2.10 - Shin Castle

3 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


10. Shin Castle
Schloss Shin


Ashen tetap menggunakan kamuflase meskipun keluar dari kerumunan. Di ujung kerumunan festival, Amethy melihat kereta kencana yang besar dengan empat kuda. Amethy menyuruh Ashen untuk memasuki kereta kencana itu karena dirasa sangat aman. Ashen pun menurut, dia juga tidak tahu harus bersembunyi di mana sementara pasukan dari Utara pasti ada di segala penjuru Synnefa.

Di dalam kereta kencana, Amethy dan Ashen bernapas lega setelah Ashen menutup tirai di bagian belakang. Amethy bersandar pada bagian belakang kursi sofa. Kereta kencana yang mereka gunakan untuk sembunyi ini dinilai cukup elit karena-

"Tunggu," pekik Ashen dengan kedua mata yang melebar. Dia menyadari satu hal.

"Ada apa, Ashen?" bisik Amethy sembari mengusap kedua matanya yang lembab.

Ashen mengusap wajah pucatnya. Ini pasti...

"Ashen?" bisik Amethy lagi.

Ashen menyuruh Amethy diam dengan memberi isyarat jari telunjuk di bibir. Amethy pun mengangguk, menutup mulut dengan kedua tangannya.

Kereta kencana itu bergerak semili. Dan di balik sofa tempat bersandar Amethy, terdengar suara seorang pria yang berbicara kepada empat kuda di hadapannya.

"Kita kembali, Yonto! Patuhi aku kali ini!"

Keempat kuda itu meringkik menjawab ujaran tuannya.

Wajah Ashen semakin pucat. Keringat di dahi mulai deras. Amethy mulai cemas karena kereta ini mulai berjalan entah ke arah mana. Suara lelaki itu terdengar seperti seumuran dengannya...

"Mama memaksaku mendatangi festival konyol itu. Padahal aku hanya ingin bersantai di bar. Biarlah Mama pulang sendiri." Lelaki yang mengendalikan kereta kencana bermonolog.

Amethy masih menutup mulutnya sedangkan Ashen mulutnya terkatup, jantungnya berdebar semakin cepat.

Suasana menjadi hening. Kereta kencana yang dikendalikan pria ini-entah siapa-telah menjauh dari festival. Malam di Kota Uikara terasa sepi karena para warga beramai-ramai mengunjungi festival di pusat kota. Pengendara kereta kencana ini sengaja melewati jalanan yang sepi. Karena penasaran, Ashen membuka sedikit tirai di bagian belakang kereta. Seketika dia terkejut saat menyadari bahwa kereta ini melewati jalanan di tengah-tengah sawah.

Lagi-lagi Ashen mengusap wajahnya, pasrah.

Suasana yang sepi di sekitar menahan Amethy untuk tidak mengeluarkan suara dan bertanya kepada Ashen. Amethy menahan semua pertanyaannya mengenai apa yang diucapkan lelaki yang duduk di sofa ini, mengenai Ashen yang mengintip dari tirai jendela, juga mengapa wajah Ashen penuh keringat. Sebenarnya Amethy khawatir dengan kondisi Ashen yang tiba-tiba seperti orang yang terkena masuk angin.

Echoes of The Winter StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang