Ketika lagu favorit mereka diputar, Ben dan Sean berlari ke lantai dansa, melupakan segalanya. Dalam kebisingan dan euforia, mereka terjebak dalam momen yang tidak terduga. Tarian mereka semakin intens, dan ketika Ben tidak sengaja menarik Sean lebi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sinar matahari semakin naik menembus celah-celah tirai setelah hujan pagi tadi, menerangi kamar yang masih hangat setelah pagi yang intim. Ben dan Sean terbangun perlahan di tengah siang, tubuh mereka masih saling berpelukan.
Keduanya menikmati momen hening, diselingi suara napas lembut dan detak jantung yang masih berirama. Tidak ada kata-kata yang terucap di awal, hanya kehadiran satu sama lain yang mengisi ruang.
Di tempat tidur yang berantakan, Sean menoleh dan tersenyum tipis, menatap Ben yang perlahan membuka mata. Keintiman tak hanya terlihat dari sentuhan mereka, tetapi dari tatapan yang penuh pengertian dan kenyamanan.
Ben memutus kontak mata terlebih dahulu dan menghela napas, "Sean.. gua kepikiran sesuatu deh."
Sean lantas menoleh sedikit, sambil bertumpu pada sikunya, "Apa? lu udah jatuh cinta sama gue?"
"Dih bukann, tadi pagi kan gua bilang kalo gua punya kesepakatan menarik, lu mau buat kesepakatan nggak sama gua?"
Sean tertawa kecil, namun cepat mengerutkan kening, "Hmm kesepakatan apa duluu?!?"
"Jadi gini" Ben bangun dari kasur dan duduk menghadap Sean.
Perlu diketahui kalau keduanya masih sama-sama telanjang bulat, hanya berbalut selimut yang menutupi area intim mereka.
"Elo mau jadi partner sex gua gak?!" tembak Ben dengan wajah serius.
"Friends With Benefit maksud lo" jawab Sean cepat.
"Emang kita temen?" Usil Ben.
"Dih lu mah gitu, tadi pagi aja mohon-mohon minta penis gue" sambil memasang wajah merengut.
Ben tertawa keras melihat reaksi Sean yang menurutnya sangat lucu. "Iyadehh Friends With Benefit atur aja aturr."
"Jadi gimana, mau gak?" tambahnya.
"Ada syaratnya gak, kayak do and don't atau apa gitu," jawab Sean sedikit serius.
"Kalau dari gua sih, elu cuma boleh sex sama gua doang dan vice versa, selain karna gua enggak mau kena penyakit, gua enggak suka bagi-bagi milik gua" Ben menjawab dengan enteng.
"Ben, lu ngomong gitu kayak yakin banget gue enggak punya pacar atau partner gitu"
Ben mengendikkan bahunya, "Kan tadi elu bilang sendiri, elu suka sama gua, jadi kesimpulannya Sean lagi enggak ada pacar, betulll??"
"Iya sihh... oke gue terima kesepakatannya," Sean mengulurkan tangan kepada Ben,
Ben menerima uluran tangan Sean dan keduanya "Deal"
"Kok gampang banget elu nerima, ada syarat yang elu mau enggak?." Ben
"Sama kaya punya lu tadi aja."
"Oh iya, lu enggak bakal ngelarang kan, kalo kedepannya misal kita jatuh cinta satu sama lain?, kayak orang-orang kebanyakan 'no feeling attached' gitu" lanjut Sean.
"Enggak usah kebanyakan drama, gua menerima segala kemungkinan yang bakal terjadi kedepannya, tapi gua enggak tanggung jawab ya atas perasaan lu kalo misal gua gabisa bales." Ben.
"Kalau kedepannya elu atau gua mau udahan fwb thing ini, tinggal ngomong aja biar kita sama-sama sepakat." lanjutnya.
"Okee, btw mandi yukk!!" seru Sean.
Sean segera bangkit dari tempat tidur dan menggendong Ben ala bridal style menuju kamar mandi.