Gilang seorang mafia dan pebisnis ilegal dengan kekayaan terbesar, juga memiliki perusahaan besar yang sudah di akui oleh negara.
"Tetapi dia bahkan tidak membutuhkanmu Gilang, Aku tahu kau selalu menepati janjimu, lihatlah sampai sekarangpun kau ma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Park Jimin
"Jadi, ada apa dengan tanganmu?" Tanya Papa di sela memakan sarapan-nya.
"Semalam tanganmu baik-baik saja, kau bahkan membantuku menyelesaikan pekerjaan" ucap Gibran, sontak kedua mata Papa menatap Gibran dan Gilang secara bergantian.
Aku memutar bola mata malas sambil menghembuskan nafas lalu menyimpan pisau dan garpu diatas piring "berhentilah, ini tidak ada urusannya dengan kalian" Aku meminum segelas susu.
"Setelah kau membantuku, kau pergi ke kamarmu, apakah ada seseorang di dalam kamarmu?" Tanya Gibran sambil memiringkan kepalanya.
Aku berdiri sambil menendang kursi ke belakang "kalian semua akan terkejut kalau tahu siapa pelaku utamanya".
"Kalau begitu katakan, bagaimana kami bisa tahu kalau kau sendiri saja bungkam" ucap Papa.
"Kalau Aku mengatakan, apa kalian bisa paham?" Aku memiringkan kepala dan menatap Gibran dengan tajam "Aku menghargaimu Kak, tapi jangan melebihi batasanmu, sungguh memuakkan sekali" Aku menekan nada suara lalu melenggang pergi meninggalkan meja makan.
Semua orang memandangi kepergian sang anak bungsu "harus menggunakan cara apa lagi untuk menghentikan semua yang dia lakukan" ucap Papa lalu mengambil minum.
Saat Aku hendak mengendarai mobil ponselku berdering suara notif pesan masuk, Aku membuka dan membaca pesan tersebut "temui Bella di alamat ini, tolong jangan mengacaukan keadaan" Aku membaca pesan dari Samuel dalam hati.
Aku membuka alamat yang dikirim oleh Samuel sambil menghafalkan jalan apa saja yang harus di lewati, mencoba menyimpan pada memori otak sebelum benar-benar menjalankan mobil.
Setiba di depan rumah Bella, Aku turun dari mobil dan menekan bel rumahnya.
Tidak lama menunggu, keluarlah seorang wanita paruh baya "ingin bertemu siapa?".
"Ah, saya disini ingin menjemput Bella, dia ada di dalam?" Aku bertanya sesopan mungkin.
"Oh ada, masuk dulu" wanita paruh baya tersebut membuka akses untuk masuk ke dalam rumah yang tidak kecil tetapi tidak sebesar rumah yang Aku tinggalkan.
Aku duduk di salah satu sofa ruang tamu, wanita paruh baya tersebut menghampiri "ingin minum apa? Nona Bella masih bersiap-siap" Aku mengira bahwa dia adalah pembantu di rumah ini.
Aku menganggukkan kepala "teh hangat saja" Ia segara pergi menuju dapur untuk menyiapkan minuman.
Aku megeluarkan ponsel dari saku jas, membuka grup obrolan yang berisikan informasi seputar perusahaan.
Jemariku sibuk berkutat pada pesan-pesan yang cukup penting, membuka browser berniat untuk mencari tahu berita mengenai perusahaan yang sedang bersaing saat ini.
Mataku terpaku pada berita yang sedang tranding dan berada di posisi paling atas sambil tersenyum miring.
Berita mengenai perusahaan Birama yang sedang naik dengan pesat setelah bekerja sama dengan perusahaan besar yang berada di Amerika.