Part 12

170 32 3
                                    

Hari demi hari berlalu, dan hubungan Shireen dan Gracia perlahan mulai pulih. Meskipun ketegangan dengan Niko belum sepenuhnya reda, Gracia berusaha lebih keras untuk menunjukkan cintanya pada Shireen. Dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama Shireen, membuat rencana untuk makan malam romantis dan merencanakan liburan akhir pekan.

Sementara itu, fenita dan Niko sedang merencanakan langkah selanjutnya. Fenita merasa puas dengan apa yang telah dia tanamkan kecemburuan dan ketidakpastian dalam hubungan Shireen dan Gracia. Namun, dia merasa perlu melakukan sesuatu yang lebih untuk memastikan Niko bisa mendapatkan perhatian Gracia dan mengacaukan hubungan mereka.

"Niko, kita perlu meningkatkan rencana kita," kata fenita dengan nada penuh ambisi saat mereka bertemu di kafe setelah jam kerja. "Jika kita bisa membuat Shireen merasa terancam, kita bisa memisahkan mereka dengan mudah."

Niko mengangguk setuju. "Aku tahu, tapi bagaimana caranya? Gracia semakin kuat dalam hubungan dengan Shireen. Aku tidak ingin terlihat seperti pengganggu."

Fenita tersenyum licik. "Kita bisa menciptakan situasi di mana Shireen melihat kita terlalu dekat. Mungkin kita bisa berakting seolah-olah kita sedang mengerjakan proyek bersama dan memposting foto-foto itu di media sosial. Aku bisa memancing reaksi dari Shireen."

Niko merasa sedikit ragu, tetapi dia terpesona oleh rencana Fenita. "Baiklah, kita bisa mencobanya. Kita harus melakukannya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan yang berlebihan."

Setelah diskusi panjang, mereka merencanakan untuk mengadakan pertemuan tim untuk proyek yang sebenarnya tidak ada. Niko mengundang Gracia untuk bergabung, berencana agar Fenita ikut serta dan menciptakan momen yang bisa dimanfaatkan.

Hari pertemuan pun tiba. Gracia tiba di ruang rapat, sedikit cemas karena merasa bahwa suasana kerja dengan Niko mungkin mengganggu Shireen. Namun, dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan. Begitu memasuki ruangan, dia melihat Niko dan fenita berbincang akrab, dan instingnya mulai bergetar.

"Hey, Gracia! Ayo bergabung!" seru Niko dengan senyuman lebar, mencoba menciptakan suasana yang menyenangkan.

Gracia tersenyum, tetapi ada perasaan tidak nyaman yang mulai merayap. "Apa kabar? Apa yang kalian kerjakan?" tanyanya sambil duduk di meja.

"Oh, kita baru saja membahas beberapa ide untuk proyek baru yang bisa kita kerjakan bersama," jawab Niko. " fenita punya beberapa konsep menarik yang ingin dia bahas denganmu."

Fenita menambahkan, "Ya, aku pikir kita bisa membuat sesuatu yang benar-benar berbeda. Bagaimana kalau kita menggabungkan ide-ide kita?"

Saat mereka mulai mendiskusikan proyek yang tidak pernah ada itu, Gracia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Niko dan Fenita tampak terlalu dekat. Momen-momen kecil yang seharusnya biasa terasa berbeda, dan Gracia mulai merasakan ketidaknyamanan yang dalam.

Fenita dan Niko dengan cerdik menempatkan diri sedemikian rupa sehingga seolah-olah mereka saling mengandalkan satu sama lain, tertawa dan berbagi catatan, mencoba menciptakan kesan bahwa mereka adalah tim yang solid.

Namun, di luar ruangan, Shireen mulai merasa tidak nyaman. Dia mendengar desas-desus tentang pertemuan itu dari salah satu rekan kerjanya, dan meskipun dia berusaha bersikap tenang, rasa cemburu mulai muncul kembali. Dalam hatinya, dia merasa perlu mengetahui apa yang sedang terjadi di antara Gracia, Niko, dan Fenita.

Akhirnya, Shireen memutuskan untuk datang ke ruang rapat. Dia berharap bisa menyaksikan sendiri apa yang terjadi. Ketika dia masuk, suasana dalam ruangan langsung terdiam. Gracia, Niko, dan fenita melihatnya, terkejut oleh kehadirannya.

"Shireen! Apa kamu di sini?" tanya Gracia, berusaha menampilkan senyum terbaiknya.

