---HAPPY READING---.
Jihoon hanya bisa pasrah dan berdoa. Semoga dia baik-baik saja. Junkyu terus menyeretnya dan memasukkannya ke sebuah kamar. Dilempar begitu saja tubuh Jihoon ke lantai kamar, lalu ia mengunci pintu kamar dari dalam.
Sebenarnya, Jihoon ingin mengagumi keindahan kamar ini, luas kamar yang sama dengan setengah dari rumahnya dulu. Semua perlengkapan kamar sepertinya ada di sini. Namun, keadaannya tidak terlalu baik untuk melakukan hal itu. Di depan Jihoon ini adalah seseorang yang sedang dikuasai amarahnya.
"Tolong, maafkan aku. Aku tidak sengaja." Jihoon menundukkan kepalanya. Dia benar-benar tidak sengaja menampar Junkyu dan mengumpatnya.
Junkyu mendongak ke atas sembari menghembuskan nafasnya pelan. Ia pun melangkahkan kakinya mendekati Jihoon yang terduduk di lantai. Junkyu berjongkok, menyetarakan tubuhnya dengan Jihoon.
"Jangan melakukan hal yang membuat ku marah. Kau sudah ku biarkan hidup karena darah mu. Jangan sampai kau tidak bersyukur untuk itu."
"Menurutlah pada ku, dan sekali lagi, jangan membuat ku marah."
Jihoon hanya mengangguk lemas, dia masih menunduk ke bawah dengan perasaan yang ketakutan. Dia mendengar Junkyu menghela nafas lagi.
"AKH!"
"Sudah ku katakan padamu! Jangan menunduk ketika aku sedang mengajak mu bicara!"
Junkyu menarik rambut Jihoon kebelakang, membuat wajahnya seketika mendongak menatap Junkyu dengan tatapan takut dan kesakitan.
Junkyu terdiam sejenak, dia terpaku dengan wajah Jihoon yang begitu manis. Jangan lupakan plaster yang masih melekat di pipinya, membuat wajahnya tampak sangat lucu di mata Junkyu. Pria itu langsung mengalihkan perhatiannya, tak ingin terlalu terbawa suasana.
"Hyunsuk yang mengobati mu?" tanya Junkyu kemudian tangan kanannya yang menjambak rambut Jihoon turun ke tempat dimana plaster Jihoon menempel. Pemuda manis itu mengangguk.
SRET!
"AKH!"
Pipi Jihoon terasa seperti tersengat oleh listrik. Plaster yang menempel di lukanya mendadak ditarik oleh Junkyu dan melepasnya dengan paksa.
"Jelek! Wajahmu lebih indah ketika sayatan yang ku buat terlihat."
Luka Jihoon yang belum kering pun kini terasa perih kembali. Pemuda itu meraba-raba pipi kirinya yang terasa sangat perih.
"Apa aku dapat makan setelah ini?" tanya Jihoon dengan nada yang lemah. Dia benar-benar sangat kelaparan sekarang ini. Satu potong daging tadi tidak bisa mengganjal perutnya yang benar-benar kosong itu.
"Mungkin."
Setelah mengatakan hal itu, Junkyu keluar dari kamar ini. Terdengar juga suara pintu terkunci dari luar. Jihoon hanya bisa terduduk lemas di lantai. Dia benar-benar sudah sangat lemas untuk bergerak. Perutnya benar-benar kelaparan. Pemuda manis itu menidurkan tubuhnya di lantai, kemudian meringkuk sembari menahan rasa laparnya.
"Apa dia akan membunuhku dengan perlahan? Tidak memberikan ku makanan sampai aku mati?"
.....
"Hyunsuk!"
Hyunsuk yang mendengarkan namanya dipanggil pun langsung bergegas menghampiri Junkyu.
"Ada apa Tuan?" tanya Hyunsuk.
"Berikan dia tiga kali makan sehari, jaga dia, jangan ada orang yang boleh masuk ke kamarnya kecuali dirimu!"
Hyunsuk mengernyitkan dahinya, tiba-tiba saja Junkyu bersikap seperti ini. Hyunsuk bahkan tidak langsung menjawab perintah Junkyu karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya beberapa saat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REST AREA~Kyuhoon
Teen FictionDi dunia ini, mungkin hanya Park Jihoon yang memiliki nasib buruk. Keluarganya tidak menganggap dirinya, teman-temannya mem-bully-nya, dan bahkan orang tidak dikenal pun mencemooh dia. Jihoon tidak tau, kenapa mereka semua tidak menyukainya. Ada apa...