Book 2 part 3

1 0 0
                                    

Siang hari itu, Don Hashfi melakukan pertemuan dengan Edo Yudha di sebuah ruang pertemuan, di hotel bintang lima Jakarta Pusat. Hotel itu merupakan hotel yang dimiliki oleh perusahaan Russia, dan karena Don Hashfi memiliki hubungan baik dengan pengelola hotel itu, si pengelola dengan senang hati meminjamkan ruangan di hotelnya untuk dipakai oleh Don Hashfi.

Don Hashfi tidak sendirian melakukan pertemuan, ia mengajak penasihat keuangannya ; Novenda, Caporegime kepercayaannya ; Dawe, Farras Wijaya, Ilman, penasihat yang ia hormati ; Bambang Darmanto, dan sang pacar yang akan ia nikahi sesegara mungkin ; Sherry.

Setelah mengalahkan Harmoni Boyz, Don Hashfi melancarkan offensif cepat untuk menguasai Zona Bebas Kota Jakarta, mempersatukan hampir semua geng atau organisasi Hitam di Jakarta di bawah tangannya. Jakarta beserta isinya segera berada di bawah kekuasaan Don Hashfi ; menjadikan kekuatan politik dan finansial sang Don semakin berkembang besar. Siapapun yang mau berbisnis di kota Jakarta, kini harus berbicara terlebih dahulu dengan Don Hashfi.

Dan, di sinilah Edo sekarang, hendak meminta izin sekaligus menawarkan proposal yang menguntungkan pada Don Hashfi.

Edo menjabat tangan Don Hashfi dan orang-orangnya, lalu kemudian mereka semua mengambil tempat duduk masing-masing. AC dinyalakan sehingga udara terasa begitu sejuk di dalam ruangan. Makanan dan minuman ringan disajikan oleh para pelayan, Edo melihat Don Hashfi dan kekasihnya ; Sherry, sedang bercanda menertawakan sesuatu.

Kemudian pertemuan pun dimulai, Edo mengucapkan selamat atas kesuksesan Don Hashfi dalam menguasai Zona Bebas Kota Jakarta. Kemudian Edo segera beralih kepada pokok topik yang merupakan tujuannya datang kemari, membahas mengenai distribusi narkotika di Zona Bebas Kota Jakarta.

Bisnis narkotika Kartel Bandung sedang meluaskan ekspansi distribusi produknya. Jakarta adalah pasar yang menggiurkan bagi Kartel Bandung, karena konsumen di sini membayar menggunakan mata uang asing yang nilainya lebih tinggi. Kartel Bandung hanya memerlukan restu dan izin dari Don Hashfi untuk memulai usaha mereka di Jakarta.

"Kalau begitu kenapa kau menemuiku? Bukankah sebaiknya kau menemui Jendral Percival, ketua pasukan multinasional Allied Nations. Ia memiliki otoritas lebih besar dariku." ucap Don Hashfi dengan sopan dan Berpura-pura merendah.

"Don Hashfi, anda merendah." sahut Edo, wajahnya tetap pasif. "Jendral Percival hanya menguasai bandara internasional saja dan jalan-jalan besar di kota Jakarta. Tapi anda, anda menguasai setiap seluk beluk kota ini. Jadi saya yang rendah ini, menemui anda untuk mendapatkan restu dan izin anda, agar Kartel Bandung dapat meluaskan operasinya di kota ini."

"Begitu. Berapa persen yang kudapatkan untukku?" tanya Don Hashfi.

Mata Edo berkilat-kilat. "Lima puluh persen." ia diam sejenak, lalu berkata dengan suara lembut. "Pada tahun pertama bagian anda sebesar $25 juta dollar, di tahun ketiga dan keempat bisa bertambah dua kali lipat."

"Itu uang yang sangat banyak sekali, tuan Edo." sahut Don Hashfi. "Kenapa Kartel Bandung, dan terutama tuan Anang begitu baik terhadapku? Sehingga aku mendapatkan uang sebanyak itu?"

Edo terlihat mengulum senyum. "Karena anda memang pantas mendapatkannya Don Hashfi. Dengan uang sebanyak itu, yang anda terima setiap tahun, anda akan semakin kaya dan berkuasa."

Saat itulah Sherry melakukan kesalahan menyangkut penilaian dan etika. Ia berkata dengan penuh semangat. "Ini investasi yang sangat menggiurkan."

Sherry memalingkan wajahnya pada Hashfi. "Sayang, sebaiknya kamu terima proposal ini."

Hashfi tersenyum pada Sherry, lalu ia memalingkan wajah pada Edo. "Seperti yang anda lihat dan anda dengar, tunangan saya bersemengat sekali. Tetapi saya memerlukan persetujuan juga dari penasihat keuangan saya, dan orang-orang saya yang turut hadir dalam ruangan ini. Pendapat dan penilaian mereka, penting bagi saya."

Novenda, Dawe, Farras, dan Ilman dengan patuh akan mengikuti apa yang Don Hashfi putuskan. Don Hashfi menoleh pada Bambang Darmanto, mentor, bapak angkat, dan sesepuh di organisasinya. Bambang tersenyum kecil ketika Hashfi menatapnya.

