mbak Alma menarik kursiku mundur.
Aku melirik sedikit ke arah calon suamiku. Ia hanya memandang lurus kedepan sama sekali tidak menoleh ke arahku.
"Sudah siap Mas, Mbak?" tanya Pak penghulu
Kami menganggukkan kepala bersamaan.
"Mas Bima Sena, benar?"
"Benar Pak" jawab Mas Bima dengan tegas
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Short StoryAku memilihmu sebagai tambatan hatiku. Karena kamu yang mampu mengisi kekosongan ku. Karena kamu yang bisa mengobati luka ku. Terimakasih telah memilih ku untuk menjadi tujuan hidupmu. -Diana Widya Putri- Sebuah cerita tentang Lika Liku perjalanan h...