"Aku hanya ingin melihat bagaimana pertemuan ini berjalan," jawab Shireen, dengn nada ,dingin.

Fenita dan Niko berusaha untuk tetap tenang, tetapi mereka bisa merasakan ketegangan di udara. "Kami sedang mendiskusikan beberapa ide untuk proyek," jelas Niko, mencoba menjaga suasana.

Namun, Shireen tidak bisa menahan perasaannya lebih lama. "Sepertinya kalian lebih sibuk saling tertawa dan bercanda daripada membahas proyek, bukan?" tanyanya dengan nada tajam, menyentuh titik sensitif di antara mereka.

Gracia merasa terjebak, ingin menjelaskan tetapi takut membuat situasi semakin buruk. "Shireen, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Kami hanya...," Gracia mencoba menjelaskan, tetapi dia terputus oleh fenita.

"Lihat, Shireen, kami semua bekerja di sini. Kamu tidak perlu merasa cemas atau cemburu. Niko hanya berusaha membantu," kata Fenita, dengan nada yang mencoba terdengar manis tetapi sebenarnya menantang.

Mendengar kata-kata fenita, kemarahan Shireen meningkat. "Tidak ada yang perlu membantu! Saya di sini untuk memastikan bahwa semua orang bekerja dengan baik, dan saya tidak akan membiarkan siapa pun mengacaukan itu."

Fenita tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Lihat, Gracia. Aku pikir Shireen hanya merasa terancam. Mungkin kita harus memberi sedikit ruang untuk hubungan kalian agar bisa berkembang," ucapnya, merasa puas dengan respons yang mengacaukan.

Gracia merasakan beban yang semakin berat di bahunya. "Shireen, kita bisa membicarakan ini nanti. Mari kita fokus pada pekerjaan sekarang," ucapnya, berharap bisa meredakan ketegangan.

Namun, Shireen sudah terlanjur marah. "Kalian berdua memang sangat pandai bermain drama! Saya sudah cukup melihat. Saya tidak akan membiarkan kalian mengganggu hubunganku," tegasnya, sambil berbalik dan keluar dari ruangan.

Fenita dan Niko tertegun, tidak menyangka reaksi Shireen akan sedramatus itu. "Apa kamu pikir kita berhasil?" tanya Niko, merasa bingung.

Fenita menggelengkan kepala. "Aku rasa tidak. Ternyata, Shireen jauh lebih kuat dari yang kita kira. Kita harus berpikir lagi tentang rencana ini."

Meskipun mereka merasa sedikit kalah, Niko merasa ragu untuk melanjutkan permainan ini. "Mungkin kita perlu mundur sejenak. Aku tidak ingin terlibat dalam drama yang lebih besar dari ini."

Di luar ruangan, Shireen berjalan dengan cepat menuju ruang kerjanya, hatinya berdebar dan pikirannya bergejolak. Dia tidak bisa membiarkan fenita dan Niko merusak hubungannya dengan Gracia. Dalam perjalanan pulang, dia bertekad untuk menghubungi Gracia dan menjelaskan semua perasaannya.

Setelah beberapa saat, Gracia menyusul Shireen. "Shireen, tunggu! Aku ingin bicara!" teriaknya, berusaha mengejar.

Ketika Gracia berhasil menemukan Shireen, dia menatapnya dengan tatapan penuh harap. "Aku minta maaf jika kamu merasa tidak nyaman. Biarkan aku menjelaskan semuanya."

Shireen melihat ke arah Gracia, merasakan ketulusan dalam suaranya. "Aku hanya ingin kamu tahu, aku tidak ingin kehilanganmu. Aku sudah cukup lelah dengan semua permainan ini. Mari kita bicarakan apa yang terjadi," ucap Shireen, mengelus pipinya.

Gracia meraih tangan Shireen dan memandang matanya dengan serius. "Kita akan menyelesaikan ini bersama. Aku tidak akan membiarkan siapa pun merusak apa yang kita miliki."

Sementara itu, Niko dan fenita menyaksikan dari kejauhan, merasakan kekalahan dalam rencana mereka. Mereka berdua menyadari bahwa hubungan Shireen dan Gracia jauh lebih kuat daripada yang mereka duga, dan bahwa mereka perlu merencanakan strategi baru jika mereka ingin memisahkan keduanya.

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Gimana guys...apakah kalian puas dengan part 12 ini ?

Part kali ini cukup panjang dari sebelumnya ya...!😁

Jangan lupa vote, komen, follow nya ya guyss luv u <3 <3 🥰🥰

Obsess with you_(Greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang