ℒily of the valley, chapter [VII] Ageratum dan Anak Domba Lunara
“ Gema musim semi yang memudar melalui
lorong-lorong anak domba yang sunyi.
O'Lunara lembut, bercahaya keperakan, membawa mimpi dan kebijaksanaan sepanjang malam.
Mengharap kepadamu sepucuk lilin kehidupan.”
⸙d i s c l a i m e r :
Semua nama, tempat, dan karakter dalam cerita ini murni fiktif dan dibuat untuk hiburan, mengambil inspirasi semata-mata dari referensi fiktif belaka. Nikmatilah karya fiksi ini dengan penuh tanggung jawab, dengan kebijaksanaan pembaca yang menghargai batasan antara fiksi dan realita. Segala kemiripan dengan orang, tempat, atau peristiwa nyata sepenuhnya merupakan kebetulan.ᘛ smallcottage ᘚ
clover and toad⸙
..
..
..
Hati Isabella membeku, menyeimbangkan nampan bubur hangat tepat di luar pintu ruang belajar pamannya, menangkap gumaman rendah suara di dalamnya "Aku khawatir kondisinya makin memburuk, Nathaniel." Ini adalah suara Dokter Horace Tewkesbury dengan nada terukur. "Aku khawatir paru-paru Eliza sudah melemah secara signifikan. Batuknya—yah, itu bukan lagi sekadar gejala. Dadanya terasa sesak, dan dia hampir tidak punya tenaga bahkan untuk duduk. Bukan hanya karena cuaca dingin, sudah bertahun-tahun sejak dia pulih sepenuhnya."
Ada suara desahan, dan Isabella tahu itu milik pamannya.
"Apakah benar-benar tidak ada hal lain yang dapat kita coba? Sekali lagi?" Suara Nathaniel, meskipun tenang, mengandung nada kekhawatiran yang mendalam.
Isabella merasakan jantungnya sendiri menegang. Ia bergerak sedikit, mendekatkan telinganya, berhati-hati agar tidak bersuara.
"Kita lakukan rejimen saja untuk saat ini. Rentetan infus herbal, apa pun untuk membuatnya nyaman," Dokter Tewkesbury melanjutkan.
Kata-kata itu seperti pukulan berat.
Penyakit Bibi Eliza, yang awalnya hanya batuk yang mengganggu, berangsur-angsur berubah menjadi kelelahan yang tak tertahankan dan menusuk tulang. Dia tahu sejak keguguran beberapa tahun silam, kesehatan Bibi Eliza rapuh, tubuhnya melemah. Isabella hampir tidak bisa mengingat saat-saat ketika bibinya tidak mudah kehabisan napas, dadanya berderak bahkan setelah kedinginan ringan.
"Biarkan semangatnya kembali," Dokter Tewkesbury menambahkan dengan nada menyemangati. "Dia ditemani olehmu, Nathaniel, masih ada gadis kecil yang manis itu. Ini lebih dari yang dimiliki kebanyakan orang."
Isabella mundur tanpa suara, sudut matanya terasa perih karena sedih. Ia tahu ia harus meninggalkan nampan itu di samping bibinya, tetapi berdiri di sana, mendengarkan konfirmasi atas apa yang ia takutkan, membuatnya merasa seolah-olah kehangatan nampan itu telah hilang.
Nyatanya bukan hanya kesehatan Bibi Eliza yang membayangi rumah itu. Sejak Wali Kota Sherman menerima perintah dari kekaisaran—termasuk untuk kota-kota besar di wilayah Kekaisaran Artlandia Timur dan Selatan— rumor tentang karantina beredar di sekitar Phosenbury, menyebarkan rasa tidak nyaman di antara semua orang di kota kecil itu. Sekolah Isabella sudah ditutup selama dua hari sekarang. Dan Nona Harridan, gurunya yang tidak suka basa-basi itu, sudah berkeliling kota sambil bergumam entah tentang bagaimana anak-anak membutuhkan "pendidikan ketat, bukannya bermalas-malasan di ladang memetik bunga liar berkubang dalam lumpur,".
KAMU SEDANG MEMBACA
Siege in Fog
Historical Fiction Bunga bakung berlenggak-lenggok tertiup angin musim semi Phosenbury. Begitu harum semerbak wangi menggelitik hati, begitu cantik sampai membutakan lereng bukit tinggi, begitu memikat sehingga membuat gatal pemikiran orang untuk mencabut dan memba...