---HAPPY READING---
.Jihoon menutup buku pelajarannya. Entahlah, kenapa hari ini begitu cepat rasanya. Biasanya, pemuda itu tidak dibiarkan sejenak saja untuk bisa bernafas lega. Selalu saja ada yang mengganggunya. Namun, hari ini seperti ada yang aneh.
Orang-orang yang bisanya menganggu dirinya, hari ini tidak melakukannya. Jihoon berpikiran negatif untuk sejenak. Apa rencana mereka kali ini?
"Apa aku akan tiba-tiba di bunuh di jalan?"
Jihoon memikirkan hal yang buruk akan terjadi padanya saat pulang nanti. Helaan nafasnya terdengar tidak tenang. Ia melihat sekitarnya, kelas sudah sepi dari para murid. Jihoon pun menyusul keluar dari kelas dan melangkah lemas keluar dari sekolahnya.
Jalanan yang sepi, ditambah dengan Jihoon yang berjalan sembari menunduk lesu. Ia masih tidak bisa berhenti memikirkan tentang apa yang akan terjadi padanya nanti. Ia yakin, tidak ada hari yang tenang untuknya. Meskipun ia selalu berharap, ada satu hari saja untuk dia bisa bebas dan bernafas lega.
"Hai, manis!"
Jihoon menghentikan langkahnya. Sudah ia duga, tidak akan ada hari yang tenang untuknya. Ia mengenali suara itu. Langsung saja dia mendongakkan kepalanya. Di depannya, tiga orang tadi pagi yang menyambut nya di kelas, kini sudah ada di depannya. Duduk di motor mereka masing-masing yang menghalangi jalan Jihoon.
"Mau apa lagi kalian?" Meskipun bertanya, Jihoon pasti tahu, apa yang akan mereka lakukan padanya.
"Hei, kenapa wajah mu lesu sekali sih?" Jihoon melihat Jeno turun dari motornya. Disusul dua temannya, Jaemin dan Mark.
"Sayang sekali kita tidak akan bertemu lagi setelah ini." Jihoon membeku sejenak, apa maksud dari perkataan Mark tadi. Apa mereka akan membunuh Jihoon?
"A-apa maksudmu?" Tubuh Jihoon sedikit bergetar. Ia tidak bisa lagi berpikir positif karena ucapan Mark tadi.
"Kau benar-benar cantik, lihat ini." Jaemin menunjukkan layar ponselnya kehadapan Jihoon.
"Cantik kan? Aku tidak percaya kau laku secepat ini."DEG!
Jihoon langsung menatap Jaemin dengan wajah yang kebingungan. Otaknya tidak mampu mencerna perkataan mereka sejak tadi.
"Maksudnya?"tanya Jihoon dengan nada yang sedikit bergetar.
"Satu setengah miliar! Gila! Benar-benar gila!" Jaemin menunjukkan ponselnya ke arah kedua temannya.
"Aku memasang harga seratus juta, tapi mereka malah mengadakan lelang. Dan pada akhirnya orang ini menetapkan harga satu setengah miliar. Apa tidak gila?" Jaemin benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat ini.
"Ka-kalian menjual ku?" tanya Jihoon sedikit terbata-bata.
"Iya!" jawab ketiganya serentak.
Jihoon menatap ketiganya tak percaya, ia kemudian melangkah mundur secara perlahan. Niatnya ingin kabur, namun saat ia membalikkan tubuhnya, dia malah menabrak tubuh seseorang dan langsung membuatnya terjatuh ke tanah.
"Dia orangnya. Langsung saja bawa dia dan serahkan uangnya!" Jihoon mendengarkan teriakan Jaemin di belakangnya. Dia menatap orang bertubuh besar di depannya ini dengan ketakutan.
Beberapa orang kemudian muncul dengan tiga koper yang sepertinya berisikan sejumlah uang di dalamnya. Mereka kemudian memberikan koper-koper itu kepada ketiga pemuda di sana dan langsung pergi.
"Bawa dia!" perintah orang di depan Jihoon, langsung dilaksanakan oleh orang-orang yang membawa koper tadi.
Jihoon berusaha bangkit kembali dan ingin segera berlari menjauh, namun tangannya lebih dulu ditarik oleh orang dibelakangnya, lalu mendaratkan sebuah sapu tangan yang sudah diberikan obat bius ke bagian mulut dan hidung Jihoon. Percuma saja Jihoon meronta-ronta meminta dilepaskan, tenaganya tidak cukup kuat untuk bisa melawan orang yang tengah membiusnya ini.
Perlahan, obat bius itu mulai bekerja. Pandangan Jihoon mulai kabur dan akhirnya dia pingsan. Langsung saja mereka menbawa Jihoon masuk ke dalam mobil. Ketiga pemuda dengan masing-masing koper mereka pun hanya tersenyum melihat Jihoon dibawa pergi oleh orang yang telah membeli Jihoon dengan harga yang sangat amat fantastis.
"Kita apakan uang ini?" tanya Mark.
"Aih! Jangan tamak! Kita berikan sedikit pada orang yang sudah mau memberikan tempat berteduh untuknya selama ini." Mark tau maksud Jaemin. Mereka bertiga segera menaiki motor mereka dan melaju menuju rumah Jihoon.
Setelah sampai, Jeno memencet bel pintu rumah Jihoon beberapa kali, hingga seorang wanita paruh baya membuka pintu tersebut dari dalam.
"Ada apa?" tanya wanita itu.
"Ah, maaf mengganggu. Kami datang untuk memberikan mu ini." Jeno menyodorkan salah satu koper kepada wanita itu. Awalnya, wanita itu kebingungan, lantas ia membuka koper tersebut di lantai.
"AKK!!" Dengan spontan wanita itu hampir melempar koper tersebut karena terkejut dengan isinya. Tumpukan uang tercetak jelas di kedua matanya.
"U-uang sebanyak ini?" Wanita itu mengangkat kopernya sembari membenarkan posisinya untuk berdiri tegap.
"Yah, maaf lancang. Kami menjual Jihoon, dan dia laku satu setengah miliar. Angka yang fantastis untuk pemuda cantik itu. Dan ya, kami memberikan mu sedikit dari hasilnya. Di dalam koper itu ada sekitar 500 juta untuk kalian."
Ucapan Jeno membuat wanita itu terkejut. Anaknya dijual tanpa sepengetahuannya oleh teman-teman Jihoon sendiri.
"Dia laku satu setengah miliar?" tanya wanita itu dan Jeno mengangguk.
"Ah! Kenapa aku tidak memikirkan hal ini sejak dulu, kalau begitu aku pasti sudah kaya raya! Ngomong-ngomong terima kasih karena membantu menyingkirkan anak sialan itu dari kehidupan kami." Ini terdengar gila. Wanita itu bukannya marah karena seseorang telah menjual anaknya, tapi malah berterima kasih karena sudah membantu menyingkirkan Jihoon dari kehidupannya.
"Baiklah kami pergi dulu, nikmati uang mu!" Jeno dan kedua temannya pamit pergi. Sementara wanita itu bersorak gembira sembari menghambur-hamburkan uang yang ia dapat ke udara.
Semua orang memang gila. Tidak ada yang waras di dunia ini, tidak ada yang peduli terhadap sesama mereka. Walaupun secara harfiah, Jihoon tidak memiliki kesalahan apapun, karena yang melakukan perbuatan bejat di masa lalu itu adalah Ibu dan pria yang ternyata ayah dari ibu angkatnya yang sekarang. Haruskah dia yang menanggung semua karma nya?
"Apa aku memang akan mati?"
---BERSAMBUNG---
Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
REST AREA~Kyuhoon
Teen FictionDi dunia ini, mungkin hanya Park Jihoon yang memiliki nasib buruk. Keluarganya tidak menganggap dirinya, teman-temannya mem-bully-nya, dan bahkan orang tidak dikenal pun mencemooh dia. Jihoon tidak tau, kenapa mereka semua tidak menyukainya. Ada apa...