Langit malam Jakarta menyala dengan gemerlap gedung-gedung tinggi. Di salah satu puncak tertinggi, kantor pusat perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara berdiri megah. Di balik kaca tebal ruang kantornya, Shireen menatap kota dengan tatapan tajam, seolah seluruh dunia ada dalam genggamannya. Dia mengenakan blazer hitam elegan, rambutnya tergerai, dan senyum penuh percaya diri menghiasi wajahnya.
Di ruang itu, semua orang tahu satu hal: Shireen adalah pemimpin yang tak terbantahkan. Dia berkuasa bukan hanya karena posisinya sebagai CEO, tetapi juga karena aura dominasi yang memancar dari setiap gerak-geriknya. Tak ada yang berani membantah perintahnya. Namun, di balik kesuksesan dan reputasinya sebagai “bad girl” yang tak kenal ampun, ada satu kelemahan besar dalam hidupnya yaitu Gracia
Gracia, pacarnya yang cantik dan lembut, duduk di sofa mewah di sudut ruangan. Kontras sekali dengan sikap Shireen yang dominan, Gracia memiliki aura kehangatan. Dia tidak terbiasa dengan dunia bisnis yang keras, tapi tetap mendukung Shireen dengan segala cara. Namun, malam itu, Gracia merasakan kegelisahan.(-)
"Aku nungguin kamu di sini sudah dua jam, Shireen," suara Gracia terdengar pelan, hampir berbisik, namun penuh dengan ketegangan yang tersimpan.
Shireen berpaling dari jendela, mendekati Gracia dengan tatapan dingin yang membuat siapapun gemetar. Tapi Gracia sudah terbiasa dengan tatapan itu, meski hatinya kadang masih terasa berat setiap kali melihat sisi dingin Shireen.
"Maaf, sayang," Shireen berkata dengan suara rendah, namun tidak terdengar benar-benar menyesal. "Kamu tahu betapa sibuknya aku."
Gracia menunduk, menghindari tatapan Shireen yang terlalu intens. "Aku tahu, tapi... kamu bahkan nggak beri kabar."
Shireen duduk di samping Gracia, tangannya segera meraih tangan Gracia dan menggenggamnya kuat. Terlalu kuat. “Kamu nggak boleh marah. Aku bekerja keras untuk kita. Untuk masa depan kita."
Gracia menggigit bibirnya, merasa terguncang oleh pegangan Shireen yang seolah memenjarakannya. "Aku nggak marah, aku cuma... merasa ditinggalkan."
Shireen tertawa kecil, namun tawanya dingin. "Kamu nggak akan pernah aku tinggalkan, Gracia. Kamu milikku. Ingat itu."
Ada sesuatu di balik kata-kata itu yang membuat Gracia merasa resah. Dia mencintai Shireen, tapi cinta Shireen terasa begitu menekan. Gracia merasa seperti hidup dalam dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh kekasihnya. Setiap gerakannya dipantau, setiap ucapannya diperhatikan.
“Besok aku ada acara dengan teman-teman, kamu nggak apa-apa kalau aku—“
Sebelum Gracia bisa menyelesaikan kalimatnya, tangan Shireen sudah mencengkeramnya lebih erat. Mata Shireen menatap tajam ke dalam mata Gracia. "Acara apa? Dengan siapa?"
Gracia tertegun, tapi mencoba tetap tenang. "Teman lama... kita cuma makan malam."
Shireen mendekat, suaranya berubah menjadi bisikan berbahaya. "Aku nggak suka kamu keluar tanpa aku. Jangan buat aku marah, Gracia."
Di dalam hati Gracia, ada pergulatan yang semakin dalam. Dia merasa terjebak antara cinta dan cengkeraman Shireen yang posesif. Perlahan, dia menarik tangannya dari genggaman Shireen, merasa sesak.
“Shireen, aku butuh ruang. Kamu nggak bisa terus-terusan seperti ini…”
Shireen tersenyum, tapi senyum itu tidak menghapus ancaman yang tersirat. "Sayang, kamu cuma butuh aku. Ingat, di luar sana, nggak ada yang bisa melindungimu selain aku."
Malam itu, Gracia tahu bahwa dia berada dalam situasi yang rumit, terjebak dalam cinta yang posesif dan membatasi. Tapi, untuk saat ini, dia memilih diam. Karena meninggalkan Shireen terasa seperti hal yang mustahil.
Jangan lupa vote,like,and follow ya guyss🙏🔥
Next >>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsess with you_(Greshan)
Short Story⚠️Peringatan⚠️ Cerita ini mengandung tema dan adegan yang bersifat emosional dan intens, yang mungkin tidak cocok untuk semua pembaca. Harap membaca dengan bijaksana. Beberapa konten mungkin mencerminkan hubungan dewasa dan situasi kompleks yang mem...