CHAPTER 4

14 10 0
                                    

Malam menyampaikan apa yang tak terpisahkan terang. sunyi memiliki gaduhnya sendiri, dan kosong tak selalu dapat disinggahi. Kegelapan pasti akan selalu hadir setiap hari nya, begitu pun dengan kehidupan, tidak ada kehidupan tanpa di hantam suatu masalah.

saat ini Ayana sedang berdiri di hadapan cermin meneliti setiap penampilannya yang memakai dress diatas lutut dengan bahu terbuka yang cukup mengekspos kulit putihnya.

malam ini dirinya dan Gisel telah janjian untuk ke bar. kebiasaan mereka jika sedang memiliki masalah atau hanya merasa bosan, maka lebih memilih menghabiskan waktu bersenang senang di bar. walaupun di cap cewe nakal tetapi mereka tetap menjaga batasan. ke bar hanyalah untuk mengurangi beban pikiran masalah mereka.

Ayana yang kekurangan kasih sayang begitu juga dengan Gisel yang memiliki orang tua lengkap tetapi broken home.

tin tin
mendengar bunyi klakson mobil Gisel Ayana segera mengambil tas selempang nya diatas kasur lalu berlari menghampiri Gisel di depan rumahnya.

"woahhhh cantik banget lo malam ini, apalagi nih dress lo seksi bener neng" goda Gisel melihat penampilan Ayana.

Ayana tersenyum bangga. "iya jelas dong Ayana gitu loh"

"gajadi muji gue" muak Gisel sembari menjalankan mobilnya membelah kepadatan jalanan ibu kota jakarta.

selang beberapa menit perjalanan akhirnya mereka sampai di bar elit kalangan atas. bunyi alunan musik dj terdengar memekakan gendang telinga. tampak beberapa orang menari nari mengikuti irama musik dan ada juga yang hanya duduk sambil minum minuman.

ada sepasang mata tengah memfokuskan penglihatannya kepada satu gadis yang terlihat familiar di matanya. "Seperti ngga asing" batinnya

di suatu sudut bar Ayana asik melenggokkan tubuhnya mengikuti setiap irama musik dari awal mereka tiba di bar sampai sekarang menjelang larut malam Ayana tidak berhenti sama sekali sambil memegang segelas bir di tangannya.

banyak laki laki mata keranjang yang mencoba menyentuh tubuh Ayana namun mereka semua di tepis Gisel yang menjadi pelindung Ayana disaat Ayana mabuk.

"ay udah, lo kelihatan udah mabuk banget" ucap Gisel berusaha menyadarkan Ayana yang masih berjoget dengan sempoyongan.

Ayana tertawa. "hahaha apasi lo sel gue ga mabuk ya mending lo sini kita joget bareng sampe puas" ajak Ayana dengan menenggak habis minuman di gelasnya.

Gisel panik sendiri melihat keadaan sahabatnya yang sudah sangat mabuk. lalu, segera ditariknya paksa lengan Ayana keluar dari bar.

Ayana yang merasa ditarik pun memberontak. "enghh mau kemana sel" tanya nya setengah sadar.

"pulang tolol! Lo ga liat keadaan lo udah mabuk banget coba kalo mama lo liat pasti udah ngamuk" kesal gisel menyentil kening ayana.

sekali lagi Ayana tertawa. "ga mungkin mama gue tau, orang dia lagi sibuk sama pekerjaan nya"

"lo lupa kalo mama lo punya banyak mata mata yang mengawasi segala ulah lo"

"karena itu gue akan lebih banyak buat ulah"

Gisel menggeplak kepala Ayana.

"Lo ga akan ngerti sakitnya gue ketika ngga mendapatkan perhatian sedikitpun dari nyokap" lanjut Ayana dengan terduduk mengenaskan di pinggir jalan.

"kata siapa gue gatau, gue juga ngerasain ay tapi mama lo begini juga kerja demi siapa kalo bukan lo" ujar gisel.

mata Ayana berkaca kaca. "tapi gue hanya ingin waktu sedikit aja sama mama"

Gisel mengelus pundak Ayana. "gue tau ay pasti tante Dewi juga sama kayak Lo, pengen ada waktu di rumah nemenin anaknya"

"di hari Minggu pun mama hanya sibuk sama pekerjaan nya" suara Ayana serak menahan tangis dan sesak di dadanya. "gue pengen meluk mama sel" ucapnya lagi lalu tak sadarkan diri.

AYBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang