Pagi itu, Jihoon bersiap-siap dengan semangat untuk pergi ke kencan butanya. Dia mengenakan baju yang telah dipilihnya dengan hati-hati, berusaha terlihat terbaik, meskipun sedikit gugup. Saat dia keluar dari rumah, tak disangka dia berpapasan dengan Junkyu yang baru saja pulang berolahraga, wajahnya berkeringat, tetapi tampak segar.
"Baiklah, sampai jumpa nanti," kata Jihoon sambil menutup teleponnya dengan senyum lebar, penuh harapan.
Junkyu yang melihat Jihoon tiba-tiba memicingkan matanya, tampak curiga. "Itu kencan butamu, ya?" tanyanya, suaranya penuh keingintahuan.
Jihoon terkejut. "Eh? Bagaimana kamu tahu?" balasnya, berusaha mempertahankan ketenangan di wajahnya.
Junkyu menyeringai lebar. "Aku bisa tahu dari suara palsumu yang berusaha terdengar bahagia. Suara itu... sangat mencurigakan," ujarnya dengan nada menggoda, membuat Jihoon langsung mendelik kesal.
“Apa bajingan—” Junkyu hampir meluncurkan kata-kata kasar, tapi kemudian cepat-cepat terhenti dan berusaha memperbaiki ucapannya. “Ehm, maksudku, pekerjaan dia apa?”
"Bedah plastik," jawab Jihoon sambil berusaha terlihat cool.
Junkyu mengangkat alisnya. "Usia?"
"Sepantaran denganku," jawab Jihoon, merasa lebih percaya diri sekarang.
"Hobi?" tanya Junkyu, semakin penasaran.
"Mana aku tahu? Aku baru mau pergi kencan, belum sempat nanya hobi!" jawab Jihoon dengan nada sedikit ketus, merasa diteliti seperti seorang pelanggar hukum.
"Baiklah, lakukan itu. Cari bajingan," Junkyu tersenyum nakal, "Maksudku, carilah seseorang yang baik," ia mengoreksi ucapannya.
"Semoga begitu," balas Jihoon, sedikit ragu tetapi berharap yang terbaik.
Jihoon hanya tertawa, "Sampai jumpa, Junkyu!" Ia pamit dan mulai melangkah pergi, wajahnya masih berseri-seri penuh semangat.
Sementara itu, Junkyu hanya bisa memandang punggung Jihoon yang semakin menjauh. Senyum sinis perlahan menghiasi wajahnya. "Semoga kencanmu sukses... atau mungkin, semoga gagal," gumamnya pelan, sedikit cemas tapi juga ingin melihat bagaimana semua ini akan berakhir.
Kini Jihoon telah sampai di sebuah restoran barbeque terkenal di daerah Gangnam. Dia merasa sedikit gugup tetapi bersemangat untuk bertemu dengan orang yang dikenalnya dari kencan buta. Begitu memasuki restoran, aroma daging panggang yang menggugah selera langsung menyambutnya. Di sudut restoran, dia melihat sosok yang sudah ditunggu—Ha Yoonbin, seorang dokter bedah plastik yang terlihat percaya diri dan bersemangat.
"Makanlah! Ini restoran terbaik di area kami. Tak mudah memesan meja di sini!" seru Yoonbin dengan senyum lebar, gestur yang menunjukkan betapa bangganya dia dengan tempat itu.
"Baiklah!" ucap Jihoon, sedikit gugup tapi mencoba terlihat santai.
"Jadi, kau dokter anestesi, ya?" tanya Yoonbin, matanya berkilau penasaran.
"Ya, aku. Dan kau pasti dokter bedah plastik?" jawab Jihoon, berusaha untuk tidak terlihat terlalu gugup.
"Ya, benar! Aku baru buka klinik. Astaga, tunggu sebentar," Yoonbin berkata sambil tiba-tiba mengulurkan tangannya ke rambut Jihoon. Ternyata, dia sedang mengambil kartu namanya yang terjebak di sana. “Ini kartu namaku, silakan datang kapan saja!” Ucapnya dengan antusias.
Jihoon tertawa kecil, melihat betapa cerianya Yoonbin. "Pasti sulit menyesuaikan diri di tempat praktik barumu, ya?"
"Tentu saja tidak! Selera estetikaku luar biasa dan aku juga sangat cekatan!" seru Yoonbin dengan semangat. "Entah kamu mengerti atau tidak, itu adalah seni kedokteran. Aku menciptakan seni itu. Sebut saja aku 'Michelangelo Pembedahan'!" Lanjutnya sambil tertawa riang, seakan bangga dengan julukan yang dia berikan untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually I Love You [Kyuhoon]√
FanfictionPark Jihoon dan Kim Junkyu adalah dua dokter berbakat yang pernah bersaing ketat di sekolah menengah atas. Jihoon yang cemerlang dalam bidang anestesi dan Junkyu yang unggul sebagai ahli bedah, keduanya saling mendorong untuk menjadi yang terbaik. N...