Mungkin kau tak bisa kembali seperti dahulu

3 1 0
                                    

Namanya Sakhira, perempuan berusia 22 tahun yang kukenal sejak hampir empat tahun yang lalu. Saat pertama kali mengenalnya, mataku langsung berbinar saat melihatnya tertawa dan tersenyum. Kupikir, anaknya ceria sekali ya. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu, namun bukannya aku berusaha mendekatinya, aku malah memutuskan untuk menyimpan perasaanku diam-diam terhadapnya.

Saat itu kami sedang menjalani masa ospek jurusan, kebetulan di dalamnya, ada satu kegiatan yang menyuruh kami untuk saling mengenal satu sama lain teman satu angkatan. Karena kami satu angkatan, di sinilah aku mulai mengetahui keberadaannya. Masa pandemi yang kala itu menghantui seluruh manusia di bumi, membuat kami terpaksa berkenalan secara daring. Kami menghubungi teman satu angkatan melalui chat, telepon, dan video call WhatsApp. Terkadang, ada yang sukarela meminjamkan zoomnya untuk kami sekadar mengobrol sebentar, belajar bersama, bahkan terkadang ada juga yang sampai sleepcall karena ketiduran.

Dari situlah, aku mulai mengenalnya. Ananda Sakhira Ramadhani. Lahirnya bulan Ramadhan, saat itu masih bulan November tahun 2002. Tepatnya tanggal 6, zodiaknya Scorpio. Katanya sih, kepribadiannya menyimpan banyak rahasia, misterius, ambisius, serius, dan berani. Entah mana yang benar-benar menjadi sifatnya, begitu yang kupikirkan saat itu. Hanya itu informasi yang aku tahu. Oh, ada lagi, aku tahu alamat rumahnya. Tapi, untuk apa juga waktu itu aku tahu kan. Apa iya tiba-tiba kukirimkan gofood, yang ada dia malah bisa-bisa takut dengan aku.

Ada hal lain yang aku tahu darinya, yaitu sifatnya yang sangat rapi, suka hal-hal yang berbau aesthetic. Pernah sekali itu, kami memang diwajibkan untuk video call WhatsApp oleh kakak tingkat kami untuk bukti kalau kami sudah berkenalan. Dia menunjukkan background foto-foto polaroid yang dipasang di wallgrid. Aku pikir dekorasinya bagus, jadi aku lanjutkan untuk bertanya beberapa hal. Sekalian modus, maksudnya.

Aku dengan typing sok gantengku, kubilang malu bertanya, pengen cetak foto kayak dia juga, kubilanglah begitu. Ternyata responnya baik, dia menjawab dengan excited juga, kalau sebacaku begitu ya. Dia memberi tahu aku dimana cetaknya, dia juga menyarankan untuk cari yang dekat saja supaya gratis ongkir. Sayangnya, chat kami hanya sampai disitu saja. Mungkin memang belum rejekiku saja, pikirku begitu.

Lalu, ada ospek lanjutan setelah video call itu, yaitu membuat buku angkatan yang berisi biodata teman-teman satu angkatan. Kebetulannya, Sakhira menjadi salah satu penanggung jawab yang bisa kami tanya-tanya terkait ketentuan apa saja yang harus kami tulis di buku tersebut. Modus lagi lah aku, kutanya ke dia banyak-banyak. Bahkan hal sesepele foto pribadiku, aku tanya kepadanya, kalau kayak gini apa boleh. Hanya butuh validasi sih, tapi kan lumayan ya, jadi bahan chat lagi dengannya.

Kulanjutkan lagi modusku ketika kami sudah mulai kuliah. Aku minta contekan praktikum dari dia, alhamdulillahnya dikasih, aku dapat untung dua deh. Satu untung karena dapat contekan, untung lagi karena bisa chat dengan Sakhira.

Setelah meminta contekan itu, ternyata kami tidak ada chat lagi, sama sekali, sedangkan itu tahun 2021. Aku kembali chat dia dua tahun kemudian, yaitu tahun 2023. Itu pun karena kami tidak sengaja menjadi salah dua panitia ospek yang bertanggung jawab untuk menjaga sungai yang dilalui peserta ospek nanti. Pada saat itu, aku sudah tidak ada perasaan terhadapnya lagi. Tapi entah apa maksud dunia membuat kami berdua untuk menjaga tempat yang sama selama lebih dari dua jam bersama. Saat itu lah aku mulai mengenal Sakhira lebih dalam. Bayangkan saja selama dua jam itu, apa yang bisa kami lakukan selain mengobrol. Di sini, dia yang lebih banyak bertanya, aku yang lebih banyak bercerita. Aku suka kepribadiannya yang ceria itu. Terlihat seperti bunga matahari yang cerah. Begitulah pandanganku terhadapnya saat itu.

Maaf kalau membosankan, tapi setelah empat bulan kemudian, kami mulai menjadi lebih dekat. Saat itu kami sama-sama menjadi perwakilan angkatan untuk ikut pertandingan basket antar angkatan di jurusan kami. Sakhira dan teman-teman tim perempuan yang lain memang membutuhkan bantuan untuk berlatih basket. Kebetulan sekali karena aku cukup ahli di bidang ini, aku menjadi coach untuk mereka. Ternyata setelah beberapa kali latihan basket, kulihat Sakhira menjadi salah satu perempuan yang paling oke untuk bermain basket. Di sini aku sudah suka dengan orang lain. Jadi di pandanganku, Sakhira hanya perempuan biasa yang pandai bermain basket saja.

Tak lama setelah itu, aku patah hati karena cintaku tak berbalas. Di situ ternyata Sakhira muncul kembali. Entah angin apa yang membawanya, tapi dia menjadi teman satu kelasku yang paling peduli denganku. Saat aku tak masuk kelas, hanya dia yang mempertanyakan keberadaanku. Pernah suatu ketika, aku sakit parah dan terpaksa aku harus pulang ke rumahku yang ada di luar pulau itu. Ternyata, Sakhira menanyakan aku, mempedulikan aku. Aku merasa benar-benar dikhawatirkan. Mungkin saat itu lah aku kembali jatuh hati padanya.

Satu semester hampir habis, bulan November 2023 pun tiba. Aku semakin dekat dengannya. Bahkan aku diajak makan malam bersama keluarganya. Semakin bulat tekadku untuk mendekatinya. Aku sangat menyukai keceriaannya, keramahannya, dan kepeduliannya kepada orang-orang di sekitarnya. Aku sangat menyukai Sakhira.

Tapi ternyata, setelah aku menyatakan perasaanku padanya, Sakhira menolakku, bahkan empat kali.

Semoga Sembuh✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang