6

225 54 7
                                    


       Patricia berlari ke arah seorang kakek yang sudah cukup renta. Pria tua itu menjatuhkan tongkatnya dan kesulitan mengambilnya.

"Terimakasih, Nak." Si Kakek tua terlihat cukup senang ketika ada yang membantunya, berhubung kawasan yang dia pijaki saat ini sepi dari lalu lalang orang-orang.

"Apakah Kakek sendirian?" Pat bertanya dengan mimik cemas.

"Tidak. Aku bersama dengan putraku tapi dia sedang mencari toilet," jelas sang Kakek.

"Baiklah kalau begitu aku akan menemani Kakek menunggu."

"Apa kau tidak sedang buru-buru?"

"Tentu saja tidak, Kek. Mari kita tunggu di bangku itu." Patricia menunjuk salah satu bangku yang memang tersedia di pinggir jalan.

Gadis itu menuntun sang kakek dengan hati-hati memastikan pria tua itu tidak tersandung kakinya sendiri.

"Kau sangat cantik dan baik. Mengingatkanku dengan almarhum putriku," ucap sang Kakek ketika mereka telah duduk.

"Ah aku turut berduka cinta."

"Tidak apa. Aku sudah berdamai dengan semua itu. Ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Patricia, Kek."

"Nama yang cantik. Pasti ibumu juga secantik dirimu."

Patricia tersenyum simpul lantas membawa pandangannya ke atas langit yang cerah.

"Dia memang sangat cantik dan berhati baik," gumamnya masih dengan senyum tersungging di bibirnya.

Patricia kembali menatap sang kakek yang sekarang menatapnya penuh minat.

"Tapi sekarang ibuku sudah di surga," lanjut Patricia yang langsung merubah mimik wajah sang kakek.

"Maaf."

"Tidak apa, Kek. Aku memang belum pernah melihatnya secara langsung namun dari cerita ayahku dan melihat cara ayahku mencintai ibu, aku yakin beliau adalah wanita hebat."

Si Kakek membenarkan letak kacamatanya kemudian memberikan senyum penghargaan untuknya.

"Eh maaf, Kek. Aku malah banyak bicara." Patricia buru-buru meminta maaf atas topik yang mereka bawa untuk orang asing yang baru saja dia temui. Beruntung sang kakek tidak keberatan, dia hanya tergelak kecil.

"Berapa usiamu, kau terlihat seumuran dengan cucuku?"

"Dua puluh lima."

"Sudah kuduga. Kau seumuran cucuku."

Patricia tertawa melihat sang kakek tampak begitu bahagia dengan hal sederhana tersebut, seperti anak kecil yang berhasil mendapatkan mainan dari ibunya.

"Maaf lama. Nona Pat?"

"Tuan Julian."

Patricia terkejut melihat kedatangan asisten ayahnya.

"Kalian saling kenal?" Si Kakek menginterupsi keterkejutan Julian dan Patricia.

"Nona Pat adalah putri dari pemilik perusahaan tempatku bekerja. Nona, ini ayahku." Julian memperkenalkan Patricia dengan si Kakek.

"Senang berkenalan dengan ayahmu, Tuan Julian. Kami telah berbagi sedikit cerita, benarkan, Kek?"

"Akan menyenangkan jika kapan-kapan, Nona Pat bersedia meluangkan waktu untukmu, mungkin makan malam bersama."

"Tentu. Aku akan meluangkan waktu untuk kakek. Ngomong-ngomong kakek cukup memanggilku Patricia saja atau Pat."

"Terimakasih Pat, aku lega mendengarnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daddy's Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang