[Halo, Milk. Pegawaiku sudah disana? Dia sudah mengabariku.]
"Khun Sea, tanpa mengurangi rasa hormat dan kebaikanmu, bisakah kamu menggantikan dengan orang lain?"
[Kenapa, Milk? Dia pegawai yang sangat bagus dan tepat untuk membantumu. Apa dia telah membuat masalah?]
"Seharusnya kamu paham mengapa dengan kisah hidupku, Khun Sea. Dialah yang ku maksud!"
Khun Sea tidak menanggapi responku. Sudah kuduga, dia tidak tahu bahwa Tipnaree adalah orang yang selalu kuceritakan masa kelamku kepada Khun Sea.
[Milk, aku tidak tahu kalau dia yang membuat kamu seperti ini. Bagaimanapun juga, aku ingin kamu belajar profesional dalam bekerja dan berbisnis, siapapun orangnya. Bertahanlah selama tiga bulan.]
Aku menggeram dalam hati. Aku tidak berani melawan perkataan Khun Sea karena dia sudah terlalu banyak membantuku. Aku semakin tidak tahu diri jika aku sering memintanya.
"Bisakah kamu memberikan keringanan padaku, Khun Sea? Jangan tiga bulan. Aku mohon."
[Satu bulan, jika kamu bisa kirimkan aku semua tugas yang kuberikan dalam satu minggu.]
"Baik, Khun Sea. Aku akan selesaikan itu semua. Terima kasih. Maaf sudah menyita waktumu."
[Tidak masalah, Milk. Aku sudahi dulu, kabari aku kalau ada apa-apa.]
Telepon berakhir begitu saja. Aku sengaja mengasingkan diri di suatu tempat yang orang lain tidak tahu. Di sisi pantai, batu karang tinggi memiliki sebuah gua yang cukup besar dan terperosok, sehingga orang lain akan bias melihatnya.
Aku menyendiri ketika aku sedang tidak ingin bertemu siapapun. Aku dilema terhadap perasaanku sendiri. Sesuatu yang telah lama kurasakan kini hadir saat bersama Love, tetapi luka justru terbuka kembali karena kehadiran orang lama. Love dan Tipnaree, mereka adalah dua perempuan yang memainkan hatiku.
"Laut, kamu merasa takdir mempermainkanku? Kamu membawa gadis itu untuk menyembuhkanku, tetapi kamu sendiri yang mempertemukanku dengan Tipnaree. Kamu merencanakan apa dengan Tuhan, Laut? Sudahkah cukup untuk mengusik kehidupanku?"
Aku menghela napas keras. Aku memeluk kakiku untuk menenangkanku. Angin membuai kencang kepada tubuhku , ombak laut menggelitik kakiku.
Bagaimana aku menata hati jika aku dihadapkan dua perempuan ini? Aku mencari sebuah kontak di ponselku, berharap orang ini akan memberikanku solusi.
[Halo, Milk. Kebetulan sekali kamu menelponku saat aku lagi istirahat. Ada masalah dengan Hope?]
"Hope bekerja dengan baik, Pine. Justru masalahnya di aku."
[Ah, kenapa? Apakah kamu terluka?]
"Iya, di hati. Lukanya basah lagi. Tipnaree datang ke kafe, dia suruhan temanku untuk membantuku."
[Apa?! Dia kembali? Bagaimana bisa?]
"Semuanya kebetulan, Pine. Aku bahkan meminta temanku untuk menggantikannya. Tiga bulan bersamanya terlalu berat buatku. Maka dari itu, temanku hanya memberikan keringanan satu bulan asal aku menyelesaikan berbagai tugas yang ia berikan."
[Kalau begitu, lakukanlah. Kamu tetap bekerja profesional dengan perempuan itu, jangan sampai pekerjaan itu membawa urusan pribadi. Sesekali, menghindarlah jika dia meminta bertemu di luar pekerjaan. Sudah ya, waktuku sudah habis. Hari libur nanti aku pulang.]
"Terima kasih, Pine. Ku tunggu kepulanganmu."
Aku menghentikan percakapanku dengan pikiran yang mengebul. Saran dari Pine adalah terbaik, tetapi Tipnaree akan selalu mencoba untuk memenangkan hatiku dan menjadikanku sebagai kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Bercerita - The Story of Finding Hope
FanfictionLaut menjadi saksi bisu antara dua perempuan yang memiliki kisah hidup yang sulit. Laut pula yang mempertemukan mereka karena dua perempuan itu sama-sama tidak percaya dengan keajaiban. Lalu, apakah itu benar? Trilogi pertama dari 'The Story of Find...