jeongwoo x jihoon
🔞Jihoon hanya pasrah, menangis kembali dalam diam. Setelahnya tampa mencabut kemaluannya dari lubang Jihoon, Ia mencondongkan badannya kepunggung Jihoon, mendekat kearah telinganya "Terimakasih untuk hidangan pembukanya. Dan... Selamat datang di neraka yang ku buat untuk mu Park Jihoon" dan kemudian Ia mencium bibir Jihoon lembut, melumatnya sedikit dan tersenyum kearahnya. Jihoon tidak membalas, tubuh dan harga dirinya hancur malam ini.
xxx
Waktu sudah menunjukan pukul 4 pagi namun mata Jihoon masih terbuka, menatap langit-langit apartemennya. Betul, Ia memutuskan untuk pindah ke apartemen beberapa hari lalu dengan alasan privacy dan ketenangan. Kejadiannya bersama Jeongwoo beberapa waktu lalu masih terngiang dibenaknya. Dan kurang ajarnya lagi setelah memperkosa Jihoon, Ia meninggalkannya begitu saja. Tentu setelah membuka terlebih dahulu ikatan di pergelangan Jihoon. Tangannya mengarah keperutnya yang datar, mengelusnya perlahan. Seketika pikirannya berkelana kemana-mana. Tidak mungkin aku akan mengandungkan? Kami baru melakukannya sekali... Tidak tidak tenang Park Jihoon, buang pikiran konyolmu itu. Setelahnya, Ia berbalik menghadap sisi kanan menutup mata mencoba untuk tidur. Sepertinya Ia akan izin tidak masuk untuk besok...
xxx
Jihoon sedang memasak didapur, sambil sesekali bersenandung. Ia membuat sup daging sapi bermodalkan resep dari sang Ibu. Ia mengambil sendok sup untuk mencicipi kuahnya. Seketika Ia tersenyum, rasanya sudah pas. Ia menyiapkan mangkuk dan nasi di meja. Ketika Ingin mengambil gelas air minum, tiba-tiba bel pintu apartemennya berbunyi. Ia mengerutkan dahi. Siapa malam-malam seperti ini bertamu? Seingatnya Ia tak punya janji dengan siapapun. Terdengar bel berbunyi lagi, "Iya sebentar" sahutnya sambil berjalan menuju pintu. Ia tidak melihat lagi ke intercom dan langsung membuka pintu. Seketika tubuhnya kaku, tangannya meremas kuat dagang pintu.
Park Jeongwoo. Ia berdiri di depan pintu apartemen Jihoon sambil menenteng plastik, mengarahkannya ke Jihoon sambil berusaha menunjukan apa yang Ia bawa. "Kau sudah makan? Aku membawakanmu ini, ku pikir kau-" "Kau gila? Apa yang kau lakukan disini?!" Jihoon memotongnya, sungguh Ia tak habis pikir dengan isi pikiran Jeongwoo. Kemarin Ia memperkosanya dan sekarang Ia muncul dihadapannya seolah-olah mereka adalah seorang teman dekat. Jeongwoo terdiam sebentar melihat kearah Jihoon yang menatapnya dengan ekspresi kesal. "Kau tidak masuk hari ini, jadi ku asumsikan kau sakit karena ulahku kemarin. Jadi sebagai permintaan maaf, aku ingin menjenguk-" "Cukup. Berhenti bicara atau aku akan memukul wajahmu saat ini juga". Jeongwoo mengatupkan mulutnya. Jihoon menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. "Pergi. Aku tidak ingin melihat wajahmu. Kau membuatku muak. Sekaligus bawa makananmu, aku tidak sudi menerima pemberian apapun darimu". Jeongwoo tersenyum kecil "Karena kau sudah bisa berkata kasar seperti itu, maka ku anggap kau telah sembuh. Baik, aku akan kembali. Sampai jumpa besok Park Jihoon" Ia berbalik menuju lift untuk turun kebawah. Gerak geriknya tak luput dari pandangan Jihoon. Ia dibuat bertanya-tanya. Park Jeongwoo... Permainan apa yang ingin kau mainkan sebenarnya...
xxx
Beberapa minggu setelah kejadian tersebut, Jihoon semakin menjaga jarak dengan Jeongwoo. Sebisa mungkin, Ia tidak ingin berada di dekatnya terlalu lama. "Baik, besok kita akan bertemu dengan Team Pak Yoon setelah-" Perkataannya terputus, ketika tiba-tiba Ia merasakan mual yang luar biasa. Ia meninggalkan ruang rapat tersebut dan berlari menuju toilet, memuntahkan semua isi perutnya. Sial, jangan lagi. Setelah itu Ia keluar dari toilet dan menemukan Asahi yang terlihat khawatir, "Jihoon kau tidak apa-apa?" Jihoon tersenyum "Ya, aku baik. Hanya kelelahan sedikit" "Tapi kau terlihat pucat. Sejak kapan kau sudah muntah-muntah seperti ini?" Jihoon terlihat berfikir sejenak, "3-4 hari ku rasa?" "Kau habis memakan apa? Kau salah makan? Telat makan? Mau kutemani ke dokter?" Jihoon terdiam, dan seketika matanya membulat oh tidak tidak, tidak mungkin "Hei kau kenapa?! Ya! Jihoon!"
Jihoon menoleh cepat kearah Asahi "A-aku akan ke supermarket depan se-sebentar ya, aku titip rapat kepadamu" Tanpa memperdulikan panggilan dari Asahi, Ia berlari menuju tempat tujuannya. Membeli 3 buah test pack, dan mencobanya di kamar mandi kantor. Positif. Ya, Ia positif hamil dan tentunya Ia sangat tahu Ayah dari calon anaknya tersebut. Ia meremas stick tersebut dan kemudian menangis. Apa yang harus Ia lakukan selanjutnya? Ya Tuhan, sungguh Ia berharap ini semua hanya mimpi semata.
xxx
Disinilah Jihoon, berdiri diam di depan pintu apartemen Jeongwoo. Ia tidak tahu kenapa fikiran dan tubuhnya membawanya kesini. Ia tidak mencoba untuk mengetuk hanya diam saja. Sampai sebuah suara membuatnya terlonjak kecil "Kau? Jihoon? Ada apa?" Jihoon mengalihkan pandangannya ke arah Jeongwoo berdiri beberapa meter darinya yang ternyata tidak sendiri. Disebelahnya ada Junkyu yang menatapnya dengan pandangan bertanya. Jihoon diam seribu bahasa. Tidak tahu ingin berkata apa. Jeongwoo berjalan mendekat diikuti oleh Junkyu di belakangnya dengan tangan saling bertaut. Bukannya menjawab pertanyaan Jeongwoo, dirinya malah tertawa miris, air matanya sudah menggenang siap untuk keluar. Dan akhirnya Jihoon membuka suara sambil menunjuk Jeongwoo di bagian dadanya. "Kau... Kau... Adalah manusia paling hina yang pernah ku temui"
Setelah mengatakan seperti itu, Ia segera berjalan dengan cepat meninggalkan keduanya. Air matanya turun. Sungguh Ia sangat lelah.xxx
Hari ini adalah hari minggu, waktunya untuk bersantai dan menikmati libur. Namun berbeda dengan Jihoon yang keadaannya bisa dibilang kurang baik. Kurang tidur, kurang makan dan semua ini karena si Brengsek itu, dan persoalan soal Janin yang ada di dalam perutnya. Bel apartemennya berbunyi, makanan yang Ia pesan akhirnya tiba pikirnya. Namun ketika Ia membuka pintu, tubuhnya langsung di dorong masuk kedalam dan di balikkan menjadi bersender di pintu. Matanya membulat sempurna saat melihat laki-laki yang membuatnya uring-uringan selama beberapa hari kebelakang ini kini ada di hadapannya.
Park Jeongwoo di depannya menggunakan jaket denim dipadukan dengan kaus dan celana hitam. Matanya yang tajam mengunci mata bambi milik Jihoon. Jihoon merasakan sesak. Bagaimana tidak, wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari miliknya. Kedua tangan Jeongwoo berada di samping tubuhnya, sampai akhirnya salah satu tangannya naik menuju pipinya dan membelainya perlahan. Tak lama Ia rasakan bibir milik Jeongwoo menempel di bibirnya. Awalnya hanya bersentuhan namun berubah menjadi lumatan yang menuntut dan kasar. Jihoon yang tiba-tiba tersadar, seketika mendorong Jeongwoo dan menamparnya.
Jeongwoo tertoleh ke kanan dan kemudian tertawa mengejek, setelahnya melihat kearah Jihoon yang menatapnya nanar. "Kenapa sayang? Kau ingin aku berbuat lebih dari itu?" Tangan Jihoon terkepal kuat "Bajingan, persetan denganmu Jeongwoo. Keluar dari Apartemenku sekarang, sebelum ku panggil keaman untuk menyeretmu keluar" Ucapnya sambil mencoba membuka pintu, namun terkunci. Sejak kapan pintunya terkunci? Dan dimana kuncinya? "Mencari ini?" Jeongwoo mengangkat kunci sambil menggoyangkannya perlahan. "Berikan padaku sialan. Aku bersumpah akan-" Sebelum perkataannya selesai, Jeongwoo melempar kunci tersebut ke arah samping dan langsung menarik tangan Jihoon kasar hingga membentur dada miliknya.
"Kau tahu, mendengarmu mengumpatiku seperti itu membuatku ingin menyetubuhimu dengan kasar. Bagaimana kalau kita mengulang adegan sewaktu di kantor tempo hari?" Jeongwoo menaikan salah satu sudut bibirnya dengan pandangan yang menggelap. Jihoon ketakutan, tidak. Ini bukan Jeongwoo yang Ia kenal dulu.
tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/371396262-288-k565723.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
narrative of ours -Treasure.
Fiksi Penggemartreasure oneshot 🔞 bxb crack pair semi-baku hope u guys enjoy it!🤍