Ketika lagu favorit mereka diputar, Ben dan Sean berlari ke lantai dansa, melupakan segalanya. Dalam kebisingan dan euforia, mereka terjebak dalam momen yang tidak terduga. Tarian mereka semakin intens, dan ketika Ben tidak sengaja menarik Sean lebi...
Sinar matahari menyelinap melalui tirai jendela, menerangi apartment Sean yang berantakan. Aroma alkohol dan sisa-sisa kegiatan semalam masih menyelimuti ruangannya.
Sean terbangun dengan kepala berdenyut, matanya berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya. Ketika dia melihat sekeliling, dia menyadari bahwa Ben terbaring di sebelahnya, sama-sama telanjang dengan hanya menyisakan celana dalam. Kenangan ciuman semalam menghantam pikirannya, membuatnya merasakan campuran antara rasa bingung dan malu.
Sean mencoba membangunkan Ben dengan menggoyang-goyangkan bahunya, "Bennn... bangun!!" dengan suara serak khas bangun tidur.
"Hmm, lima menit lagi", ia menarik selimutnya keatas hingga menutupi seluruh kepalanya.
Sean menghela nafas dalam dan menuju kamar mandi untuk mendinginkan kepalanya. Beberapa menit berlalu ia selesai mandi dan berjalan mendekati ranjang lalu menarik selimut yang menutupi Ben tadi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan senyum usil, ia mencipratkan air kepada Ben. "Woy bangun, Ben kebocoran Ben, ujan Ben Choiiiii".
"Ahhhh dingin COK" ia terpaksa bangun dengan kesal.
"Hahahahaha makanya dari tadi disuruh bangun tuh bangun, udah lebih dari lima menit juga". Sean
"Ini udah bangunnn", Ben menjawab dengan bibir mengerucut kedepan.
Melihat pemandangan itu, Sean menjadi gemas sendiri, "Bibirnya gausah manyun-manyun gitu, biar apa? minta dicium hah?".
"Ihh masih pagi udah engas aja lu", jawabnya sambil berjalan melalui Sean menuju kamar mandi.
.
Sean hanya berbaring di ranjangnya menatap langit-langit kamar, dengan masih mengenakan bathrobe yang dipakainya setelah mandi. Ia masih tidak menyangka kejadian semalam benar-benar terjadi.
"Gue sama Ben semalem makeout, bener-bener real kejadian enggak halu" berbicara pelan kepada dirinya sendiri dengan senyumnya yang semakin melebar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka menampakkan Ben dengan rambut basah yang masih menetes sedikit, dan dengan mengenakan bathrobe yang sama seperti yang Sean pakai saat ini.
Dengan langkah lebar Ben mendekat kearah Sean "Sean pinjem baju dong, baju gua bau alkohol banget, kayaknya ketumpahan deh semalem".
"Kesini dulu boleh?!?!", ujar Sean sambil menepuk-nepuk tempat tepat disebelahnya, yang langsung dikabulkan oleh Ben tanpa bertanya apapun.
"Jadi gini, lu semalem inget kan kita ngapain aja?", Sean memulai percakapan.
"Inget", jawab Ben sambil mengangguk mantap.
"Kok lu biasa aja sih!".
"Yaa lu juga biasa aja (?), terus maunya lu gimana sekarang?".
"Kamu", balas Sean tanpa ada keraguan sedikitpun.
"Hah"
"Gue maunya elu, Ben Choi"
"Lu suka ya sama gua?!" selidik Ben.
"Emm sekarang sih belum sesuka itu ya," bohong Sean.
"Berarti suka dikit ada nihh"
Sean hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, disusul dengan gelak tawa Ben yang terdengar begitu merdu ditelinganya.
"Tapi sayangnya... gua enggak suka sama lu" jelas Ben masih dengan senyum dibibirnya.
"Iyaa tau kok". Sean
"Apaan coba, ehm gini.. elu ganteng kok, beneran ini gua ngomong berdasarkan fakta aja nih, tapi gua tuh enggak terlalu kenal sama lu, kita aja baru interaksi semalem kalo gua enggak salah inget". Ben menjelaskan dengan hati-hati.
"Yaudah ayo!"
"Hm?". Ben
"Ayo kenalan". sambil mengulurkan tangannya.
Uluran tangannya pun dibalas oleh Ben, mereka berjabat tangan tanpa melepas kontak mata keduanya.
"Gua punya penawaran menarik buat lu" lanjut Ben dengan tangan mereka yang masih bertaut.
"Apa"
"Sebelum itu, main lu enak gak?", ia menyunggingkan senyum, sambil tangannya ia bawa untuk mengelus penis kepunyaan Sean dari luar bathrobe yang ia kenakan.