Book I BAB X : Why Did You Do That?

7 5 3
                                    

Hanya perlu waktu 5 menit saja untuk berkendera dari Lokananta menuju wastu kepunyaan Don Hashfi, yang jaraknya hanya 1 kilometer saja. Deretan mobil-mobil SUV hitam yang membawa Don Hashfi, Sherry, Jendral Hafiz, berikut pengiring, tiba di teras depan Wastu.

Jendral Hafiz melihat sejenak tampak depan wastu Don Hashfi.

"Wah, hebat sekali wastu ini," Ucap Hafiz, sambil berdecak kagum.

Wastu Don Hashfi dibangun dengan gaya arsitektur kontemporer dua lantai, lengkap dengan helipad, lapangan olahraga, kolam renang, taman-taman buatan, dan garasi besar yang mampu menampung lusinan mobil. Ini semua dibangun menggunakan uang kerajaan bisnis Don Hashfi dan mendiang bapak dan kakek Don Hashfi dulu.

Don Hashfi mengajak semuanya masuk ke dalam waktunya. Di dalam pun jauh lebih mewah lagi ; ada lampu gantung yang begitu terang dan berkilauan, perabotan furnitur yang terlihat apik, dan hiasan dinding berupa lukisan dan barang pecah belah yang bernilai mahal. Wastu ini benar-benar seperti Istana raja saja, pikir Hafiz.

"Hashfi, si Nico ada di rubanah apa kau siap untuk menemuinya?" Tanya Ilman.

Suara Don Hashfi terdengar begitu tenang, namun sebenarnya amarah sudah menggelegak di hatinya. "Lebih dari siap, Ilman."

Don Hashfi lalu menoleh pada yang lain. "Nona Sherry dan Jendral Hafiz, ikutlah denganku. Yang lain tunggu di sini saja."

Jendral Hafiz bertanya-tanya, kenapa ia harus ikut. Tapi lebih baik untuk sekarang ia mengikuti apa yang diminta Don Hashfi. Hafiz lalu mengikuti Don Hashfi menuju rubanah yang dimaksud.

Rubanah itu terletak di dasar Wastu Don Hashfi, harus menuruni puluhan anak tangga sebelum mencapai ke rubanah itu. Suasana rubanah agak pengap namun lantainya terbuat dari semen, ada beberapa lampu yang ditempel di atas langit-langit. Dan di ujung terlihat sesosok yang tergantung ; kedua tangannya diikat oleh tali tambang menghadap keatas, mukanya lebam habis dipukuli, dan salah satu kakinya berlubang dan bersimbah darah.

"Don Hashfi," Ucap Toni dengan nada takzim, mengetahui bos besarnya datang.

Nico menengadah, anehnya Nico terlihat senang mengetahui Hashfi, sahabatnya itu, datang. "Bung! Mereka menangkap saya!"

"Diam kau pengkhianat!" Seru Don Hashfi.

"Bung tolong saya bung!" Pinta Nico pada Don Hashfi.

Don Hashfi melangkah, agar bisa lebih dekat pada Nico. "Udah jelas-jelas salah, masih berlagak pilon lu ya!"

Don Hashfi melayangkan tinjunya pada bagian perut Nico, membuat Nico yang sudah tidak berdaya itu terkesiap. Sherry tampak menikmati adegan yang baru saja terjadi di depan matanya, sementara Jendral Hafiz, entah mengapa merasa agak ngeri melihat yang sedang terjadi.

Toni melangkah menuju meja kecil tempat ia menaruh sesuatu di atas meja itu, lalu kemudian kembali ke Don Hashfi sambil membawa sesuatu.

"Don, ini saya temukan di rumah Nico." Ujar Toni, sambil menyerahkan benda berbentuk kotak seukuran buku pada Don Hashfi.

Don Hashfi menimang-nimang benda itu. Lalu menyerahkannya kembali ke Toni.

Ya ampun, itukan bom C-4, pikir Jendral Hafiz.

"Don Hashfi. Bom itu digunakan untuk mencelakai idolgroup anda, rencananya bom tersebut akan ditaruh di mobil bus yang akan membawa Onewana ke ajang festival idolgroup. Jadi, dengan begitu anda tidak dapat ikut berkompetisi dalam ajang idolgroup fest."

"Nico melakukannya karena disogok oleh Gavin dengan bayaran senilai $1 juta dollar, dengan $500 ribu sebagai pembayaran di muka." Imbuh Toni.

"Berarti semuanya memang benar adanya," Sahut Sherry.

"Sialan!" Pekik Hashfi. Lalu menoleh pada Nico, menatap Nico lekat-lekat penuh amarah. "Nico kenapa kau melakukan ini!"

Nico hanya diam saja, tidak mampu berkata apa-apa.

"Lu tuh udah gw anggap sebagai saudara! Kenapa lu bisa setega itu menghancurkan usaha saudara lu sendiri!" Teriak Hashfi pada Nico.

Hashfi dan Nico sudah berteman sejak kanak-kanak, bersama dengan Ilman. Karena ikatan persahabatan itulah, Nico diajak bergabung kedalam organisasi Don Hashfi. Tapi siapa sangka, Nico bisa setega itu berkolusi dengan rival berat Don Hashfi, yakni Gavin, hanya demi uang.

"M-maaf bung, i-ini kan cuma bisnis," Kata Nico dengan terbata-bata.

Hashfi mendelik mendengar ucapan Nico. "Goblok! Cuma bisnis kata lu! Gimana kalau gw juga ada di dalam bus itu, apa itu juga bisnis buat lu!"

Hashfi yang sudah teramat kesal, melayangkan tinjunya beberapa kali lagi ke muka Nico yang sudah lebam.

"Bung! Ampun Bung! Ampun!" Pinta Nico, setelah dipukuli oleh Hashfi.

"Lu memang bangsat! Lu memang brengsek!" Semprot Hashfi.

Hashfi menarik pistol Beretta yang dia taruh di holster pinggangnya. Pistol itu digenggam erat, dan dibidik tepat di tengah dahi Nico.

Hafiz hanya bisa menyaksikannya dengan penuh kengerian. Dia tidak menyangka, Don Hashfi yang selama ini ia kenal baik dan ramah, ternyata bisa sebrutal ini.

Hafiz berbisik pada Sherry. "Nona Sherry, apa ini tidak apa-apa?

Sherry menoleh pada Hafiz, sambil setengah berbisik. " Seperti inilah dunia mafia, tuan Jendral. Pengkhianatan adalah suatu kejahatan berat. Dan hukumannya... Adalah mati." Ucap Sherry, dengan nada dingin.

"Bung jangan bung!" Pinta Nico, memohon ampun karena tahu nyawanya sudah diujung tanduk.

Nico yang ketakutan lantas kencing di celana, air seni-nya terlihat menetes deras dari kaki-kakinya yang tergantung.

"Cih, disgusting." Kata Hashfi. "Hasta La Vista, Motherf*cker."

Dor!

Hashfi menekan pelatuk pistolnya. Peluru menembus dahi Nico, membuat bagian tengah kepala Nico hancur berserakan. Nico tewas seketika dengan satu tembakan tepat di kepala.

Ada suatu jeda hening, hening yang terasa begitu mencekam di dalam rubanah itu. Lalu, Hashfi membanting pistolnya ke lantai, membuat pistol itu berkelontang sebelum tergeletak di atas lantai.

Hashfi membalikkan tubuhnya. Dan Hafiz melihat suatu pemandangan yang belum ia saksikan ; wajah Don Hashfi berlumuran oleh darah, dan serpihan organ otak Nico, itulah yang terjadi kalau menembak senjata api dari jarak yang begitu dekat, percikan darah dan bagian tubuh korban akan memercik pada si pelaku.

Don Hashfi tidak berkata apa-apa. Lantas menuju tangga untuk kembali keatas. Sementara Sherry menyusul Hashfi. Hafiz kembali keatas, namun ia tidak menemukan Don Hashfi dan Sherry di sana.

"Kemana Don Hashfi dan Nona Sherry?" Tanya Hafiz.

Novinta menyahut. "Nona Sherry sedang di lantai atas, menyusul Don Hashfi."

Ilman menunjuk ke lantai atas. "Don Hashfi pasti sedang kacau perasaannya saat ini, ia berada di ruangannya di atas. Biarkan saja Nona Sherry menghibur Don Hashfi."

Dawe, salahsatu caporegime Don Hashfi, kemudian mengajak yang ada di situ untuk minum-minum, sambil menunggu suasana hati Don Hashfi reda seperti sediakala.

Bersambung


The Dirty GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang