four

43 24 18
                                    

ℒily of the valley, chapter [IV] Berjumpa dengan Bencana Sehari-hari

 ‎ ‎
Siang hari mendapat omelan, sore hari mendapat kesialan. Hebat sekali, bahkan Silverbrook memiliki dendam pribadi kepadanya

 

d i s c l a i m e r :
Semua nama, tempat, dan karakter dalam cerita ini murni fiktif dan dibuat untuk hiburan, mengambil inspirasi semata-mata dari referensi fiktif belaka. Nikmatilah karya fiksi ini dengan penuh tanggung jawab, dengan kebijaksanaan pembaca yang menghargai batasan antara fiksi dan realita. Segala kemiripan dengan orang, tempat, atau peristiwa nyata sepenuhnya merupakan kebetulan.

ᘛ smallcottage ᘚ
clover and toad

..
..
‎..


 ‎ ‎HÄRÌ mulai cerah dan segar di Phosenbury, dengan sinar mentari yang masuk ke gedung sekolah kecil, menerangi debu kapur yang beterbangan dan permukaan meja yang lecet karena dipakai oleh siswa dari generasi ke generasi. Isabella duduk di mejanya, meletakkan dagunya di tangannya dan memainkan sehelai kepangnya yang terlepas. Secara teori, pelajaran hari ini seharusnya menarik—sesuatu mengenai jaringan perdagangan Kekaisaran Artlandia, dan bagaimana kerajaan tetangga bergantung pada kentang Artlandia untuk bertahan hidup di musim dingin yang sangat keras. Namun, karena alasan yang tidak dapat dijelaskannya, semua hal nampaknya membuatnya jadi kesal.

 ‎ ‎Mungkin karena ketegangan yang masih ada dari gosip kota kemarin tentang cacar atau perasaan aneh dan tidak tenang yang ditinggalkan oleh teori-teori bantal Nyonya Roosevelt. Atau mungkin itu hanya salah satu dari hari-hari itu saja. Namun suasana hati Isabella sama kusutnya dengan ikal-ikal panjang yang mencuat dari kepangannya. Dia justru tidak bisa duduk diam, bergeser di kursinya saat roknya yang kusut terinjak, dan yang membuatnya lebih ngeri lagi, berhasil menjatuhkan pensilnya sebanyak tiga kali.

 ‎ ‎Ketika akhirnya ia mengambilnya untuk yang ketiga kalinya, mencengkeramnya seperti tali penyelamat, sikunya malahan membentur botol tinta sendiri. Botol itu miring, lalu perlahan mulai jatuh dalam gerakan lambat yang mengerikan. Isabella hanya bisa menyaksikan botol itu miring, miring, miring lagi dan akhirnya memercikkan tinta ke seluruh catatannya yang setengah jadi. Ia menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan teriakan frustasi, sambil melihat sekeliling untuk melihat apakah ada yang memperhatikan.

 ‎ ‎Namun, temannya Martha, yang duduk di meja sebelah mejanya, telah memperhatikan semuanya. Ia menyeringai kepada Isabella, berbisik, "Haruskah aku melapor ke pihak berwenang di depan sana? Tinta tumpah membuat perdagangan Artlandia jadi macet."

 ‎ ‎Isabella menahan tawa, tetapi mata tajam Nona Harridan sudah melesat ke arah mereka duluan, membidik dengan ketepatan seekor elang.

 ‎ ‎"Nona Willard! Nona Grimsby! Apakah kalian menganggap perdagangan Artlandia lucu?"

 ‎ ‎"Oh sama sekali tidak, Nona Harridan," Isabella berusaha terdengar serius.

 ‎ ‎Justru Martha ini lebih tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya, kami memanglah merasa bahwa kentang itu lucu sekali."

 ‎ ‎Wajah Nona Harridan jadi tegang. Menunjukkan bahwa dia sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan hukuman penjara atas pembangkangan bocah-bocah bandel ini.

 ‎ ‎"Kentang, ya," katanya dengan keseriusan berlebihan, "begitu penting bagi perdagangan Artlandia, Nona Grimsby. Aku sarankan kau memperlakukannya dengan hormat, kecuali jika kau ingin menulis esai seribu kata tentang signifikansi ekonominya?"

Siege in FogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang