04.00

77 6 0
                                    

Flashback

Pagi itu, matahari masih malu-malu menampakkan dirinya di balik awan, menerangi halaman sekolah yang mulai dipenuhi oleh siswa-siswi yang baru datang. Di depan gedung sekolah, Junkyu berdiri tegap sambil memandang ke arah gerbang, senyum kecil menghiasi wajahnya. Seragamnya rapi, dan dia terlihat penuh percaya diri, seperti biasa.

"Baiklah, biar kuceritakan bagaimana semua ini dimulai—ketika aku mulai membenci Park Jihoon," gumam Junkyu sambil tertawa kecil, seolah-olah itu adalah kenangan lucu yang tak bisa ia lupakan. "Waktu itu, hidupku sempurna. Aku juara di sekolah, juara di tingkat wilayah, bahkan nasional. Itulah aku, Kim Junkyu!" lanjutnya penuh semangat, senyumnya makin lebar ketika ia mengingat masa-masa kejayaannya.

Hari itu, jadwal olahraga di sekolah baru saja selesai, dan Junkyu bersama teman-temannya sedang bersiap-siap untuk kembali ke kelas. Mereka baru saja selesai bermain basket di lapangan, di mana Junkyu, seperti biasa, menunjukkan keahliannya. Dia memang selalu menjadi pusat perhatian—bukan hanya karena kepintarannya, tapi juga karena kemampuan atletiknya yang membuatnya semakin populer di kalangan teman-temannya.

Keringat masih mengalir di wajahnya ketika mereka berjalan ke ruang kelas. "Hei, Junkyu, kamu hebat sekali tadi!" seru salah satu temannya, memuji permainan basketnya.

"Ya, seperti biasa. Siapa lagi kalau bukan aku?" balas Junkyu dengan senyum percaya diri, tidak terlalu memikirkan pujian itu karena ia sudah terbiasa mendengarnya. Bagi Junkyu, hidup di sekolah adalah panggung tempat ia bersinar, dan semua orang di sekitarnya tahu itu.

Saat mereka sampai di kelas, Junkyu mengambil setumpuk kertas dari tasnya dan mulai membagikannya ke teman-temannya. "Ini catatan yang kutulis kemarin malam," katanya sambil menyerahkan selembar kertas kepada seorang teman yang duduk di barisan depan.

"Kau selalu membuat catatan yang bagus, Junkyu," ujar temannya dengan kagum.

"Tentu saja," jawab Junkyu dengan nada santai. "Aku tahu besok ada tes, jadi kupikir ini akan membantu kalian semua."

Teman-temannya tampak terkejut sekaligus senang. "Kau benar-benar keren, Junkyu. Terima kasih!" salah satu dari mereka berseru, diikuti anggukan setuju dari teman-teman lainnya.

Junkyu tersenyum puas. Dia benar-benar populer di sekolah—dikenal karena kecerdasannya, atletiknya, dan tentu saja kebaikannya yang membuatnya dihormati oleh semua orang. Ia adalah murid kesayangan guru-guru, idola di antara teman-temannya, dan hampir tak ada yang bisa menyaingi dirinya. Junkyu menikmati posisinya di puncak. Semua orang mengaguminya, dan dia merasa nyaman berada di tengah perhatian itu.

Namun, hari itu, hidup sempurna yang selama ini dijalani oleh Junkyu akan segera terguncang oleh sesuatu—atau lebih tepatnya, seseorang. Tanpa sepengetahuannya, seorang siswa baru sedang dalam perjalanan menuju sekolah itu. Seseorang yang akan perlahan-lahan mengubah dinamika yang telah begitu lama terjaga di sekolah mereka. Seseorang yang bernama Park Jihoon.

Junkyu, tentu saja, belum tahu bahwa kedatangan Jihoon akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. Bagi Junkyu, hari itu hanyalah hari biasa, di mana dia tetap menjadi pusat perhatian dan segalanya berjalan sesuai rencana. Namun, dia tidak pernah menduga bahwa sosok baru yang segera muncul itu akan menjadi saingan terberatnya—dan di waktu yang tidak terlalu lama, juga menjadi orang yang paling ia benci.

Di kelas, ketika Junkyu selesai membagikan catatannya, ia duduk di bangku depan, melipat tangannya di dada, tersenyum puas. Ia telah menyiapkan segalanya untuk menghadapi tes esok hari, dan seperti biasa, dia yakin akan kembali menjadi yang terbaik. Tidak ada yang bisa mengalahkannya—setidaknya, begitulah pikirnya saat itu.

Sementara itu, di tempat lain, Jihoon, yang baru saja pindah dari sekolah lamanya di Busan, sedang bersiap untuk hari pertamanya di sekolah baru ini. Tak ada yang tahu, tapi kehadirannya akan segera mengguncang dunia kecil Junkyu yang sempurna itu.

Actually I Love You [Kyuhoon]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang