ℒily of the valley, chapter [I] The Scents of Willowcrest Hill
“The breeze sweeps through the flowers bright,
Lilies bloom beneath soft light
Silverbrook flows calm and still,
Carrying the scents of Willowcrest Hill”
⸙d i s c l a i m e r :
Semua nama, tempat, dan karakter dalam cerita ini murni fiktif dan dibuat untuk hiburan, mengambil inspirasi semata-mata dari referensi fiktif belaka. Nikmatilah karya fiksi ini dengan penuh tanggung jawab, dengan kebijaksanaan pembaca yang menghargai batasan antara fiksi dan realita. Segala kemiripan dengan orang, tempat, atau peristiwa nyata sepenuhnya merupakan kebetulan.ᘛ smallcottage ᘚ
clover and toad⸙
..
..
.. MĆÄHÄRÌ pagi baru saja mulai merangkak perlahan di cakrawala, menebarkan bayangan panjang dan mengantuk di tangga kayu yang berderit. Rambutnya, sebuah mahakarya liar, jelas-jelas telah bertempur dengan bantalnya sepanjang malam, bergoyang memberontak di setiap langkah. Aroma roti segar yang tak diragukan lagi tercium di udara, memanggilnya seperti dewa kuno yang namanya tidak dapat diingatnya lagi—mungkin seperti Elderisauce Crumbious, dewa ide setengah matang dan roti bermentega.
Dapur adalah sumber aroma harum ini, dan punggung tebal Marguerite menyambutnya dengan janji sarapan, seperti benteng yang menjaga kerajaan makanan, serta sebuah roti terhampar di samping tangannya bagaikan pahlawan dalam buku cerita, berwarna keemasan dan sempurna. Ia mengusap matanya, bergumam, "Ini pasti aroma kemenangan." Tidak tahu apakah ini "takdir ragi"? Apa pun itu, dia selalu merasq bahwa Marguerite seperti akan menaklukkan dunia—satu roti pada satu waktu.
"Selamat pagi, Nona."
"Selamat pagi."
Sapaan sehangat mentari pagi yang belum sepenuhnya terbit ini akhirnya membuyarkan lamunan Marguerite, menyadari adonan di bawah tangan gemuknya sudah tidak berbentuk lagi ketika membayangkan wajah duda di seberang jalan, wanita itu sedikit mengernyit, sebelum kembali menguleni ke bentuk semula. Memutuskan kali ini akan meratakan wajah si bedebah itu.
Mendengar gemerisik di belakangnya, tanpa menoleh ia berkata, "Susu sapi pagi ini belum diantar," kemudian hanya ada suara tangannya yang menguleni adonan.
Sambil menatap ke rak kosong tempat susu seharusnya berada, suara muda mendesah, "Para dewa sedang mengujiku... dengan protein." Gadis itu merasa benar-benar dikhianati, sepertinya alam semesta secara pribadi telah bersekongkol melawan sarapannya.
"Jangan khawatir, Nona." Wanita muda di sebelahnya terkekeh sambil membersihkan tepung dari celemeknya. "Hari ini di alun-alun memasang papan pengumuman baru, pagi-pagi sekali semua orang ribut ingin melihatnya. Barangkali Terrell masih sibuk memindahkan orang untuk memberi jalan."
Nona-nya semakin khawatir.
Di kota kecil Phosenbury ini, sebenarnya Walikota Sherman masih memiliki ide untuk membeli wadah berita. Siapa yang butuh papan pengumuman jika gosip menyebar lebih cepat daripada koran? pikir dia, mengingat ibu-ibu rumah tangga ini berlarian di jalan untuk menyebarkan skandal terbaru sebelum kue mereka mendingin. Dan si pengantar susu itu, entah sampai kapan Terrell bisa mengayuh sepeda tuanya kemari. Lagipula dia haus, susu sapi segar adalah satu-satunya yang bisa menghilangkan dahaganya dan—dia berjinjit sedikit mengukur dalam hati—untuk menumbuhkan beberapa sentimeter...
KAMU SEDANG MEMBACA
Siege in Fog
Historical Fiction Bunga bakung berlenggak-lenggok tertiup angin musim semi Phosenbury. Begitu harum semerbak wangi menggelitik hati, begitu cantik sampai membutakan lereng bukit tinggi, begitu memikat sehingga membuat gatal pemikiran orang untuk mencabut dan memba...