Part 9

333 28 2
                                    

Setelah beberapa minggu menjalani permainan memanipulasi Shireen, fenita merasa sudah saatnya untuk melangkah lebih jauh. Dia tahu bahwa untuk memisahkan Shireen dan Gracia, dia perlu menciptakan ketidak pastian di dalam hubungan mereka. Dengan pemikiran itu, fenita menghubungi seorang kenalan, Niko, yang dikenal sebagai orang yang menarik dan pandai bergaul. Dia ingin Niko mendekati Gracia dan memicu keraguan dalam hati Shireen.

Fenita dan Niko bertemu di sebuah kafe kecil di dekat kantor. Dengan secangkir kopi di tangan, fenita menjelaskan rencananya. “saya ingin kamu mendekati Gracia. Buat dia merasa tertarik padamu, tapi jangan terlalu jelas. Ciptakan ketegangan yang membuatnya meragukan perasaannya terhadap Shireen.”

Niko mengangguk, dengan senyum percaya diri di wajahnya. “Sederhana. Aku bisa melakukannya. Apa kamu yakin ini yang kamu mau?”

“Ya,” jawab fenita, matanya berbinar. “Ini adalah langkah penting. Jika Gracia mulai mempertanyakan hubungannya dengan Shireen, itu akan memberikan Shireen keraguan. Dan ketika Shireen merasa tidak aman, aku bisa lebih mudah mendekatinya.”

“Baiklah,” kata Niko, mengerutkan dahi. “Saya akan mencari cara untuk berinteraksi dengan Gracia, dan kita lihat bagaimana reaksinya.”

Setelah pertemuan itu, Niko mulai sering muncul di sekitar perusahaan, mencari kesempatan untuk bertemu Gracia. Dia terlihat profesional dan percaya diri, dan tidak butuh waktu lama bagi Gracia untuk menyadari kehadirannya. Niko mulai menyapa Gracia setiap kali mereka bertemu di kantor, membuat komentar positif tentang pekerjaannya dan memberikan pujian yang membuat Gracia merasa dihargai.

Gracia, yang awalnya tidak curiga, mulai merasakan ketertarikan yang tak terduga terhadap Niko. Dia tahu dia memiliki hubungan yang kuat dengan Shireen, tetapi perhatian dari Riko membawa angin segar. Dia membuat Gracia merasa lebih diinginkan di tempat kerjanya. Setiap kali mereka berbincang, Gracia merasa seolah ada seseorang yang benar-benar memperhatikan dirinya bukan hanya sebagai model, tetapi sebagai individu yang berharga.

Fenita dengan cermat mengamati dari kejauhan, merasa puas dengan hasil rencananya. Dia melihat bagaimana Gracia mulai menghabiskan waktu lebih banyak dengan Niko, tertawa dan berbagi cerita. Momen-momen itu membuatnya semakin yakin bahwa hubungan Gracia dan Shireen sedang berada di ambang krisis.

Suatu sore, saat Gracia sedang istirahat di area lounge, Niko mendekatinya. “Hai, Gracia. Boleh saya duduk?” tanyanya sambil menunjukkan senyum menawan.

“Tentu,” jawab Gracia, merasa sedikit gugup tetapi juga senang. “Apa kabar?”

“baik, terima kasih. saya hanya ingin bilang, saya sangat terkesan dengan pekerjaanmu. Setiap kali melihatmu di depan kamera, kamu selalu memukau,” puji Niko, dengan tatapan tulus.

Gracia tersipu, merasa bangga akan pujian itu. “Terima kasih! Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik.”

Niko melanjutkan, “Kalau mau, kita bisa bekerja sama untuk proyek berikutnya. Saya yakin kita bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa.”

Pembicaraan itu semakin membuat Gracia nyaman, dan dia merasa ada ketertarikan lebih dalam dari Niko. Namun, di sudut hatinya, dia berusaha untuk tidak terlalu terbuai. Dia masih memiliki Shireen, yang selalu menjadi perhatian utama dalam hidupnya.

Sementara itu, fenita, yang terus-menerus memantau situasi, merasa senang melihat Gracia mulai berinteraksi dengan Niko. Dia tahu bahwa dengan setiap momen yang mereka habiskan bersama, keraguan dalam diri Shireen akan semakin tumbuh. Dan itu adalah langkah besar untuk mengalihkan perhatian Shireen darinya.

Suatu malam, setelah pulang kerja, Shireen dan fenita menghabiskan waktu bersama untuk dinner di restoran mewah. Saat itu, fenita memutuskan untuk menyelipkan sedikit informasi yang bisa menggoyahkan keyakinan Shireen.

“Shireen, aku melihat Gracia sangat dekat dengan Niko akhir-akhir ini. Mereka sering terlihat bersama di kantor,” kata fenita dengan nada santai.

Shireen menatap fenita dengan serius. “Oh, benar? Itu tidak seperti Gracia. Dia biasanya tidak begitu akrab dengan orang lain.”

“Ya, mungkin hanya teman kerja, tapi aku melihat cara mereka saling bertukar senyum. Sepertinya ada chemistry di antara mereka,” balas fenita, menyisipkan sedikit nada keraguan di suaranya.

Raut wajah Shireen mulai berubah. Meski dia berusaha untuk tetap tenang, hatinya mulai berdebar. Dia mengingat semua momen di mana Gracia tampak lebih ceria dan lebih mudah bergaul. “Aku harap Gracia tidak melupakan siapa yang ada di sisinya,” gumamnya pelan.

Fenita hanya tersenyum, merasa puas dengan dampak kata-katanya. “Tentu saja. Tapi terkadang, kita harus ingat bahwa orang bisa berubah, terutama jika mereka merasa ada pilihan lain.”

Ketika malam berakhir, Shireen merasa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Meski dia ingin percaya pada Gracia, keraguan yang ditanamkan fenita perlahan mulai meresap. Dia merasa cemas dan tidak nyaman, tidak ingin kehilangan Gracia, tetapi juga tidak ingin terlihat lemah.

Fenita mengamati perubahan itu dengan penuh kepuasan, tahu bahwa rencananya berjalan sesuai harapan. Dalam waktu dekat, dia yakin bahwa keraguan dalam hati Shireen akan semakin dalam, dan ketika saatnya tiba, dia akan siap untuk mengambil alih posisi yang selama ini dipegang Gracia.

---

Jangan lupa vote,like,and follow ya guyss🙏🔥

Next >>>>

Obsess with you_(Greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang