Fenita. Sebagai sekretaris pribadi Shireen, dia telah bekerja di perusahaan itu selama beberapa tahun. Fenita adalah sosok yang tampak tenang, profesional, dan selalu tersenyum di setiap situasi. Namun, di balik sikap manisnya, dia menyimpan ambisi tersembunyi ambisi yang perlahan tapi pasti mulai mengarah pada satu tujuan,yaitu merebut Shireen dari Gracia.
Fenita sudah lama memperhatikan bagaimana Shireen memperlakukan Gracia. Dia tahu betapa posesifnya Shireen, bagaimana CEO itu selalu ingin mengendalikan setiap aspek hidup Gracia. Dan fenita melihat itu sebagai kesempatan. Dia tahu, di balik semua kekuatan dan kontrol Shireen, ada ketidakstabilan emosional yang bisa dimanfaatkan.
Setiap hari, fenita berada di dekat Shireen. Dia tahu segala jadwal, pertemuan, bahkan beberapa rahasia pribadi yang tidak diketahui orang lain. Bukan rahasia lagi bahwa Shireen sangat bergantung pada fenita untuk mengatur semua urusan bisnisnya. Namun, akhir-akhir ini, Dina mulai mengambil langkah lebih jauh menggunakan kedekatan profesional itu untuk memasuki kehidupan pribadi Shireen.
Suatu sore, ketika Shireen baru saja selesai dengan rapat yang melelahkan, fenita mengetuk pintu ruang kerja CEO dengan senyum lembut di wajahnya, membawa secangkir kopi favorit Shireen.
"Permisi bu, ini kopinya. Saya lihat tadi rapatnya cukup tegang," kata fenita, sambil menaruh cangkir di meja Shireen. "Mungkin butuh istirahat sebentar?"
Shireen, yang masih sibuk dengan dokumen di depannya, mengangguk tanpa banyak bicara. Dia meminum kopinya sambil memijat pelipisnya yang terasa berat.
"Terima kasih, fenita. Kamu selalu tahu apa yang saya butuhkan," ucap Shireen sambil tersenyum kecil.
Fenita membalas senyum itu, tapi di dalam hatinya dia tahu bahwa Shireen mulai terbiasa dengan perhatian kecil yang dia berikan. Selama ini, dia memainkan perannya dengan sempurna sekretaris yang penuh perhatian, selalu siap sedia untuk membantu kapan saja. Namun, sekarang, fenita mulai melangkah lebih jauh, mengarahkan perhatian Shireen lebih banyak ke dirinya.
"Saya khawatir,bu" kata fenita setelah beberapa saat hening. "Akhir-akhir ini ibu terlihat lelah. Apakah semuanya baik-baik saja bu?"
Shireen menatap fenita sekilas, kemudian menghela napas panjang. "Hubungan saya dengen gracia sedang... rumit, fen. Kadang saya merasa dia menjauh, dan saya tidak tahu bagaimana mengatasinya."
Fenita pura-pura prihatin, meski sebenarnya dia merasa senang mendengar kesulitan yang dihadapi pasangan itu. "Itu pasti sulit. Ibu orang yang sangat peduli pada orang-orang di sekitar. Mungkin Gracia hanya butuh waktu untuk memahami cara ibu mencintai dia."
Shireen menatap fenita lebih lama kali ini, seolah mencari pemahaman. "Kadang saya merasa dia tidak mengerti. Saya hanya ingin memastikan semuanya baik-baik. Tapi mungkin saya terlalu menekan dia..."
Fenita mendekat sedikit, suaranya lembut tapi penuh makna. "Kamu adalah seseorang yang luar biasa, Shireen. Tidak banyak orang yang bisa memahami tekanan dan tanggung jawab yang kamu bawa. Kalau dia tidak bisa melihat itu... mungkin dia tidak pantas mendapatkanmu."
Kata-kata itu menembus Shireen, yang mulai terlihat berpikir. Fenita tahu, dia tidak bisa terlalu terburu-buru. Dia harus hati-hati, perlahan-lahan menanamkan keraguan di pikiran Shireen tentang Gracia, sekaligus menempatkan dirinya sebagai seseorang yang lebih mengerti dan peduli.
Selama minggu-minggu berikutnya, fenita semakin mendekat. Setiap kali Shireen mengalami masalah dengan Gracia, Dia selalu ada dengan kata-kata yang menenangkan, senyum yang lembut, dan perhatian yang tampak tulus. Dia menawarkan bahu untuk bersandar, telinga untuk mendengar, dan perlahan, dia menjadi lebih dari sekadar sekretaris.
Suatu malam, setelah jam kerja, Shireen meminta fenita untuk tinggal lebih lama di kantor. Mereka duduk bersama di ruang kerja Shireen, membahas proyek penting yang harus segera diselesaikan. Namun, ketika percakapan mulai mereda, suasana berubah menjadi lebih santai.
"Kamu selalu ada untuk saya, fenita," kata Shireen dengan nada yang lebih personal daripada biasanya. " Saya bahkan tidak bisa membayangkan menjalankan perusahaan ini tanpa kamu."
Fenita tersenyum lembut, menyembunyikan rasa puas yang mulai tumbuh dalam dirinya. "Itu tugas saya. Saya selalu siap membantu, kapan pun ibu butuh."
Shireen menghela napas, terlihat lelah. "Kadang saya merasa tidak ada yang benar-benar mengerti, kecuali kamu."
Itu adalah momen yang fenita tunggu. Dengan hati-hati, dia menatap Shireen dengan penuh perhatian. "Saya mengerti. Dan saya akan selalu ada di sini, tidak peduli apa pun yang terjadi."
Kata-kata itu terasa begitu tulus, begitu menenangkan bagi Shireen yang sedang kacau. Meskipun dia tidak mengatakan apa-apa lagi, fenita bisa merasakan bahwa hubungan mereka mulai berubah. Shireen mulai membuka diri padanya, sesuatu yang jarang terjadi pada orang lain.
Di belakang layar, fenita perlahan-lahan mulai mempermainkan keadaan. Dia mulai menyusun strategi, menyarankan agar Shireen memberikan lebih banyak ruang untuk Gracia bukan untuk menyelamatkan hubungan mereka, tetapi untuk menciptakan jarak yang lebih besar di antara mereka. Dan dengan setiap langkah kecil itu, Shireen semakin bergantung pada fenita.
Fenita tahu bahwa ini bukan proses yang cepat. Dia tidak bisa mengambil risiko memperlihatkan niatnya terlalu cepat. Namun, lambat laun, dia akan menggantikan posisi Gracia di hati Shireen. Setiap kali Shireen merasa ragu atau kesal pada Gracia, Dina akan ada di sana, siap menggantikan peran pasangan yang selama ini dipegang Gracia.
---
Jangan lupa vote,like,and follow ya guyss🙏🔥
Next >>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsess with you_(Greshan)
Short Story⚠️Peringatan⚠️ Cerita ini mengandung tema dan adegan yang bersifat emosional dan intens, yang mungkin tidak cocok untuk semua pembaca. Harap membaca dengan bijaksana. Beberapa konten mungkin mencerminkan hubungan dewasa dan situasi kompleks yang mem...