Book I BAB VII : Kena Kau Parakacuk

15 6 3
                                    

Nico benar-benar merasa seperti ketiban durian runtuh, tak disangka, betapa mudah ia mendapatkan uang sebesar $1 juta dollar dalam waktu satu hari saja. Saat ini, Nico sedang berada di sebuah warung miras kecil di sudut Blok M, ia gemar minum miras oplosan, dan miras oplosan inilah yang merusak akal dan pikirannya, termasuk keputusannya untuk menerima permintaan dari rival karibnya sendiri, yaitu Gavin. Nico tidak benci atau punya dendam pribadi pada Hashfi, namun tawaran uang sebesar itu rasanya sulit sekali untuk ditolak begitu saja.

Nico minum layaknya ikan dalam aquarium, saat ini sudah gelas ke 9 yang ia tenggak, ia mengetuk gelasnya di meja berkali-kali.

"Tambah lagi!" Seru Nico pada pemilik warung, meminta agar gelasnya diisi kembali.

Dua pengawal Nico ; Edi dan Joni, berdiri di kedua sisi bosnya sambil menyandang senapan serbu AK-47 di tangan. Keduanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan bosnya yang gemar minum miras oplosan.

Pemilik warung kemudian datang mengisi gelas Nico yang kosong. Sekonyong-konyong Nico menenggak habis isi gelasnya.

"Mantap tenan coeg!" Seru Nico, dengan keadaan sudah setengah mabuk, sebab alkohol sudah mempengaruhi otaknya.

Diluar warung miras tempat Nico minum-minum, tiba-tiba saja terlihat 4 mobil SUV Hitam terparkir di pinggir jalan. Kemudian sosok-sosok berbaju hitam, menyandang senapan AK-12 dengan mengenakan topeng ski, berlarian menuju warung miras tempat Nico minum-minum.

Nico menyadari kehadiran mobil-mobil SUV hitam, ia langsung terkesiap.

"Sialan! gw digerebek! Heh kalian berdua lindungi aku!" Seru Nico pada anak buahnya.

Nico berlindung di balik meja, sementara kedua pengawalnya mengambil posisi berlindung, tembakkan pertama datang dari pihak Nico, lalu terjadi tembak-menembak antara kedua belah pihak.

"Sial! Gw harus kabur!" Umpat Nico, sementara diatas kepalanya peluru-peluru beterbangan dari pihak Toni dan anak buahnya.

Nico merangkak pelan-pelan, kabur melalui pintu belakang warung miras, meninggalkan kedua pengawalnya yang sedang sibuk menahan Toni dan anak buahnya.

Seorang anak buah Toni melempar dua buah flashbang ke dalam warung, ledakan flashbang itu membingungkan serta membutakan dua pengawal Nico. Dua orang anak buah Toni lantas menyerbu masuk ke dalam, menembak mati Edi dan Joni.

Toni pun masuk ke dalam warung miras, namun tidak ditemukan adanya tanda-tanda Nico.

"Sialan, kemana itu si Nico!?" Umpat Toni.

Seorang anak buah Toni menunjuk ke pintu belakang warung yang setengah terbuka.

"Gawat bos, sepertinya si Nico kabur."

"Ya kejar kalau begitu!" Seru Toni, pada anak buahnya.

Sementara itu, Nico berlari di trotoar sekuat tenaga, berusaha menghindari penggerebekan yang dilakukan Toni. Nico berlari dengan langkah gontai, karena pengaruh alkohol sudah menguasai otaknya.

Di kejauhan, Kira-kira 1 kilometer dari tempat Nico, di lantai lima sebuah gedung. Terlihat seorang wanita berusia sekitar 26 tahun. Ia mengenakan seragam tactical a'la pasukan khusus, dan terlihat sedang membidikkan senapan laras panjang M-14 nya melalui binokular-nya.

Wanita itu adalah Flovy Altynbekova, seorang wanita Russia keturunan Kazakh, dahulu ia merupakan anggota satuan Spetsnaz Alpha Group, namun karena tidak betah dengan kehidupan di Spetsnaz, Flovy memilih keluar, dan bekerja lepas sebagai hired muscle dan pembunuh bayaran. Saat ini, Flovy disewa oleh Sherry, untuk membantu Don Hashfi dalam menciduk Nico.

"Mau lari kemana kau," Gumam Flovy, sambil mencocokan bidikannya kearah salah satu kaki Nico.

"Kena kau parakacuk." Kata Flovy, sambil menekan pelatuk senapannya.

Peluru pun melesak dalam kecepatan sepersekian detik, mengenai salahsatu kaki Nico, Nico jatuh terjerembab dan terlihat mengerang kesakitan di atas trotoar, karena ia tidak menyangka sebutir peluru mengenai kakinya.

Toni dan empat anak buahnya segera menghampiri Nico yang sedang kesakitan di atas trotoar sambil memegangi kakinya.

"T-tidak tunggu! tunggu! Kita bisa bicarakan ini baik-baik," Kata Nico, dengan nada terbata-bata sambil menahan sakit.

"Halah banyak bacot kau!" Seru Toni.

Toni melayangkan tinjunya ke wajah Nico, satu tinjuan sudah cukup untuk membuat Nico tidak sadarkan diri.

Nico lalu segera dimasukkan ke dalam mobil SUV, untuk dibawa ke ruang bawah tanah kediaman Don Hashfi, untuk interogasi lebih lanjut.

Toni melambaikan tangan sambil mengacungkan kedua jempolnya ke Flovy di kejauhan sana, berterimakasih atas bantuan Flovy dalam meringkus Nico.

"Mission accomplished." Kata Flovy, dengan nada dingin sambil menyunggingkan senyum.

Bersambung

The Dirty GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang