Setelah beberapa jam berkendara dari pantai Sokcho, Junkyu dan Jihoon akhirnya memutuskan untuk menepi di sebuah stasiun pengisian bensin. Sementara Junkyu mengisi bahan bakar, Jihoon berdiri di tepi jalan, matanya terpaku pada sekelompok anak sekolah yang baru turun dari bus di seberang jalan. Para siswa itu bercanda dengan teman-teman mereka, tertawa riang, dan menikmati momen kebersamaan yang menyenangkan. Jihoon memperhatikan dengan senyum samar, namun jauh di dalam hatinya, ia merasakan sedikit kesedihan. Ia teringat masa sekolahnya dulu—masa yang penuh kesendirian karena tidak banyak teman.
Junkyu, yang sudah selesai mengisi bensin, menghampiri Jihoon. "Hei, kenapa bengong? Ayo, kita lanjut," katanya dengan nada ringan sambil menepuk bahu Jihoon. Jihoon tersenyum tipis, mengangguk, dan mengikuti Junkyu ke dalam mobil. Keduanya melanjutkan perjalanan mereka menuju Seoul.
Sepanjang perjalanan, mereka bercanda ringan, sesekali mengobrol tentang hal-hal kecil, seperti rencana masa depan dan apa yang akan mereka lakukan setelah persidangan Junkyu selesai. Tawa mereka memenuhi mobil, membuat suasana perjalanan yang panjang menjadi lebih ringan.
Setelah beberapa jam, mereka memutuskan untuk berhenti di sebuah restoran kecil di pinggir jalan. Restoran itu sederhana, namun terlihat bersih dan nyaman. Aroma kalguksu yang menggoda menyeruak dari dapur, membuat perut mereka keroncongan. Junkyu segera memesan untuk mereka berdua.
"Dua mangkuk kalguksu," seru Junkyu kepada pelayan yang melayani mereka.
"Baiklah, ditunggu sebentar ya," jawab pelayan itu ramah.
Setelah pelayan pergi, Jihoon mengeluarkan beberapa dokumen dari tasnya dan menyerahkannya kepada Junkyu. "Ini disertasi yang kubawa kemarin. Aku mencetak salinannya agar kau bisa membacanya."
Junkyu mengambil dokumen itu dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Jihoon. Kami tidak pernah menemukan disertasi ini sebelumnya."
Jihoon tersenyum, bangga dengan usahanya. "Sudah kubilang, membaca disertasi minor adalah hobiku. Kasus ini sangat mirip dengan kasusmu, jadi aku yakin ini akan sangat membantu di persidangan berikutnya."
Junkyu mengangguk, kagum dengan dedikasi Jihoon. "Kau benar-benar membantu, Jihoon," katanya, sambil menerima sendok yang diberikan Jihoon. "Tapi, kau tidak lelah? Kau tidak tidur semalaman."
Jihoon tersenyum lelah. "Aku habiskan tiga malam mencari disertasi ini. Jadi, ya... sedikit lelah."
Junkyu tertegun mendengar itu. "Benarkah? Tiga malam tanpa tidur?"
Jihoon hanya tertawa kecil. "Ini bukan hal besar, sungguh. Yang penting, kita bisa menggunakan bukti ini untuk membantu persidanganmu."
Saat itu, Jihoon merogoh sakunya, mengeluarkan ponselnya, dan mendapati baterainya habis. "Oh, baterainya habis. Lupa nge-charge," gumamnya.
"Biar aku tanyakan apakah ada charger di sini," tawar Junkyu. Jihoon menyerahkan ponselnya kepada Junkyu sambil tersenyum. "Terima kasih."
Junkyu beranjak dari kursinya, berjalan ke arah dapur untuk bertanya kepada pemilik kedai. Namun, setelah bertanya, ia mendapati bahwa mereka tidak memiliki charger yang cocok. Ketika Junkyu kembali ke meja, ia melihat Jihoon tertidur di kursi, dengan kaki diluruskan dan kepalanya bersandar di dinding. Junkyu tersenyum kecil melihat temannya tertidur begitu lelap, sementara pelayan yang membawa pesanan mereka tampak terkejut melihat Jihoon tertidur di tengah restoran.
"Maaf, dia sangat lelah. Bolehkah dia tidur sebentar?" tanya Junkyu sopan kepada pelayan.
Pelayan itu tersenyum ramah. "Tentu saja, biarkan dia istirahat. Saya akan menunda membawa makanannya sampai dia bangun."
Junkyu mengangguk berterima kasih dan duduk kembali di kursinya. Ia membuka dokumen yang diberikan Jihoon dan mulai membacanya dengan serius. Di salah satu halaman, ia menemukan tulisan tangan Jihoon: *'Semuanya akan lancar.'* Junkyu tertawa kecil membaca tulisan itu. Ia menatap Jihoon yang masih tertidur, tersenyum melihat betapa gigihnya temannya ini dalam membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually I Love You [Kyuhoon]√
FanfictionPark Jihoon dan Kim Junkyu adalah dua dokter berbakat yang pernah bersaing ketat di sekolah menengah atas. Jihoon yang cemerlang dalam bidang anestesi dan Junkyu yang unggul sebagai ahli bedah, keduanya saling mendorong untuk menjadi yang terbaik. N...