"Pak Bambang." kata Don Hashfi. Dengan penuh hormat. "Bagaimana menurut pendapat bapak? Haruskah saya menerima proposal ini?"

"Sejujurnya, kalau boleh saya katakan. Proposal ini amat menguntungkan bagi organisasi kamu, Hashfi." ucap Bambang, nada suaranya begitu tenang dan teratur.

"Bisa dikatakan, proposal ini seperti pendapatan pasif bagi organisasi Kartel Bedeng yang baru kita bentuk." sambung Bambang. "Bukan begitu, Novenda?"

Novenda mengangguk patuh. "Betul, pak Bambang. Dengan pendapatan $25-50 juta per tahun. Kita bisa memperkuat organisasi kartel kita. Belum lagi posisi Don Hashfi akan semakin kuat secara finansial."

"Jadi, anda mendukung proposal yang disampaikan tuan Edo? Pak Bambang?" tanya Hashfi.

"Tetapi... " ucap Bambang.

"... Bisnis narkotika ini adalah bisnis berbahaya. Memang kita akan mendapatkan uang dengan mudah. Tetapi ada efek buruk yang akan kita terima dari bisnis ini, kita juga akan menjadi sasaran bagi pasukan Allied Nations yang bermarkas di sini."

"Pak Bambang, peduli setan soal Allied Nations. Dengan kekuatan uang, dan kekuatan fisik organisasi kartel Bedeng & Black Knight milikku, aku yakin kita berdua akan mampu menghalau Allied Nations." ujar Sherry, menampik kekhawatiran Bambang.

"Nona Sherry. Allied Nations hanyalah satu masalah saja dari efek buruk narkotika." ujar Bambang. Nada suaranya penuh penekanan. "Efek buruk kedua dari peredaran narkotika adalah, rusaknya masyarakat secara fisik dan jiwa mereka. Aku tidak mau penduduk Jakarta, menjadi rusak karena barang haram ini."

Sherry seolah-olah tercekat tenggorokannya. Ia hendak membalas argumentasi Bambang, namun ia urungkan.

"Jadi, menurut hemat saya, Hashfi. Sebaiknya anda menolak proposal ini. Meskipun keputusan final tetap berada di tangan anda, selaku ketua kartel Bedeng." ucap Bambang.

Hashfi mendengarkan dengan sabar penuturan pak Bambang. Edo melipat kedua tangannya di atas meja, menunggu respon dari Don Hashfi.

Hashfi mendesah perlahan. "Maafkan saya, tuan Edo. Saya harus menolak proposal anda."

"Hashfi!" seru Sherry. Mendesak Hashfi. "Ini kesempatan bagus untuk memperbesar kekuasaanmu. Kapan lagi ada kesempatan seperti ini."

Hashfi mengangkat kedua bahunya. "Maafkan aku, sayang. Tapi pendapat Bambang, amat berarti buatku."

"Sekali lagi saya ulangi, saya menolak proposal anda tuan Edo. Saya minta maaf." ucap Hashfi mengulangi pernyataannya.

"Baiklah, kalau memang demikian, saya tidak bisa mendesak anda. Dan tidak ada lagi alasan bagi saya untuk berlama-lama di sini."

"Maafkan saya, semoga perjalanan pulang anda menyenangkan. Dan sampaikan salam saya pada tuan Anang." ucap Hashfi.

Edo menghirup minumannya, lalu bangkit berdiri dari kursinya.

Edo dan Hashfi bersalaman. Lalu Edo cepat-cepat meninggalkan ruang rapat dengan tangan kosong.

"Maafkan saya tuan Hashfi, tapi pengalaman dan pengetahuan saya mengatakan narkoba itu adalah barang haram yang buruk." ucap Bambang. "Belasan juta orang tewas karena barang haram itu. Dan belasan juta lain harus hidup menderita dan sengsara akibat barang haram itu. Kehidupan masyarakat sudah susah, dan tidak perlu kita mempersulit mereka dengan barang haram itu." tutur Bambang, memberikan pemahamannya pada Hashfi.

Hashfi mengangguk. "Saya mengerti pak. Terimakasih banyak atas masukannya."

Sherry terdengar mendengus. "Maaf, suhu di sini dingin, sebaiknya saya menunggu di luar saja."

Sherry segera berjalan keluar dengan langkah cepat.

"Tampaknya, tunangan anda tidak setuju dengan saya." ucap Bambang.

"Soal Sherry biar saya yang urus pak. Ia memang tipikal business dan money oriented minded. Bagi dia proposal si Edo tadi merupakan sebuah kesempatan emas." jawab Hashfi.

"Tidak semua bisa dibisniskan, Hashfi. Ini menyangkut keselamatan dan nyawa orang banyak." sahut Bambang.

"Persahabatan dan nyawa. Adalah dua hal yang tidak dapat dibisniskan. Camkan itu baik-baik, Hashfi." ujar Bambang.

"Mengerti pak." Jawab Hashfi.

Bersambung






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Dirty GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang