10.00

46 5 2
                                    

Junkyu masih terus berlari menyusuri gang-gang sempit, napasnya terengah-engah. Namun jejak pria asing itu lenyap di balik bayangan malam. Junkyu berdiri di tengah jalan, frustasi, dan berteriak keras, melampiaskan kemarahannya.

Sementara itu, di rooftop, Jihoon masih memutar-mutar bolpoin itu di tangannya, alisnya berkerut memandang benda yang terasa ganjil.

“Kau sedang apa?” tanya suara tiba-tiba di belakangnya.

Jihoon tersentak. "Astaga, Jeongwoo! Kau membuatku kaget!" Serunya sambil mengusap dada, berusaha mengatur napas yang tiba-tiba melonjak.

“Apa yang kau lakukan di sini? Kalian berdua sedekat itu sekarang?” Jeongwoo menyipitkan mata, ekspresinya penuh kecurigaan.

Jihoon berusaha menyembunyikan keterkejutannya, mengganti topik dengan canggung. "Bukan itu... Kau sendiri kenapa ke sini?”

“Aku ingin mengambil selimut. Dan melihatmu.” Balas Jeongwoo, masih memandang Jihoon dengan tatapan penuh tanda tanya.

Jihoon mencoba tersenyum tenang. “Aku ke sini hanya untuk menghirup udara segar. Pintunya kebetulan terbuka, jadi aku mau menutupnya.”

Jeongwoo menunjuk bolpoin di tangan Jihoon. “Kalau begitu, tutup saja. Kenapa kau malah memandangi bolpoin itu?”

Jihoon mendengus, mencoba mengabaikannya. “Ada apa memangnya?”

Jeongwoo tertawa kecil, matanya penuh rasa ingin tahu. "Mungkin kau ingin meninggalkan memo untuknya? Romantis sekali."

“Dasar kau...” Jihoon mendesis kesal, mengayunkan bolpoin itu ke arah Jeongwoo, namun Jeongwoo langsung menangkap tangan Jihoon dan menatap bolpoin itu dengan saksama.

“Jihoon, ini… bukankah ini kamera?” Jeongwoo memperhatikan bolpoin itu dengan teliti, dan menunjuk sebuah titik kecil.

"Apa?" Jihoon tercengang. Ia terdiam, memandangi bolpoin itu lebih dekat. Jeongwoo membaliknya dan menunjukkan sebuah lensa kecil tersembunyi di ujung bolpoin tersebut.

“Aku benar, lihat ini. Itu lensa kecil!” Jeongwoo menatap Jihoon dengan ekspresi serius.

Sekejap, ingatan Jihoon kembali ke percakapannya dengan Junkyu soal pengawasan di klinik, tentang pasien yang merekam diam-diam.

Sadar situasinya genting, Jihoon buru-buru merogoh ponsel dari sakunya dan langsung menekan nomor Junkyu. “Junkyu, kau di mana sekarang?”

***

Di kantor polisi, Junkyu duduk di hadapan layar komputer, menonton rekaman CCTV yang terus diputar ulang. Satu persatu kamera di sekitar gang diperiksa oleh petugas, memperlihatkan setiap gerakan pria asing itu dengan jelas.

“Tersangka terlihat berlari menuju gang itu setelah sempat menabrak seseorang. Namun sayang, CCTV di gang terakhir rusak, jadi kami kehilangan jejaknya di sana,” jelas seorang polisi, menunjuk arah di layar.

Polisi lainnya datang, membawa rekaman kamera dasbor dari pengendara motor yang tak sengaja merekam pria asing tersebut.

“Bulan lalu kamarmu sempat dibobol, benar kan?” tanya polisi, menatap Junkyu serius.

"Benar," jawab Junkyu singkat, matanya terpaku pada layar.

“Kami berhasil mendapatkan rekaman dari pengendara yang kebetulan lewat saat kejadian itu,” lanjut polisi, memperbesar video dari kamera dasbor.

Gambar di layar memang tak terlalu jelas, namun sosok pria asing itu tampak terlihat dengan cukup detail.

“Tidak terlalu jelas, tapi—” Polisi itu ragu-ragu.

Actually I Love You [Kyuhoon]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang