two

56 33 3
                                    

ℒily of the valley, chapter [II] Sebuah Rumah, Diskusi Panas, dan Lobak yang Sangat Menggairahkan

 ‎ ‎
Di Phosenbury, ada dua kekuatan yang tidak dapat dipatahkan: tembok rumah bangsawan tua dan lobak keras kepala milik Nathaniel Willard.

 

d i s c l a i m e r :
Semua nama, tempat, dan karakter dalam cerita ini murni fiktif dan dibuat untuk hiburan, mengambil inspirasi semata-mata dari referensi fiktif belaka. Nikmatilah karya fiksi ini dengan penuh tanggung jawab, dengan kebijaksanaan pembaca yang menghargai batasan antara fiksi dan realita. Segala kemiripan dengan orang, tempat, atau peristiwa nyata sepenuhnya merupakan kebetulan.

ᘛ smallcottage ᘚ
clover and toad

..
..
‎..

 ‎ ‎RÚMÄH bangsawan tua milik Nathaniel Willard di Phosenbury nampak seperti tempat yang tidak bisa memutuskan apakah tempat itu megah atau sekadar bersyukur karena masih berdiri. Tersembunyi di Elmshade Avenue, rumah itu sedikit miring ke kiri, seakan-akan berat batu batanya yang berusia berabad-abad terlalu berat untuk ditanggungnys. Ivy menempel di dindingnya seperti anak kecil yang manja, mawar rambat mekar dengan warna merah dan merah muda yang merona, memenuhi ambang jendela seolah-olah mencoba mengintip ke dalam.

 ‎ ‎Halaman depan adalah tempat yang penuh kekacauan lagi: batu-batuan berbatu yang berkelok-kelok hingga ke pintu depan yang besar dan lapuk dikelilingi oleh deretan bunga lavender dan rosemary, semuanya terkurung oleh pagar besi yang mungkin dulunya megah tetapi sekarang kelihatan agak ramah di usianya yang sudah tua dan berkarat. Sebuah pohon ek besar berdiri di sampingnya, raksasa yang betah menyediakan keteduhan dan tempat bertengger yang sangat baik untuk burung sesekali atau terkadang, kucing yang berkeliaran yang mencoba menghindari Tuan Whiskers, si tiran kucing yang tinggal di rumah bangsawan tua itu.

 ‎ ‎Disebut rumah bangsawan tua karena rumah ini satu-satunya properti sesepuh keluarga Willard di Phosenbury, yang dulunya merupakan rumah seorang Count dari era-era sebelumnya sebelum dibeli oleh ayah Nathaniel, Matthew Willard. Kemudian menjadi warisan untuknya bersama dengan perkebunan dan ladang yang hasil dan tanahnya lumayan bagus. Sementara saudaranya mengemban tugas di ibukota dengan rumah bangsawan sungguhan. Rumah ini, bagaimana pun, cukup besar untuk ukuran rumah di kota kecil, terlalu mungil untuk rumah-rumah bangsawan di ibukota. Singkatnya, Paman Nathaniel adalah tuan tanah yang tidak akan kekurangan apapun selain kejengkelan.

 ‎ ‎Dan berbicara mengenai kekesalan, di halaman depan pada siang yang cerah ini ada Nathaniel sendiri, nampak sedikit lebih bersemangat daripada biasanya yang bersuara lembut—dengan kata lain, ia memberi isyarat dengan tingkat intensitas yang hampir apa yang bisa disebut sebagai 'bersemangat'.

 ‎ ‎Ia berdiri berhadapan dengan Tuan Bolton, seorang pria kekar berwajah kemerahan dengan kumis berwana garam dan merica serta ekspresi sekeras kepala labu yang dibiarkan di bawah sinar matahari. Tuan Bolton adalah kepala penasihat perkebunan desa, sebuah gelar yang ia sandang dengan penuh kebanggaan dan bahkan lebih lantang.

 ‎ ‎"Aku katakan padamu, Willard," kata Tuan Bolton, melipat kedua tangannya di dada seperti sedang menghalangi seorang kriminal, "kau tidak bisa menanam lobak di samping lavendermu. Hama saja akan mengubah perkebunanmu menjadi kedai salad!"

Siege in FogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang