4. Rose

82 13 2
                                    










2 minggu kemudian...

Anneth dan Ines kini bersantai di taman hiburan paling terkenal di kota mereka, menikmati ice cream sambil memperhatikan orang-orang dengan keluarga atau teman mereka berlalu lalang dihadapan mereka.

Anneth yang ice creamnya sudah habis mulai merecoki Ines yang sedari tadi terlihat tenang, meskipun sudah dia ajak main wahana ter-ekstrim sekalipun.

"2 minggu lagi kamu jadi istri aku, tapi pegangan tangan di tempat umum aja kamu ga mau." rajuknya memukul boneka panda yang tadi mereka beli sedikit mahal karena malas bermain permainannya.

Ines menjauhkan bonekanya, menatap Anneth gemas. "Ga boleh dipukul dong, kan buat Wiwil." tegurnya mengelus pipi tunangannya dengan lembut.

Wiwil, anak anjing berjenis corgi yang dibelikan Anneth untuk Ines sebagai hadiah 'resminya tanggal pernikahan' mereka.

"Itu kan boneka, dipukul gak dipukul juga bentuknya bakal sama. Lagian buat Wiwil doang, kalo buat kamu baru aku-

Cup!

Anneth mematung, pipinya memerah dan jantungnya berdetak kencang. Dia menatap kaget Ines yang baru saja mengecup pipinya tanpa aba-aba, sekarang tersenyum tanpa dosa melihat dirinya yang hampir terkena serangan jantung.

"Bawel. Aku tadi gak mau pegangan tangan karena kamu lagi bawa barang ya, aku ga mau bikin kamu tambah susah. Jangan aneh-aneh kamu." ujarnya tersenyum manis.

Keduanya saling tatap, mengagumi keindahan mata satu sama lain sebelum tertawa bersama.

"Jalan lagi yuk." ajak Anneth berdiri dari duduknya.

"Aku mau popcorn deh." pinta Ines memanyunkan bibirnya seperti anak kecil.

Anneth memegang dadanya, menampilkan ekspresi tak kuatnya dan geleng-geleng. "Kamu mau bikin aku kena serangan jantung, Nes." ujarnya membuat keduanya kembali tertawa.

"Ayo, di sana ada deh." ajak Anneth yang sudah mengambil boneka-boneka kecil yang mereka beli dan tas Ines juga tasnya sendiri.

Ines tersenyum, tindakan manis Anneth benar-benar memudahkan hatinya untuk jatuh kepadanya. Apalagi dengan perhatian manisnya, senyum manisnya, suara lembut serta kharismanya.

Dia harap, selamanya hubungan mereka akan terus seperti ini.

___

Setelah membeli popcorn Ines, keduanya sepakat untuk pulang karena hari semakin larut. Di lampu merah, jendela mobil Anneth diketuk.

Keduanya yang sedang hanyut dalam pikiran seketika tersentak, menoleh pada sesosok gadis mungil yang memegang banyak bunga.

Anneth menurunkan kaca jendelanya, tersenyum manis kearah gadis kecil itu yang terlihat lusuh.

"Belum laku ya, Dek?" tanya Anneth melihat-lihat bunganya.

"Iya Mbak, ini mbak beli 1 gratis 5 juga gapapa. Udah malam, saya harus cepet pulang sebelum dimarahin bapak, Mbak." ujar adik kecil itu berkaca-kaca.

"Astaga, ga boleh gitu dek. Nanti rugi loh, gak maju-maju usahanya nanti." tegurnya mengambil dompetnya.

Ines hanya memperhatikan, dari Anneth yang mengambil beberapa lembar uang dan pulpen serta note di atas dashboard mobil.

Wanita itu mencatat nomor telepon lalu memberikannya kepada gadis itu beserta uangnya, lalu mengambil semua bunga yang ada ditangan gadis itu.

'Diborong deh.' batin Ines tersenyum kecil.

Doux Amour.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang