"Kalau ada apa-apa, gue selalu ada kok."
Masih terbayang kalimat itu di otak Jessica. Kalimat tergombal yang sering ia dengar. Tapi, entah kenapa jika Alva yang mengatakannya, ada perasaan lain yang menghampiri Jessica. Seakan apa yang dikatakan cowok itu benar-benar tulus.
"Zy kenapa gak dimakan? Lo gak suka seafood ya? Atau alergi?"
Jessica mengerjapkan matanya setelah Alva memandangnya dengan pandangan cemas. Oh, mungkin Alva memandang cemas makanan yang belum sedikitpun Jessica sentuh.
"Gue-gue suka kok. Who doesn't? Alergi? Oh eng-enggak. Gue gak punya alergi, hehe."
Alva memandang Jessica dengan kerutan di keningnya. Seakan-akan Jessica telah melakukan kebohongan besar sehingga Alva mencari-cari jawaban yang sejujurnya pada Jessica.
Jessica akhirnya memakan makanan di hadapannya. Berusaha untuk bertingkah sewajar mungkin agar Alva tidak curiga kepadanya.
"Lo kenapa sih, Zy? Kaya ada yang beda deh hari ini. Lo mikirin apa?"
Jessica menggelengkan kepala dan menelan makanan yang ada di mulutnya. "Gapapa. Gue gapapa."
Alva menaikkan alisnya. Masih tidak puas dengan jawaban yang Jesisica berikan. Sampai sekarang, ia masih menganggap bahwa Jessica orang yang terlalu menutup diri. Tapi, Alva hanya berfikir bahwa itu hal yang wajar karena mereka baru berkenal beberapa bulan--oh atau masih bisa dihitung dengan minggu?
Akhirnya, mereka kembali makan dalam diam. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi, menurut Alva ia benci keheningan. Ntah kenapa, ia tidak suka harus berdiam-diaman dengan Jessica.
"Zy. Lo suka makan apa?" tanya Alva akhirnya, membuka pembicaraan mereka.
Kali ini Jessica yang mengerutkan keningnya. "Um, apa ya? Gue suka semua makanan. Tapi gue lebih suka sama cimol."
"Cimol? Lo suka cimol?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Alva seakan ia ingin memberitahu bahwa ia tidak percaya, seorang Jessica menyukai cimol.
Jessica mengangguk. "Iya. Dulu waktu sd gue suka beli cimol. Terus mama marah, katanya gak bagus jajan sembarangan gitu. Tapi gue tetep aja jajan cimol. Pas smp sampai sekarang, gak ketemu lagi sama tukang cimol. Gue jadi kangen makan itu," jelas Jessica.
"Zy. Gue gak bisa bikin cimol," cetus Alva setelah ia membuang nafasnya.
Jessica terkekeh. "Emangnya lo mau masakin gue? Kalau gitu, selain cimol, gue suka macaroni dan all about cheese."
Alva mengangguk dan membuat sebuah senyuman. "Yaudah. Abis ini kita masak di rumah gue, gimana?" tawar Alva.
Jessica terdiam. Ia terdiam bukan karena ia tidak percaya kalau Alva bisa memasak. Tapi, Alva ingin membawa Jessica kerumahnya?!
"Emangnya lo bisa?" Tanya Jessica dengan nada meremehkan.
"Lo meragukan kemamuan gue?"
Jessica tersenyum geli melihat Alva yang terlalu percaya diri. "Hm, oke. Setelah ini kita masak di rumah lo."
***Pandangan Damian lurus ke depan. Fokus akan jalan raya yang sudah mulai padat. Sementara telinganya terfokus ke arah perempuan di sebelahnya.
"Damian. Kamu dengerin aku?" Tanya perempuan di sebelahnya, Elvi.
"Denger, Vi. Aku denger," jawab Damian.
Elvi kembali bercerita sementara pikiran Damian malah berlari kemana-mana. Pikiran Damian malah mengingat kejadiannya tadi pagi. Kejadian dimana ia bertemu Jessica dan akhirnya Jessica memarahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen
Dla nastolatkówJessica yang baru saja diputuskan oleh pacarnya memilih untuk melampiaskan semua kekesalannya di bar. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan seseorang yang bernasib sama dengannya, Alvaro. Awalnya ia hanya memanfaatkan Alva sebagai tempat hiburannya disaa...