Dan semoga hadirku tak perkeruh

2 0 0
                                    


Kami sering beradu pendapat.

Meskipun niatku selalu baik, interaksi kami sering kali berakhir dengan pertikaian. Rasa frustrasi dan ketidakpuasan mengisi hari-hari kami. Ketika satu masalah muncul, masalah lain mengikuti, seolah-olah kami terjebak dalam spiral yang sulit untuk diatasi.

Aku sering kali tidak menyadari betapa kata-kataku bisa melukainya. Dalam percakapan sehari-hari, aku berusaha untuk bersikap santai dan humoris, tetapi terkadang candaan yang kuanggap ringan justru menyakitinya. Momen-momen kecil yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi perdebatan yang melelahkan. Setiap kali dia tampak tersinggung, aku merasa bingung, berusaha mencari tahu apa yang salah. Namun, semakin aku mencoba menjelaskan diriku, semakin dalam luka itu terasa.

Seiring berjalannya waktu, kami sering beradu karena sama-sama keras kepala. Kami berdua menginginkan yang terbaik untuk satu sama lain, tetapi emosi yang tidak terkelola menjadikan komunikasi kami semakin sulit. Setiap kali kami berdebat, ada kalanya salah satu dari kami mencoba untuk menjernihkan keadaan. Namun, setiap upaya untuk memperbaiki hubungan sering kali berujung pada kesalahpahaman yang lebih dalam. Dalam hati, aku berusaha untuk tidak menyakiti Sakhira, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutku seolah tidak terkontrol. Dia bisa menjadi sangat sensitif, dan sering kali hal-hal kecil yang aku anggap sepele justru mengganggunya.

Aku melihat bagaimana stres dan ketegangan ini mempengaruhi kesehatannya. Sakhira, yang sudah berjuang melawan depresi, semakin tertekan dengan pertikaian yang kerap terjadi di antara kami. Dia mulai menarik diri, menghindari percakapan dan lebih memilih diam. Ketika kami berada dalam satu ruangan, suasana terasa berat dan canggung. Terkadang, dia akan mengalihkan perhatian dengan bermain ponsel atau melihat keluar jendela, dan aku merasa semakin terasing.

Rasa kesal dan kemarahan yang terpendam kadang-kadang meledak dalam bentuk tangisan. Dia sering merasa tidak dimengerti dan tersakiti oleh sikapku yang terkadang tidak berhati-hati. Aku ingin sekali menghiburnya, tetapi sering kali aku malah menambah beban emosinya. Melihatnya menderita karena masalah yang aku buat, membuatku merasa hancur.

Momen-momen ketika kami saling berdebat sering kali membuatku merenung. Ada saat-saat ketika aku merasa sangat frustrasi dan marah, bukan hanya pada Sakhira, tetapi juga pada diriku sendiri. Aku tidak ingin menjadi penyebab kesedihannya, tetapi kenyataannya menunjukkan sebaliknya. Dalam upaya untuk memperbaiki keadaan, aku mulai menyadari bahwa aku harus berbenah. Mungkin aku perlu belajar untuk lebih peka terhadap perasaannya dan bagaimana kata-kataku berdampak padanya.

Suatu malam, setelah salah satu pertengkaran kami yang paling hebat, aku duduk merenung. Dalam keheningan itu, aku mulai mempertanyakan diriku sendiri. Rasa sakit yang aku lihat di mata Sakhira tidak dapat aku abaikan lebih lama lagi. Ternyata, semua ini bukan hanya tentang kami, tetapi tentang bagaimana kami berdua bisa tumbuh dan belajar dari pengalaman ini.

Aku tahu bahwa kami harus berbicara. Tidak hanya tentang apa yang salah, tetapi juga tentang bagaimana kami bisa memperbaiki keadaan. Kami perlu membangun kembali pondasi komunikasi yang lebih sehat. Dengan niat yang tulus, aku mulai memikirkan langkah-langkah yang bisa kuambil untuk menjadi lebih baik. Ini bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi aku ingin berusaha, untuk Sakhira dan untuk diriku sendiri.

Melalui setiap pertikaian dan ketegangan yang kami hadapi, aku berharap ada kesempatan untuk berubah. Menghadapi kenyataan bahwa aku adalah sumber masalahnya membuatku merasa tertekan, tetapi itu juga memberi dorongan untuk berbenah. Mungkin, jika aku dapat mengendalikan diriku sendiri dan belajar untuk lebih peka, kami bisa menemukan jalan untuk memperbaiki hubungan yang mulai retak ini. Dan, pada akhirnya, bisa membantu Sakhira untuk menemukan kembali kebahagiaan yang layak dia dapatkan.

Dan ternyata, setelah Sakhira periksa ke psikolog, ia didiagnosa bipolar.

Semoga Sembuh✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang