Melihat Mama dan mbak Alma sibuk di dapur, akupun bergabung dengan mereka.
"Wuahh wangi banget anak Mama" ledek Mbak Alma
"Diana bantu apa nih?" tanyaku
Mama menggeser badanku dari wastafel.
"Udah nggak usah, sana temani aja suamimu"
"Udah bosen kali Ma, seharian di kamar terus keluar keluar udah gelap. Memang ya mereka berdua nggak butuh makan" ejek Mbak Alma
Ku pukulkan seikat bayam ke kepala Mbak Alma.
"Lihat deh Ma, auranya Diana udah beda ya" tambah Mbak Alma
"Ma, Mbak Alma godain terus nih" rengekku
"Yauda sana pergi, biar Mama sama Mbak Alma aja yang masak buat makan malam"
Akupun pergi dengan senang hati.
"Di jangan lupa keramas ya!" teriak Mbak Alma
Aku mencari keberadaan Mas Bima. Seisi rumah sudah ku jelajahi namun keberadaannya tidak ku temukan juga.
Tak berselang lama, sosoknya muncul bersama Ciko yang di gendongnya.
"Darimana aja sih Mas?" tanyaku sebal
"Habis jajanin Ciko ke depan"
"Ciko doang yang dibeliin?" dumelku
"Apasih sayang? Kamu kangen baru ditinggal lima menit doang?"
Papa datang dengan menaiki sepeda listrik.
"Di, belanjaan kamu tuh" Papa berlalu melewati kami
Ku ambil kantong kresek di keranjang.
"Buat istriku yang cantik" ucap Mas Bima
Aku tersenyum mendengarnya.
Ternyata Mas Bima nyusul Papa dan Ciko jalan - jalan. Pulangnya diajak beli jajan di minimarket.
Mas Bima memang paling bisa membuat kupu - kupu di hatiku. Aku bahagia bersamanya!
Malamnya ia membantuku memilah baju dan barang bawaan ku untuk pindah ke rumah Ibunya.
Ibunya melarang Mas Bima untuk beli rumah maupun KPR rumah. Wasiat almarhum suaminya, rumah yang kini ditempati oleh mereka akan diberikan pada Mas Bima. Sementara adiknya dapat aset berupa lahan kosong. Kenapa demikian? Sebab mereka ingin adiknya Mas Bima bisa mengelola keuangan seperti Mas Bima dan yang paling penting bisa bertanggung jawab atas hidupnya.
Sebab selama ini Mas Bima sebagai anak pertama yang ikut andil dalam setiap proses bertumbuhnya keluarga. Mas Bima sudah banyak mengalami naik turun ekonomi keluarganya, maka dari itu mereka tidak ingin menyusahkan Mas Bima lagi. Terlebih Mas Bima yang paling dekat, tidak melawan dan membantah orangtuanya.
"Mas, aku bisa nggak ya LDM sama Mas Bima? Kenapa aku nggak ikut aja?" keluhku
"Bisa sayang. Kita bisa loh LDR sampai nikah masa LDM nggak bisa? Kamu masih percaya sama Mas kan?"
Aku mengangguk.
"Kamu nggak bisa ikut sama Mas. Disana kalau mau apa-apa jauh. Kalau Mas kerja kamu nggak ada temennya nanti. Mas tahu kamu sulit banget adaptasi dan berbaur sama orang baru. Mas nggak mau kamu kesepian disana. Kalau disini Mas lebih tenang. Ada Ibu dan keluarga kamu yang jagain kamu. Kalau mau apa-apa mudah" jelas Mas Bima
"Aku bisa kok. Aku pingin dekat terus sama Mas Bima. Pingin ditemani Mas Bima terus" keluhku
"Kalau itu bisa diusahakan" timpal Mas Bima yang sedang melipat bajuku
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati
Short StoryAku memilihmu sebagai tambatan hatiku. Karena kamu yang mampu mengisi kekosongan ku. Karena kamu yang bisa mengobati luka ku. Terimakasih telah memilih ku untuk menjadi tujuan hidupmu. -Diana Widya Putri- Sebuah cerita tentang Lika Liku perjalanan h...