Surat Cinta Pembuka Mata Hati

2 1 0
                                    

Sebulan sudah berlalu sejak pertama kali Gilang menghubungiku. Di beberapa kesempatan, dia mengungkapkan perasaannya lagi. Katanya dia nggak akan nyerah sampai aku mau menerimanya. Tapi aku masih aja keras kepala menolak. Karna memang rasanya belum mungkin.

Pagi ini, Alya memberikan surat. Titipan dari Gilang. Alya juga teman SMPku. Aku, Alya dan Risty teman satu genk saat SMP. Sebenarnya masih ada satu anggota lagi yaitu Amoy. Cuma dia udah pindah domisili ke luar pulau ikut orang tuanya. Tinggallah kami bertiga yang selalu sama-sama kemana-mana.

Gilang dan Alya sebenarnya nggak saling kenal. Cuma, sepupunya Alya teman Gilang, lewat sepupunya inilah Gilang nitip surat ke Alya untuk diberikan padaku.

"Dibuka dong!" Alya mulai kepo setelah memberikan titipan Gilang.

"Nggak!" Aku melipat surat itu dan menyimpan dalam saku baju seragamku.

"Ih, Dita ayolaahh. Please!" Dia merayu-rayu meletakkan dagunya di bahuku.

"Kepo banget sih. Nggak mau ah. Ntar kamu ikut terpesona lagi sama dia."

"Ciyee, ikut terpesona? Berati kamu terpesona dong sama dia? Trus kenapa ditolak?"

Sial, aku keceplosan. Dan lebih sialnya lagi, kenapa Alya sampai tau coba? Pasti Gilang nih yang bocorin ke sepupunya Alya ini.

"Nggak juga sih. Tapi kagum dikit adalah. Hehe" Aku berlalu ninggalin Alya yang putus Asa karna nggak boleh ngintip isi suratnya.

Sampai rumah, cepat-cepat aku masuk ke kamar dan kuhempaskan tubuh ke kasur. Dengan posisi menelungkup, kubuka sampul surat berwarna baby pink bergambarkan lambang aquarius dan beraroma lembut itu. Didalamnya ada tiga lembar kertas dengan gambar princes yang juga berwarna baby pink. Aku mulai serius. Menatap tulisan yang sangat rapi lalu membacanya.

[Salam dan doa mengiringi langkahku. Mengayunkan tangan merangkai kata. Kupatahkan ranting kujadikan pena. Kuteteskan air mata dan kujadikan tinta. Hatipun ikut berfikir, kumbang dan bunga harus berujar apa?.

Sekarang baru kusadari, bahwa cinta yang kuharapkan berakhir dengan kekecewaan. Aku sudah biasa hidup dalam penderitaan dan biarlah kupikul kepedihan ini sendiri.

Kasih...
namamu tlah terpatri indah dihati ini. Namun jika kau temukan dermaga yang lebih indah yang bisa membahagiakanmu lebih dari yang aku bisa, maka menepilah. Tapi izinkan agar sukmamu tetap kutahan dalam jiwaku. Agar aku tetap merasa kau ada walaupun bukan untukku. Jelas sudah saat ini, aku inginkan awan putih yang menggantung di atas sana. Indah namun tak dapat kuraih.

Kasih...
Cintaku padamu takkan hilang ditelan waktu. Rindukupun tak akan sirna ditelan masa. Harapanku takkan rapuh meskipun musim terus berganti. Bagai perahu di tengah lautan yang terombang ambing dipermainkan gelombang, seperti itulah aku saat ini. Ingin menjauh pergi namun berat langkahku. Ingin tetap tinggal tapi tak ada tempat untukku.

Kasih... Haruskah aku bertanya pada rimba belantara? Bagaimana lagi caraku meyakinkanmu bahwa bagiku cinta bukanlah catatan yang mudah dirangkai dan dibuang ketika lembaran-lembarannya mulai usang. Sekalipun kita tau akan ada lembaran baru. Namun semua itu sangat berharga untukku sekalipun hanya secabik lembaran pahit bagai kapas yang ditiup angin tak tahu arah kemana harus pergi.

Sekuntum angrek patah terbelah tak ingin berdiri lagi hanya bisa pasrah, seperti aku malam ini yang ditemani sepi dan harapan-harapan yang akan hilang diesok pagi. Sering kupanggil namamu karna serasa ada dirimu disisiku. Kecewa saat kutau itulah mimpi. Namun sinar rembulan belum mampu menghapus bayang wajahmu, walau sudah kukunci dikotak besi.

Sering kubertanya, kenapa aku harus jatuh cinta kepadamu? Bukan pada insan lainnya yang bisa menerimaku? Sering kurasakan getaran hati ini saat bayangmu melintas di kalbuku. Begitu beratnya siksaan rindu yang kurasakan tanpa bisa memilikimu.

Kenangan Terindah (Kisah Tahun 2006) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang