Setelah pertarungan sengit antara Hakaken dan Ryuji, suasana di Suzuran mulai tenang. Namun, ketenangan itu hanya sekejap. Dari arah gerbang sekolah, suara langkah kaki berat terdengar mendekat. Sekelompok orang berpenampilan mencolok-jas hitam yang ketat dan tato-tato mencolok yang mengintip dari lengan mereka-masuk dengan aura ancaman. Mereka adalah Ken Katagiri dan empat temannya, anggota Yakuza yang terkenal berbahaya.
Dengan langkah percaya diri, mereka melangkah di antara para siswa yang mulai menjauh, memberi ruang bagi kelompok itu. Ken berhenti di tengah lapangan, tatapannya tajam menyapu kerumunan. Wajahnya penuh amarah, seakan petir yang siap menyambar.
"Serizawa!" teriak Ken, suaranya bergema di seluruh area sekolah. "Keluar kau! Gara-gara kau, temanku masuk rumah sakit!" Seruannya menambah ketegangan, membuat beberapa siswa berbisik ketakutan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tiba-tiba, salah satu teman Ken, pria kekar bernama Takei, menepuk pundaknya. "Oi, Ken. Santai dulu. Kau kan lapar. Pergi beli makanan dan minuman, biar kami yang bereskan masalah ini," ujarnya dengan nada ringan namun tegas.
Ken mengernyit, merasa aneh dengan perintah itu, tetapi akhirnya mengalah. "Hmph, baiklah. Kalian selesaikan dia. Aku akan kembali setelah beli sesuatu," katanya sambil mendengus, melangkah pergi dengan enggan.
Suasana tetap tegang setelah Ken pergi. Empat orang Yakuza yang tersisa menunggu dengan tatapan penuh ancaman, siap menghajar siapa pun yang mereka anggap Serizawa.
Di tempat lain, di sudut kota toarushi yang sepi, Tokio Tatsukawa, yang baru saja keluar dari rumah sakit, berjalan perlahan menghampiri Serizawa. Dengan senyum lebar dan nada bercanda, ia berkata, "Gue udah siap, coy!"
Serizawa menatap Tokio dengan ekspresi datar, tanpa menunjukkan banyak emosi. "Baguslah," jawabnya singkat sambil menyalakan rokok. Asapnya membubung ke udara, menghilang seiring angin.
Setelah berbincang sejenak, Tokio melangkah menuju motor dan berkata, "Kenapa? Cepetan naik," sambil menatap Serizawa dengan penuh harap.
Namun, Serizawa terdiam sejenak. la mengalihkan perhatian dengan menatap ke langit, membuat Tokio ikut melihat ke atas. Di saat itulah, Serizawa berkata dengan datar, "Lo jalan kaki aja," lalu mendorong Tokio turun dari motor dengan satu gerakan ringan. Tokio terkejut, tak percaya.
"Tapi, lo kan nggak bisa bawa motor!" seru Tokio Serizawa tetap acuh, tidak menanggapi teriakan Tokio, seolah apa yang dikatakan tidak penting. Tatapannya dingin, fokus ke depan. la mengengkol motor, dan dalam sekejap, motor melaju dengan kencang.
"Woy, Tamao! Woy, Tamao!" Tokio berteriak memanggil temannya, berusaha mengejar.
Motor terus melaju cepat, dan tanpa diduga, langsung menuju ambulans yang terparkir di depan. Dalam hitungan detik, Serizawa menabrak ambulans itu, menggunakan kepalanya sebagai pelindung. Suara benturan keras menggema, menghentikan segala keributan di sekitar.
Keheningan menyelimuti suasana. Tokio masih tercengang dengan apa yang baru saja terjadi, sementara Serizawa tetap diam di atas motor, ekspresinya tenang, seakan kecelakaan itu bukanlah apa-apa baginya.
Setelah terdiam beberapa saat, Serizawa mengenakan helmnya dan mulai mengendarai motor. Meskipun awalnya motornya oleng, ia tetap memaksakan diri untuk melaju dengan kencang, meninggalkan Tokio yang masih terduduk diam.
Di tengah perjalanan, Serizawa semakin mempercepat laju motor. Namun, saat melewati sebuah tikungan tajam, sebuah mobil tiba-tiba muncul dari arah berlawanan, nyaris menabraknya.
"WOI! MATA LO DI MANA?" teriak Serizawa marah setelah menghindari tabrakan itu.
Mobil itu berhenti mendadak, dan kaca jendela turun, menampilkan seorang pria paruh baya yang mengenakan kacamata. Dengan ekspresi bercanda, pria itu menatapnya dan berkata, "Serizawa, lo udah bayar SPP belom?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertarungan Pemuda Berdarah Panas
Novela JuvenilCerita tentang seorang pemuda yg penuh akan gairah pertarungan