Lembar 1

10 1 4
                                    

Kim Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Taehyung

Aku memarkirkan motor di dalam garasi rumah tepat di samping mobil, yang dimana garasi ini memang milik diriku sendiri, semua orang yang tinggal di rumah ini memiliki garasinya masing-masing.

Aku melangkahkan kaki untuk masuk kedalam rumah, ini sudah pukul 01.47 pagi, Aku melihat Papa kini tengah duduk dengan ponsel di genggamannya.

"Jam berapa ini Gilang? Semakin hari kamu itu semakin membangkang" Ia bertanya tanpa mengalihkan pandangan barang sedikitpun dari ponsel-nya.

Indra Arya Dewa, nama yang cukup bagus untuk Papa-ku, seorang bussiness man yang tidak pernah di ragukan dalam mengelola perusahaan, Ia cukup handal di bidang-nya, namanya pun sangat terpandang dimanapun.

"Tak perlu berlebihan, aku lelah dan aku ingin beristirahat" Aku berusaha untuk menulikan telingaku.

Saat ingin melangkahkan kaki, jemari-nya menahan lenganku dan menampar pipi kananku cukup keras, rasanya panas, Aku menatapnya dan tersenyum miring "wah, seperti biasa, pria tua ini tidak bisa menahan emosinya" setelah mengucapkan itu, Aku pergi menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamar.

Aku membanting pintu kamar dengan keras, setelah adanya pertengkaran kecil, memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuh agar dapat tidur dengan nyenyak.

Setelah tidur hanya beberapa jam, matahari sudah menyorotkan sinar melalui jendela kamar, Aku terbangun dan segera untuk bersiap-siap.

Aku melangkahkan kedua kaki menuju meja makan "selamat pagi kesayangan Gilang" sapaku kepada Mama dan mencium pipi-nya.

Ava Sahila, Mama yang sangat aku cintai, Aku menyayangi semua yang ada di dalam rumah ini, hanya saja Aku hanya dekat dengan Mama.

"Pagi sayang, ingin sarapan?" Sapa Mama.

"Sepertinya tidak, Aku masih memiliki urusan".

Saat hendak melangkahkan kaki untuk keluar dari rumah "urusan apalagi kali ini? Selalu saja membuat malu dengan bisnismu yang tidak berguna itu" ujar Papa sambil mendudukkan tubuhnya pada salah satu kursi di meja makan yang di ikuti oleh Gibran.

"Bisnisku urusanku, Aku tidak pernah ikut campur dengan urusan bisnis kalian" Aku menjawab dengan tatapan nyalang.

"Sudah sudah, kau pergilah Gilang" tidak ingin adanya keributan, Mama memilih untuk menengahi suasana.

"Terus saja kau bela anak kesayanganmu itu, Aku tidak tahu dimana letak kebanggaan-nya".

"Penghasilanku ini bahkan melebihi dari penghasilan yang kau dapatkan dari bisnismu itu, kalau saja bisnisku diterima oleh negara mungkin aku bisa menggeserkan posisimu sebagai pebisnis terbesar" Aku melenggang pergi menuju garasi dan menaiki mobil dengan lambang lexus.

Menjalankan mobil lalu pergi jauh meninggalkan pekarangan rumah, hingga memasuki jalanan sepi penuh dengan pohon rimbun sampai menemukan salah satu mansion mewah nan megah.

ENOUGH (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang