Part 7. New painful facts

42 26 5
                                    

Kalau ada salah dalam penulisannya kasih tahu aku!

Penulis pemula.Aku mulai nulis 06-08-2024.Menuju sempurna itu tidak mudah,butuh waktu.

*2009 kata.

Selamat membaca.

_

Minggu sore, jam 3. Sinar mentari sore menyinari rumah besar keluarga Sanjaya, tetapi suasana di dalamnya terasa dingin dan mencekam, seperti dipenuhi oleh awan gelap yang mengancam. Dirga, kepala keluarga Sanjaya, baru saja pulang setelah menghabiskan tiga hari di rumah Amanda, istri keduanya. Wajahnya tampak lelah, tetapi matanya berbinar-binar, seolah menyimpan rahasia yang tersembunyi.

Zalina, istri pertama Dirga, duduk di ruang tamu, matanya menatap tajam ke arah Dirga. Wajahnya dipenuhi amarah dan kecemburuan, seperti bara api yang siap membakar.

"Kau pulang lagi, ya?" tanya Zalina, suaranya dingin dan menusuk. "Kau tidak bosan berkeliaran di luar sana, mencari kesenangan?"

Dirga berdehem, mencoba untuk bersikap tenang. "Jangan bersikap seperti itu, Zalina," jawabnya, suaranya datar. "Aku hanya sedang menjalankan urusan bisnis."

"Urusan bisnis?" Zalina mencemooh. "Kau berbohong! Kau hanya sedang bersenang-senang dengan wanita jalang itu!"  Zalina menatap Dirga dengan mata yang penuh luka. 'Kau benar-benar tidak mencintai aku lagi, ya?' tanya Zalina, suaranya bergetar.

Dirga mendengus, kemarahannya mulai memuncak. "Jangan sebut Amanda seperti itu!" bentaknya. "Dia adalah istriku, dan aku berhak untuk mencintainya!"

"Cintai?" Zalina tertawa sinis. "Kau hanya menginginkan seorang anak laki-laki, itu saja!"  Dirga menghela napas berat, matanya berkaca-kaca.  Ia tahu bahwa Zalina terluka, tetapi ia tidak bisa menahan keinginan egoisnya.

"Kau benar!" teriak Dirga, suaranya bergetar karena amarah. "Aku menginginkan seorang anak laki-laki! Aku ingin memiliki penerus keluarga Sanjaya! Kau tidak bisa memberikan itu padaku!"

Zalina terdiam, air matanya mengalir deras. Ia merasa terluka, terhina. Ia telah memberikan segalanya untuk Dirga, tetapi Dirga tidak pernah menghargai pengorbanannya.

"Kau egois!" teriak Zalina, suaranya bergetar karena emosi. "Kau hanya memikirkan dirimu sendiri! Kau tidak pernah memikirkan perasaan kami!"

Dirga mengabaikan teriakan Zalina. Dia berbalik dan melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Zalina yang terduduk di ruang tamu, air matanya terus mengalir deras.

Lena baru saja pulang dari rumah Meli, sahabat satu-satunya. Saat ia berdiri tepat di depan pintu utama rumahnya, dia mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Di sana Lena mendengar suara Dirga yang mengatakan alasan kenapa ia menikah lagi adalah karena ia menginginkan seorang anak laki-laki.

"Ayah..." bisik Lena, hatinya terasa sesak. "Kenapa harus seperti ini?"  Lena merasa dadanya sesak, seolah-olah ada batu besar yang menekan jantungnya.  Air matanya jatuh membasahi pipinya, meninggalkan jejak garam yang pahit.

Lena yang mendengar itu merasa terluka, seperti ada yang menyayat hatinya. Ia mengusap air matanya kasar dan langsung berbalik dan pergi.

Len capek, Ayah, batin Lena, "Aku capek dengar pertengkaran kalian."

Lena di taman, dengan menaiki ayunan yang berada di taman tersebut. Ia menunduk dengan air matanya yang masih mengalir, ia menangis tanpa suara.

Tiba-tiba ada seorang yang memeluk tubuhnya erat dengan aroma amber yang hangat dan manis, dipadukan dengan myrrh yang sedikit smoky dan tonka bean yang lembut dan manis. Lena bergerak berusaha melepaskan diri dari pelukan itu, tapi tak berhasil.  Lena merasakan sensasi hangat dan nyaman yang mengalir di seluruh tubuhnya. Perlahan ia membalas pelukan orang itu, ia merasakan elusan lembut di kepalanya dan tepukan pelan di punggungnya, seperti berusaha untuk menguatkan dirinya. Hal itu berhasil membuat tangisan Lena pecah, ia mengeluarkan suara isakan tangisnya yang sedari tadi ia tahan.

Be With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang